Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Kesultanan Demak

Ruang Kelas - Islam masuk kewilah Nusantara pada abad ke-7 dan berkembang pada abad ke-13. Kerajaan demak merupakan kerajan pertma di Tanah Jawa, adapun kerajan yang pertma berdiri di Nusantara ketika itu adalah Kerajaan samudra Pasai. Munculnya kerjaan Demak ini menurut berbagai literature sejarah bahwa Demak merupakan sebuah kadipaten dari kerajaan Majapahit. Kemudian, muncul sebagi kekuatan baru setelah mewarisi legitimasi dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak ini menjadi kerajaan yang bercorak Islam dengan raja pertamanya yaitu Raden Patah.

Lalu siapa Raden Patah? Raden Patah, adalah putra Raja Majapahit dengan garwa ampel (selir) yang di hadiahkan kepadanya oleh raja Tiongkok.  Oleh karena kecintaan raja epada garwa ampel ini sangat kuat, maka permaisuri dan garwa ampel lainnya merasa iri dan minta supaya putre dari Tingkok ini diasingkan. Raja kemudian mengasingkannya ke Palembang dan dititipkan kepada bupati Arya Darma yang Bergama Islam, padahal putri ini sedang hamil. Seelah lahir laki-laki, maka bayi tersbut diberi nama dengan Pangeran Jin Bun yang kemudian berubah menjadi Raden Patah.

Sebagai Putra angakat, ia didik oleh Arya Damar dengan ilmu-ilmu agama Islam dan bahkan disuruh untuk berguru kepada Sunan Ampel di Jawa Timur. Setelah umur 20 tahun Raden Patah dikirim ke Jawa untuk memperdalam agama Islam. Setelah itu Raden patah di nikahkan dengan cucu Raden Rahmat, kemudian Raden Patah menetap di Demak. Di tempat inilah Raden Patah mendirikan kerajaan baru yang bercorak Islam. Kerajaan Demak inih yang menjadi Kerajaan pertma di Jawa yang bercorak Islam, denan Raden Patah sebagai raja pertama. Ketika itu Kerajaan demak masih ada pada bayang-banyak kerajan Majapahit, meskipun sudah mulai surut.

Sampainya Kerajaan Demak memunyai otoritas sendiri setelah Kerajaan Majapahit lenyap pada tahun 1518 M. Menurut catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Itali (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindaha kekuasan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.

Kedatangan Islam ke Demak masih ada perbedaan pendapat, namun hanya kemudian terdapat kepastian tentang angka wafatnya Raden Patah, yakni 1518 M, dan saat itu pula di gantikan oleh anaknya Adipatu Yunus yang sebelumnya menjabat sebagai Adipati di Jepara, sebelah timur Kerajaan Demak. Adipati Yunus hanya memerintah kurang lebih 3 tahun yakni sampai tahun 1521 M dari tahun 1518 M. Ketika itu Adipati Yunus, masih pada masa pemerintahan Raden Patah pada tahun 1513 pernah mengadakan penyerangan terhadap Malaka yang di kuasai oleh Portugis. Dengan melewati jalur Jawa, artinya bagaian utara di pulau Jawa untuk mencapai Malaka, maka dikenal sebagai Pangeran Sabrang Kor sebagai sultan Demak II. Pada tahun 1521 Adiati Yunus meninggal Dunia dan digantikan oleh saudaranya, Pangeran Tenggrono.

Dimasa Pangeran Tenggrono ini mulai gencar untuk memerluas wilayah Kerajaan Demak. Ketika itu ada seorang muballigh dari Pasai yang baru saja menyelesaikan studi agama di Maakah al Mukarramah. Pemuda ini pergi ke Demak karena Malaka dan Pasai dikuasai oleh Portugis. Karena keperibadan dan kepastian ilmunya, maka Sultan Tenggrono kemudian berkenan mengawinkannya dengan adik permpuan Sultan sendiri. Pemuda tersebut adalah Syarif Hidayatullah. Di saming menjadi adik Sultan. Syarif Hidyatullah sekaligus menjadi sebagai panglima perang untuk dikirim ke Jawa Barat, berperang melawan Pajajaran.

Kemudian angkatan perang Demak dapat menaklukan kerajaan Pajajaran dnegan dengan merubut pelabuhan penting, Banten dan Sunda Kelapa pada tahun 1527 M dibawah komando panglima perang Fatahilah atau Syarif Hidaytullah. Ketika itu upaya untuk menaklukan ke timur (Perusahaan dan Blambangan) mengalami kegagaan dan bahkan De Graa, dengan mengutip berita portugis menuturkan Sultan Tenggono sendiri tewas.

Setelah Sultan Trenggono wafat dalam Babad Tanah Djawi tidak diberikan sipa penerus dari Kesultanan Demak namun berita dari Portugis sebagai mana dikutip De Draaf menyatakan bahwa pengganti Sultan Tenggono adalah Sultan Prawoto putranya. Menurut Prof. Dr. Ahwan Mukarrom, MA pada buku kuliah  Sejarah Islam Indonesia I Suksesi yang tidak sehat ini mengobarkan kembali api dendam kesumat dalam hati Arya Penangsang, putera Pangeran Seda Lepen. Setelah mengetahui Sunan Prawoto yang nota bene saudara misan (sepupunya) telah naik tahta di Demak, maka disebarlah beberapa pembunuh bayaran untuk menghabisi Sunan Prawoto dan beberapa anggota keluarganya sebagai upaya balas dendan atas dibunuhnya Pangeran sedo lepen (ayah Arya Penangsang). 

Dalam pada itu, putera Sunan Prawoto, Arya Pangiri dapat diselamatkan oleh Nyai Ageng Kalinyamat dan suaminya, Pangeran Haryo Hadiri. Namun Sunan Prawoto sendiri harus mengalami nasib tragis, dibunuh oleh Arya Penangsang. Oleh sebab itu maka Nyai Ageng Kalinyamat, saudara Sunan Prawoto sangat menaruh dendam kepada Arya Penangsang. Untuk itu ia minta bantuan Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang sekaligus iparnya untuk menyingkirkan Arya Penangsang.

Akhirnya, dengan persekutuan antara Joko Tingkir, dengan beberapa tokoh; masing-masing Ki Ageng Pamanahan (Ki Ageng Mataram), Raden Sutowijoyo (Putera Ki geng Pamanahan) dan Ki Panjawi, maka Arya Penangsang dapat dikalahkan. Joko Tingkir akhirnya menjadi raja menggantikan Sultan Trenggono dengan berkedudukan di Pajang, suatu daerah di pedalaman, dengan gelar Sultan Hadiwijoyo.

Konflik intern keluarga raja-raja Islam Demak ini ternyata juga melibatkan orang-orang suci (wali) di Jawa. Sunan Kudus dalam pertikaian ini berada di belakang Arya Penangsang yang memang muridnya; sedangkan Sunan Kalijaga berada di belakang Joko Tingkir. Pada hal Joko Tingkir selain murid Sunan Kalijaga juga sekaligus murid Sunan Kudus. Pada hal Sunan Kudus telah menyatakan bahwa tidak boleh sesorang berguru kepada dua orang (Dalam hal ini Sunan Kudus sekaligus Sunan Kalijaga) Demikian setidaknya berita Babad Tanah Djawi.191 Namun satu hal yang patut dicatat adalah bahwa setelah mangkatnya Sultan Trenggono dan tampilnya Sultan Hadiwijoyo di Pajang, maka nilai-nilai Jawaisme mulai mendapatkan tempat di kalangan elite kerajaan. Dan akibat dari konflik intern ini, banyak daerah taklukan yang kemudian memerdekakan diri dari kedaulatan Demak.

Dari cerita di atas merupakan Perang saudara yang terjadi di Kelusltanan Demak sehingga menjadi latar belakang kehancuran kerajaan Demak. Sehingga ketika itu setelah kehancuran Kesultanan Demak yang menadi kesultanan perma di Tanah Jawa menjadi penyebab lahirnya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.

Berikut Adalah daftar Raja-raja Kesultanan Demak :

- Raden Patah ( 1478-1518)

- Adipati Yunus (1518-1521)

- Raden Trenggono (1521-1546)

- Sunan Prawoto (1546-1549)

Sumber :

Adi Sudirman, Sejarah Indonesia Lengkap

Prof. Dr. Ahwan Mukarrom, MA., Sejarah Islam Indonesia 1 (digilib.uinsby.ac.id)

De Graaf, Kerajan-Kerajan Islam di Jawa 

Penulis : Hermawan Arisusanto, S. Hum

Editor  : Aris