Haji Wada
Setelah dakwah islam disampaikan ke seluruh penjuru Jazirah Arab. Allah juga memberi Rasulullah Saw. kesempatan untuk menyaksikan budah dari dakwahnya sebelum beliau kembali ke haribaan-nya. Allah Swt. memulaiakan beliau dengan kempatan melaksakan haji di baitullah yang mulia pada bulan Dzulhijjah tahun 10 Hijriah.
Sejarah Haji Wada’
Pada buku Sirah Nabi karangan Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri menerangkan; Pada hari sabtu, lima hari sebelum bulan Dzulqa’dah berakir (26 Dzalqa’dah), dengan menggunakan pakaian mantelnya, beliau bertolak dari Madinah selepas shalat Zuhur sehingga tiba di Dzul Al-Hulaifah sebelum masuk waktu solat Ashar. Lalu melasksakan shalat Ashar di sana dan menetap hingga keesokan harian.
Pada pagi harinya, beliau bersabda . “Semalam aku didatangi utusan dari Tuhanku. Dia berkata. ‘Shalatlah di lembah yang penuh keberekahan ini dan katakana, ‘Umrah di dalam haji,’” Hal ini merupakan isyarat dibolehkannya berumrah pada musim haji. Ini karena orang-orang jhailiah menganggapnya (umrah pada musim haji) sebagai kejahatan paling keji.
Nabi Muhammad Saw. kemudian meneruskan perjalanan hingga mendekati Makkah, lalu singgah di Dzu Thuwa dan melaksanakan solat Shubuh di sana. Beliau mandi, lalau berjalan memasiki Masjid Al-Haram. Hal itu berlangsung pada Ahad pagi, tanggal 5 Dzulhijjah.
Rasulullah Saw. kemudian berthawaf mengelilingi ka’bah, mengerjakan sa’I antara bukit Shafa dan Marwah, kemudian menetap di bukit Makkah di Al-Hujun, tidak melakukan thawaf lagi kecuali thawaf untuk haji dan tetap da;a, ledaan ihram. Ini karena beliau menyatikan ihram untuk haji dan umrah (berniat untuk Haji Qiran, yaitu untuk melaksanakan haji dan umrah sekaligus, penerj). Serta membawa hewan kurban.
Rasulullah Saw. memerintahkan siapa saja yang membawa hewan kurban tetap berihram untuk haji. Beliau juag memperhatikan sipa saja yang tidak mempunyai hewan kurban untuk menjadikan ihramnya sebagai umrah, mencukur kepalanya setelah thawaf dan sa’I, bertahalul secara sempurna, dan menjadikan amalan tersebut sebagai sebuah ibadah umrah, baik berihram dangan niat melaksanakan haji atau umrah atau kedua-dunya.
Pada haru Tarwiyah, tepatnya pada 9 Dzulhijah, Rasulullah Saw, berangkat menuju Mina. Orang-orang yang telah bertahalul kemudian berihram untuk melaksanakan ibadah haji. Di mina, beliau memutuskan solat lima waktu; shalat Zhuhur, Ashar, Magrib, Isya dan Shubuh. Shalat-shalat yang empat rakaat beliau qashar (ringkas) menjadi dua rakaat. Setelah terbit matahari, beliau bergerak dari Mina sampai tiba di Arafah. Di tempat itu, Rasulullah Saw. mendapati tenda telah didirikan untuknya di Namirah. Beliaupun memasuki tenda itu.
Setelah tergeincir matahari, Rasulullah Saw. menunggangi Al-Qaswah dan berjalan hingga tiba di padang Arafah yang telah di penuhi orang-orang Mereka berkumpul di sekeliling beliau yang selanjutnya berdiri untuk menyampaikan khutbah. Dalam khutbahnya Rasulullah Saw. memuji Allah dan mengucapkan syukur kepada-Nya, membaca duakaliamt syahadat dan menasehati orang-orang agar bertakwa kepa-Nya.
Rasulullah Saw. berkata
“wahai sekalain manusia, dengarlah perkataanku ini karena sesungguhnya aku tidak tahu, boleh jdai aku tidak akan bertemu kalain algi setelah tahun ini dalm kondisi seperti sekarang ini.
Sesungguhnya darah dan harta kalain adalah suci atas kalian, seperti kesucian hari kalian ini, pada blan kalain ini, dan negeri kalain ini. Ketahuilah, segala sesuatu dari urusan jahiliah sudah terinjak hina dibawah kakiku, darah jahiliah sudah tidak ada lagi. Dan sesungguhnya darah pertama dari darah kita yang aku hapuskan adalah darah ibn Rabi’ah ibn Al-Hartis (dia disusui oleh Bani Sa’ad, lalu dibunih oleh Bani Hudzail). Riba jahiliah sudah tidak berlaku dan riba pertama yang aku hapus adalah riba Al-Abbas ibn Abdul Muththalib karena semua itu dusah tidak berlaku.
Berdakwahlah kalian kepada Allah dalam masalah wanita, karena kalian mengambil mereka dengan kaliamat Allah, Kewajiban mereka terhadap kalian adalah tidak memasukan seseorang yang tidak kalain sukaike tempat tidur kalian. Jika mereka berbuat demikian, pukulah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedang kewajiban kalian terhadap mereka adalah memberi nafkah dan pakaian yang layak.
Sungguh elah aku tinggalkan kepada kalain sesuwatu yang kalian tidak akan tersesat apabila kalian berpegang teguh dengannya, yaitu kitab (Al-Quran). Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada nabi lagi setelahku, tidak ada umat baru setelah kalian. Maka, sembahlah Rabb kalian (Allah), dirikanlah shalat, lima waktu, berpesanlah Ramadhan, banyaklah zakat dengan sukalela, berhajilah ke Baitullah, dan patuhulah pemimpin-pemimpin kalian, niscaya kalian akan masuk surge Rabb kalian. Kalian akan ditanyai tentangku, maka apa yang akan kalain katakana?”
Mereka menyebut, “Kami bersaksi banhwa engkau telah menyampaikan nasehat.”
Kemudian Rasulullah Saw. berkata seraya mengangkat jari telunjuknya ke arah langit dan mengarahkannya kepada orang-orang, “Ya Allah, sksikanlah! Ya Allah, sksikanlah! Ya Allah, sksikanlah!”
Setelah khutbah Rasulullah Saw. selesai, Bilal ibn Rabah mengumandangkan azan dan disusul iqamah. Rasulullah Saw, mengimami solat Zhuhur dua rakaat. Setelah Bilal mengumandangkan Iqamah lagi, beliau melaksanakan Ashar dua rakaat, beliau menghimpun kedua shalat itu pada waktu zhuhur dengan jama’taqdim tidak mengerjakan solat suhat di antara keduanya.
Selanjutnya Nabi Muhammad Saw. pergi ketempat wukuf. Di tempat tersebut, beliau medermkan untanya hingga menepi ke padang pasir. Beliau tetap ber wukuf di atas punggung Al-Qushwa hingga matahari terbenam. Lembayung senja lambat laun menghilang. Beliau melanjutkan perjalanan sampai akhirnya tiba di Muzdalifah, lalu melasksanakan solat magrib dan isya dengan satu kali azan dan duakali iqamah, tidak mengerjakan shalat sunat di antara keduanya.
Dari Muzdalifah, Nabi Muhammad Saw. bertolak ke Mina sebelum matahari terbit, sampai akhirnya tiba di Jumrah Al-Kubra (Aqobah). Beliau melemparinya dengan tujuh butir kerikil sambil melontarkan takbir setipa kali lemparan. Beliau masih terus bertabliyah hingga melempar jumrah. Ketika melempar, beliau menghentikan talbiyah. Beliau berdiri di dekat jumrah tersebut seraya bersabda.
“Apabila dariku tuntunan masuk haji kalian. Karena bisa jadi aku tidak berjahi lagi setelah tahun ini”
Rasulullah Saw. pergi ke tempat kediamannya di Mina, lalu mnyembelih Ekor unta dnegan tangan beliau sendiri. Selanjutnya beliau memerintahkan kepada Ali bin Abi Thalib untuk menyembelih 37 ekor unta, sehingga jumlah keseluruhannya 100 ekor unta. Beliau memerintahkan untuk mengambil sebagian daging dari masing-masing unta untuk dimasak. Orang-orang pun memakan dagingnya dan meminum kuahnya.
Setelah menyembelih hewan kurban, Nabi Muhammad Saw. memanggil tukang cukur rambut dan menyodorkan kepala untuk dicukur. Rasulullah Saw. membagikan 1-2 helai rambut beliau kepada orang-orang. Beliau lalu mencukur rambut di kepala bagian kirinya dan memberikan potongan itu kepada Abu Thalhah.
Pada hari kurban (10 Dzulhijjah). Rasulullah Saw. menyampaikan khutbah. Lalu ditengah-tengah hari Tasyriq, beliau menyempaikan khutbah lagi untuk menegaskan dan menambahkan penjelasan yang disamaikan pada khutbah di Arafah di tengah-tengah har Tasyriq, beliau mneympaikan khutbah lagi untuk menegaskan dan menambahkan pnejealsan yang disampaikan khutbah di Arafah. Di tengah-tengah hari Tasyriq. Allah Swt. menurunkan ayat-ayat Surah Al-Nashr sebelum beliau berkhutbah.
Pada hari ke-13 pada hari Nafar Tsani dan hari ketiga Tasyriq yang bertepatan dengan hari selasa, Rasulullah Saw. bernagkat dari Mina setelah lempar jumrah. Beliau singgah di Abthah, lalau melaksankan solat Zhuhur, Asar, Magrib, dan Isya di tempat tersebut.
Rasulullah Saw. mengintruksikan A’isyah, agar ikut dengan saudara laki-lakinya, Abdurahman ibn Abu Bakar, yang mengantarnya melaksanakan umrah dan Tan’im A’isyah pun meneakan pakaian ihram, lalu melaskankan umrah. A’isyah mendatangi Rasulullah Saw. di Abthah pada waktu sahur. Saat itu beliau tengah tidur sejenak.
Ketika S’iyah datang Rasulullah Saw. mengumumkan untuk melanjutkan erjalanan. Beliau mengendarai tunggangannya sampai tiba di Baitullah, lalau melaksanakan, lalu melaksanakan tawaf Wada’ (perpsahan) dan mngerjakan shalat Subuh. Setelah itu, beliau pergi menuju Madinah dengan mengambil jalur daratan rendah Makkah.