Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Raja-raja Kerajaan Sunda

Raja-raja pemimpin Kerajaan Sunda Galuh terdiri dari 34 raja, yang dimulai dari raja pertama Turasbawa 670-723 sampai yang terakhir yaitu Prabu Raja Wastu/Niskala Wastu Kancana (1371 – 1475). Berikut adalah raja-raja kerjaan Sunda.

  1. Tarusbawa (670 – 723)
  2. Sanjaya/Harisdarma/Rakeyan Jamri (723 –732) ibu dari Sanjaya adalah putri Sanaha dari Kalingga sedangkan ayahnya adalah Bratasenawa (raja ke 3 kerajaan Galuh) Sanjaya adalah cicit dari Wretikandayun (kerajaan Galuh) Sanjaya kemudian menikah dengan anak perempuan Tarusbawa yang bernama Tejakancana.
  3. Rakeyan Panabaran/Tamperan Barmawijaya (732 - 739) adalah anak Sanjaya dari istrinya Tejakancana. Sanjaya sendiri sebagai penerus ke 2 kerajaan Sunda kemudian memilih berkedudukan di Kalingga yang kemudian mendirikan kerajaan Mataram Kuno dan wangsa Sanjaya (mulai 732)
  4. Rakeyan Banga (739 – 766)
  5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 – 783)
  6. Prabu Gilingwesi (783 – 795)
  7. Pucukbumi Darmeswara (795 – 819)
  8. Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus (819 – 891)
  9. Prabu Darmaraksa (891 – 895)
  10. Windusakti Prabu Dewageng (895 – 913)
  11. Rakeyan Kemuning Gading Prabu Pucukwesi (913 – 916)
  12. Rakeyan Jayagiri Prabu Wanayasa (916 – 942)
  13. Prabu Resi Atmayadarma Hariwangsa (942 – 954)
  14. Limbur Kancana (954 – 964)
  15. Prabu Munding Ganawirya (964 – 973)
  16. Prabu Jayagiri Rakeyan Wulung Gadung (973 – 989)
  17. Prabu Brajawisesa (989 – 1012)
  18. Prabu Dewa Sanghyang (1012 – 1019)
  19. Prabu Sanghyang Ageng (1019 – 1030)
  20. Prabu Detya Maharaja Sri Jayabupati (1030 – 1042) Ayah Sri Jayabupati (Sanghyang Ageng) menikah dengan putri dari Sriwijaya (ibu dari Sri Jayabupati) sedangkan Sri Jayabupati sendiri menikah dengan putri Dharmawangsa (adik Dewi Laksmi istri dari Airlangga)
  21. Raja Sunda XXI
  22. Raja Sunda XXII
  23. Raja Sunda XXIII
  24. Raja Sunda XXIV
  25. Prabu Guru Dharmasiksa
  26. Rakeyan Jayadarma, istri Rakeyan Jayadarma adalah Dyah Singamurti/Dyah Lembu Tal anak dari Mahesa Campaka, Mahesa Campaka adalah anak dari Mahesa Wongateleng, Mahesa Wongateleng adalah anak dari Ken Arok dan Ken Dedes dari kerajaan Singasari.
  27. Anak Rakeyan Jayadarma dengan Dyah Singamurti bernama Sang Nararya Sanggrama Wijaya atau lebih dikenal dengan nama Raden Wijaya. Karena Jayadarma meninggal di usia muda dan Dyah Singamurti tidak mau tinggal lebih lama di Pakuan maka pindahlah Dyah Singamurti dan anaknya Raden Wijaya ke Jawa Timur yang kemudian Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit pertama.
  28. Prabu Ragasuci (1297 – 1303) dia adalah adik dari Rakeyan Jayadarma. Istri Ragasuci bernama Dara Puspa seorang putri dari Kerajaan Melayu. Dara Puspa adalah adik Dara Kencana (yang menikah dengan Kertanegara dari Singasari).
  29. Prabu Citraganda (1303 – 1311)
  30. Prabu Lingga Dewata (1311 – 1333)
  31. Prabu Ajigunawisesa (1333 – 1340) menantu Prabu Lingga Dewata
  32. Prabu Maharaja Lingga Buana (1340 – 1357)
  33. Prabu Mangkubumi Suradipati/Prabu Bunisora (1357 – 1371) adik Lingga Buana
  34. Prabu Raja Wastu/Niskala Wastu Kancana (1371 – 1475) anak dari Prabu Lingga Buana. Istri pertamanya bernama Larasarkati dari Lampung memiliki anak bernama Sang Haliwungan setelah menjadi Raja Sunda bergelar Prabu Susuktunggal. Permaisuri keduanya adalah Mayangsari putri sulung Prabu Mangkubumi Suradipati/Bunisora memiliki anak yang bernama Ningrat Kancana setelah menjadi Raja Galuh bergelar Prabu Dewaniskala.

Setelah Prabu Raja Wastu meninggal dunia kerajaan dipecah menjadi 2 dengan hak serta wewenang yang sama, Prabu Susuktunggal menjadi raja di kerajaan Sunda sedangkan Prabu Dewaniskala menjadi raja di kerajaan Galuh. Putra Prabu Dewaniskala bernama Jayadewata, mula-mula menikah dengan Ambetkasih putri dari Ki Gedeng Sindangkasih kemudian menikah lagi dengan Subanglarang (putri Ki Gedeng Tapa yang menjadi raja Singapura) setelah itu ia menikah lagi dengan Kentringmanik Mayang Sunda, putri Prabu Susuktunggal.

Pada tahun 1482 Prabu Dewaniskala menyerahkan kekuasaan kerajaan Galuh kepada puteranya (Jayadewata), demikian pula dengan Prabu Susuktunggal, ia menyerahkan tahta kerajaan kepada menantunya (Jayadewata), maka jadilah Jayadewata sebagai penguasa kerajaan Galuh dan Sunda dengan gelar Sri Baduga Maharaja atau yang lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi.

Selanjutnya diceritakan perabu Wangi yang bernama Perabu Niskala Wastukencana yang menjadi raja selama 104 tahun. Penggantinya adalah Sang Ratu Jayadewata yang menjadi Raja selama 39 tahun, kemudian di gantikan oleh Raja selanjutnya adalah perabu Ratudewata yang memerintah selama delapan tahun. Kemudian ia di gantikan oleh sang Ratu Saksi Sang Mangabatan yang menjadi Raja selama delapan tahun.  Iya digantikan oleh Tohaan di Majaya, selanjutnya raja ini digantikan oleh sang Nilakendala yang pekerjaannya hanya bersenang-senang selama 16 tahun Raja Sunda terakhir adalah Nusia Mulya yang memerintah selama 12 tahun hingga datang serangan islam, dari Demak dan Cirebon.