Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Puisi Karya Pujangga Lama



Ruang Kelas - Sastra sebagai suatu komponen penting dari hasil karya manusia tidak dapat dianggap sebelah mata melihat bahwa sastra tidak hanya menjadi sebuah karya akan tetapi lebih dari itu, sastra merupakan sebuah media yang dapat dipakai untuk menyalurkan perasaan dan emosi serta dapat menjadi salah satu media dalam mendidik masyarakat. Perkembangan sastra yang tengah begitu pesat juga menjadi salah satu sejarah yang tidak dapat dipisahkan dalam sejarah Bangsa Indonesia. Sastra Indonesia sendiri memiliki klasifikasi yang meliputi karya serta pengarang sastra yang masuk dalam kategori pujangga lama, pujangga baru, angkatan 45 sampai kepada angkatan terbaru yang senantiasa berkembang sampai saat ini. Dalam setiap zaman atau angkatan, memiliki ciri khas dalam karya sastranya masing-masing. Seperti ciri khas karya sastra pujangga lama yang menitik beratkan kepada karya yang mendidik seperti puisi yang isinya menggunakan pendekatan didaktis. Karya sastra pujangga lama yang mengandung unsur didaktis menyiratkan bahwa karya sastra tidak hanya berkutat dalam karya fiktif, imajinatif yang dibuat. Akan tetapi juga karya sastra itu syarat akan makna dan pelajaran yang tersirat dan disampaikan oleh penulis kepada pambacanya.

Kata Kunci: Sastra, Perkembangan sastra, pujangga lama, didaktis

Abstract

Literature as an important component of the work of human beings can not be considered one eye to see that literature is not just being a masterpiece but more than that, literature is a medium that can be used to channel the feelings and emotions and can become one of the media in educating the public. Development of literature that was so rapidly also became one of history can not be separated in Indonesia history. Literature Indonesia itself has a classification that includes literary works and authors in the category of the old poet, a new poet, force 45 to the latest generation evolving to this day. In any era or generation, characterized in literary works each. As typical of the old poet literature which focuses on educational work like poetry whose contents using a didactic approach. Old poet literary works which contain elements of didactic implies that the literary work is not just dwell in the work of fictional, imaginative created. But also literature that the terms of meaning and the lessons implied and presented by the author to reader.

Keywords: Literature, literature development, the old poet, didactic

PENDAHULUAN


Manusia yang sebagai tokoh utama dalam pergulatan kebudayaan tidak dapat dilepaskan dengan semua hasil ciptaannya, baik itu berupa hasil kebudayaan yang berbentuk kepercayaan, adat-istiadat bahkan sampai kepada kesenian. Baik itu yang berkaitan dengan kesenian musik, tari-tarian sampai kepada tulisan yang mencakup didalamnya sebuah karya sastra. Sastra tidak hanya menjadi sebuah hasil kreatifitas serta imajinasi yang dituangkan kedalam sebuah tulisan. Akan tetapi lebih dari itu, karya sastra menjadi bentuk pencurahan dari ide, gagasan serta emosi bagi penulis yang membuatnya.

Sastra sendiri memiliki pengertian, secara etimologi diturunkan dari bahasa latin yakni literature (littera yang memiliki arti karya tulis).[1] Istilah tersebut dipakai untuk menyebutkan tatabahasa dan puisi. Sedangkan dalam bahasa Inggris penyebutan untuk istilah sastra biasa disebut dengan literature, dalam bahasa Jerman biasa disebut dengan literature. Semua istilah tersebut biasa digunakan dalam pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis.

Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata sastra mempunyai asal-usul dari bahasa Sansakerta, yakni “Sas-“ yang artinya mengajar, memberi petunjuk atau istruksi. Sedangkan “-tra” memiliki arti yang lazim digunakan untuk menunjukan alat atau sarana. Sehinga sastra memiliki pengertian alat untuk mengajar. Terdapat berbagai macam pengertian mengenai sastra, diantaranya mencakup pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya.[2]

Menurut Mursal Esten. Sastra atau kesusatraan merupakan pengungkapan dari fakta artistic dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. Melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia.

Menurut Atar Semi. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Aristoteles. Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.

Dari beberapa definisi sastra yang telah dikemukakan para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa sastra merupakan sebuah hasil cipta manusia yang menggambarkan gejolak sosial yang tengah berada di masyarakat, dengan menggunakan media bahasa sebagai alat dan sarana pengekspresian karya sastra itu sendiri. Hal inilah yang menjadi poin penting bahwa sanya karya sastra sebagai salah satu wujud kebudayaan manusia tidak dapat dipandang sebelah mata.

Sastra telah berkembang begitu pesat diseantero penjuru bumi, yang membuat keberadaan karya sastra semakin beragam adanya, serta jenisnya. Melihat dari sisi historis pun, sastra telah menjadi salah satu bagian yang layak untuk ditelaah karena mempunyai nilai yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah sebuah bangsa. Sehingga kajian mengenai sastra semakin banyak dan semakin konfrehensif. Hal inilah yang menjadikan sastra memiliki konsentrasi keilmuan sendiri untuk menjabarkan setiap karya sastra yang lazim kita ketahui sebagai ilmu sastra.

Ilmu sastra meliputi ilmu teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra. Ketiga hal tersebut sangat terkait dengan aspek kajian sastra itu sendiri. Sejarah sastra merupakan bagian dari ilmu sastra yang memperlajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu. Didalamnya dipelajari ciri-ciri karya sastra pada masa tertentu, para sastrawan yang mengisi arena sastra, serta peristiwa-peristiwa, puncak-puncak karya sastra yang menghiasi dunia sastra, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi diseputar masalah sastra.

Berbicara mengenai sastra serta perkembangannya, di Indonesia pun perkembangan sastra tidak kalah berkembang dengan Negara-negara lainnya. Bahkan di Indonesia sendiri perkembangan sastra telah berkembang lama dan jauh bekembang sebelum kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia. Membicarakan sejarah sastra yang berhubungan dengan Indonesia, sampai saat ini para ahli belum menemukan kesepakatan mengenai sejak kapan sastra Indonesia mulai berkembang. Sehingga dalam membicarakan sejarah kesusastraan Indonesia itu tidak terlepas dari sejarah kesusatraan Melayu.[3]

Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia masih memilikisatu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysiadan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura. Hal ini yang membuat karya sastra antara Indonesia memiliki ragam kesamaan dengan Negara-negara yang masih satu rumpun dengan Indonesia.

PEMBAHASAN

Di Indonesia sendiri terkenal dengan beberapa istilah untuk menyebutkan angkatan sastrawan yang hidup dan memiliki karya sastra pada masanya sendiri. Perkembangan sastra menurut zamannya dapat dikelompokan menjadi beberapa bagian. Para ahli sastra di Indonesia membuat klasifikasi yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing. Meskipun sudut pandang yang dikeluarkan oleh setiap para ahli sastra mengacu kepada kesimpulan yang sama.

Dari beberapa pendapat para ahli sastra tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan sastra di Indonesia dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yakni, sastra melayu, yang mana sastra ini ditulis oleh para pujangga yang ditulis sebelum awal abad ke-20,[4] atau biasa dikenal dengan sebutan pujangga lama. Kemudian yang temasuk sastra Indonesia, yang merupakan hasil karya pujangga yang ditulis sejak masa balai pustaka sampai sekarang.[5]
Perkembangan sastra.[6]

Sudah sejak abad ke-19, ada hal-hal sastra berbahasa melayu yang tidak di tulis oleh orang-orang yang berasal ari Kepulauan Riau yang semesta. Juga bahasa yang di pergunakannya akan sulit di sebut sebagai bahasa Melayu yang murni dan bresih. Bahasa melayu yang di pergunakan oleh para pengarang itu bukanlah bahasa Melayu Tinggi melainkan bahasa Melayu rendah atau bahasa Melayu Pasar.

Sementara itu hasil-hasil sastra melayu yang di tulis dalam bahasa Melayu Tinggi juga bukan main banyaknya. Kesastran melayu termasuk kesastran yang kaya di kepulauan Nusantara banyak hikayat-hikayat, syair-syair, pantun-pantun dan karya-karya sastra yang lain dan indah-indah dan usianya sudah abad-abad. Dapat diambil contoh misalnya Hikayat si Miskin, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Amir Hamzah, Syair Bidasari, Syair ken Tambuhan dan Sejarah Melayu ialah Beberapa di antara karya-karya sastra kelasik Melayu. Selain daripada kesusastraan yang berkembang di kawasan Melayu, kawasan yang termasuk ke dalam wilayah kepulauan Nusantara pun memiliki perkembangan dalam hal sastranya, sebut saja kesusastraan Jawa. Kesusastraan Jawa ialah yang paling tua dan paling kaya di seluruh kepulauan nusantara.

Pengaruhnya pun Nampak pula pada kesusastraan di Asia Tenggara umumnya, di kepulauan nusantara khususnya. Upamanya cerita penjadi pengaruhnya meluas sampai di Campa, Melayu dan Pilipina (tagalog). Epos mahabarata dan Ramayana dari india menemukan sumber dalam sastra Jawa. Persi Jawa dari Bharatayahuda di akui ahli para keindahannya. Demikian pula cerita-cerita lain yang berpangkal pada Mahabharata banyak di ciptakan orang baik dalam bahasa jawa Kuna, bahasa Jawa Tengahan ataupun Bahasa Jawa Baru. Dalam bahasa Kawi terkenal buah tangan Empu Kanwa yang berjudul Arjuna Wiwaha. Demikian juga Empuu Panuluh terkenal dengan buah tangnnya Gatotkacasarya, Harwangsa, dan lain-lain.hasil karya yang di tulis dalam bahasa Jawa Tengahan antara laian dikenal Tantri kamandaka, Calon Arang, Pararaton, Dewa Ruci dan lin-lain.

Tetapi berlainan dengan kesastraan Jawa, terhadap naskah-naskah kuna perhatian para sarjana masih kurang, sehingga masih banyak naskah-naskah kuna yang belum di ketahui isisnya, diantara naskah-naskah yang sudah di ketahui isinya yang berasal dari abad ke-15 berjudul Siksa Kanda Karasian.naskah-naskah lain yang kuna pula ialah : Cerita Parahiangan, Carita Waruga Guru, Kunjarakarna, dan lin-lain. Di samping itu dikenal pula jenis cerita pantun dari zaman pajajaran (abad ke 14-15) turun temurun secara lisan sampai sekarang. Baru pada abad ke 19 ada yang mencatatkannya secara tertulis. Naskah-naskah sunda kuna itu di tulis dengan huruf sunda kuna, yang angkanya tidak lagi di pergunakan akhir abad ke 18 karna sudah digunakan huruf Arab dan huruf Jawa.

Pada abad ke 19, banyak sekali yang disebut wawacan dijumpai dalam sastra sunda. Kebudayan tak dikenal lagi pengarangnya misalnya Suryakenta, ranggawulung, Surianingrat, Danumaya, Amir Hamzah, dan lain-lain. Menjelang abad ke 19, Muncul H. Muhamad Musa yang menulis wawacan Panjiwulung, wawacan Alimuchtar, dan lain-lain. Wawacan yang paing utama yang di ciptakan dalam orang dalam bahasa Sunda ialah Wawacan Purnama Alam karangan R. Suriadiredja. Pujangga sunda yang terpenting ialah H. Hasan Mustapa (1852-1930)menulis puisi yang berbentuk danding.

Kesastraan Bali pun, seperti juga kesastran Jawa dan Sunda, banyak mengerjakan kembali cerita-cerita,Mahabarata dan Ramayana. Yang berasal dari india. Banyak nsakah-naskah kuna yang di tulis dalam bahasa Bali didasarkan kepada kisah-kisah tersebut. Tetapi kisah yang asli Balipun tidak kurang. Diantaranya yang paling terkenal ialah tentang istilah Jayaparna dengan Layonsari, yang di akui para ahli bernilai tinggi.

Umumnya karya-karya sastra kuna itu mengisahkan kehidupan antah-berantah, kerajan-kerajan atas angina, dengan raja putra yang gagah perwira dan putri-putri yang cantik jelita;kepada para pembacanya meberikan nasihat secara langsung ataupun tidak langsung, antara lain yang berkenaan dengan moral, agama, ilmu, dan lin-lain. Dengan perkataan lain umumnya sastra kuna itu bersifat keratin sentrik. Kehidupan orang banyak, petani-petani dan kampong atau pedagang-pedagang di kota, tak pernah menjadi perhatian para pejuang, karna itu tidak pernah masuk hitungan.

Demikain juga bentuknya. Umumnya sudah mempunyai bentuk yang tradisonal. Kebanyakn berbentuk tembang (puisi). Pendekatannya sebelum bahasa prosa cenderung dianggap tidak bernialai sastra. Dengan berkembangnya pers (terutama surat kabar) mulai pertengahan abad ke 19, maka mulailah digunakan tanda prosa yang zakelijk dan praktis untuk menyampaikan peristiwa hidup sehari-hari. Ditambah oleh pengaruh bacaan sastra Eropa melalui Belanda, maka mulailah orang mempergunakan bahasa perosa untuk bercerita. Mungkin pada awalnya mereka tidak begitu sadar untuk bersastra, tapi lama kelaman jenis cerita ini berkembang pesat setelah banyak mendapat peminat.

Merupakan suatu kenyataan yang menarik, bahwa roman pertama yna gmengisahkan kehidupan nyata sehari-hari itu dan mula-mula di muat sebagai feuilletondalam surat-surat kabar ditulis dalam bahasa pergaulan sehari-hari. Yaitu dalam bahasa Melayu Rendah. Banyak di antara para pengarang yang menulis roman-roman pertama pada akhir abad ke 19 atau abad ke 20 itu bukan asal Sumatra atau kepulauan Riau. Ada yang berasal dari Jawa, dan berasal dari Ambondan ada orang-orang indo. Mereka tidak menulis dalam bahasa daerahnya masing-masing, dalam bentuk tembang atau surat yang sudah tradisional itu. Misalnya seorang menado Pangemanan yang apada awal abad ke 20 merupakan seorangwartawan yang piawai, ia pun ada juga menulis cerita-cerita roman. Demikian juga seorang indo bernama G. francis menulis kisah Nyai Dasima (1896) yang konon berdasarkan pristiwa yang bener-bener terjadi di betawi. H. Moekti menulis Hikatat Siti Maryah yang meskipun disebut “hikayat” namun taka da persamannya dengan hikayat-hikayat yang dikenal dalam sastra kelasik. Cerita itu di sebut sebagai feuilleton dalam surat kabar Medan Prijaji yang di sebut di Bandung. Demikian juga cerita-cerita karangan Raden Mas Tirto Adhisurjo, Busona dan Nyai Permana di muat dalam surat kabar tersebut.

Roman ialah bentuk sastra Eropa yang tumbuh subur sekitar abad ke 18 dan ke 19 bentuk ini ternyata di gemari pula dan di Indonesia pengaruh Eropa itu tidak hanya tempat dalam proses, melainkan juga dalam puisi. Pada sekitar tahun 1920, Muhammad Yamin, Sanusi Pance, Muhammd Hatta, Roestam Effendi dan lain-lain banyak menulis sonata, yaitu bentuk puisi yang berasal dari italia dan di gemari di Inggris dan Belanda.

Barulah pada tahun 1920 terbit Balai Pustaka roman yang di tulis dalam bahasa Melayu Tinggi, yaitu karangan Merari siregar berjudul Azab dan Sangsara. Dua tahun kemudia disebut roman yang sekarang yang telah menjadi kelasik, yaitu yakni Sitti Nurbaya buah tangan Marah Rusli. M. Kasim menulis Muda Taruna dan Nur Sutan Iskandar dengan mempergunakan nama Nursinah Iskandar menerbitkan Apa Dayaku Karna Aku Perempuan (keduanya juga terbit tahun 1922).

Maka pantaslah perkembangansastra klasik Indonesia terkenal dengan istilah Pujangga lama memiliki ciri khasnya sendiri. Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya sastra di dominasi oleh syair[7], pantun[8], gurindam[9]dan hikayat[10]. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya.

Karya sastra yang berkembang pada masa pujangga lama, memiliki ciri yang begitu khas, karena dapat digolongkan kedalam puisi didaktif atau didaktis. Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha memasukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif, maupun sikap pengarang terhadap kehidupan.[11] Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[12]
Ciri-ciri Karya Sastra Pujangga Lama

Karya sastra yang dihasilkan oleh para pujangga Indonesia yang khususnya oleh angkatan pujangga lama memang memiliki ciri khas dari isi karya sastranya yang didakstis. Berikut ciri-ciri lengkap dari karya sastra pujangga lama, Ciri-ciri umum kesusastraan lama atau juga bisa disebut dengan karya sastra pujangga lama adalah sebagai berikut.[13]

Bersifat statis karena sejalan dengan sikap masyarakat yang tradisional dan konservatif.

Karena masyarakat dahulu adalah masyarakat lama yang mengutamakan hidup bergotong royong sehingga kesusastraan lama sebagai pancaran masyarakat merupakan milik bersama. Itulah sebabnya para pujangga lama tidak mau memberikan identitas nama pada setiap hasil karyanya dan mengumumkan hasil karyanya kepada masyarakat. Dan oleh sebab itulah banyak pujangga-pujangga lama tidak dikenal namanya serta karyanya sehingga tidak dikenal pula siapa pengarangnya.

Tema pokok-pokok karangan yang berupa puisi maupun prosa bercorak sebagai berikut.
- Khayalan atau fantasi, layaknya dongeng-dongeng, legenda, ataupun fabel.
- Pendidikan dalam bentuk didaktik dan pelajaran.
- Agama atau kepercayaan.
- Istana sentries, yaitu cerita yang meliputi tahta-tahta kerajaan dan raja-raja beserta keluarganya.

Dari segi bahasa, kesusastraan lama banyak menggunakan bahasa Melayu Kuno yang didalamnya penuh dengan pepatah, kalimat majemuk yang panjang, serta ungkapan-ungkapan yang dihiasi dengan bahasa-bahasa asing, bahasa Sansekerta, dan bahasa Arab.

Sastra lama Indonesia juga yang bukan asli. Artinya yang sudah dapat pengaruh luar, misalnya yang mendapat pengaruh Jawa, diantaranya, Hikatat Panji Semiring, Hikayat Cekel Wening Pati, Jalan Resmi dan Damar Wulan. Selanjutnya, sastra lama Indonesia dapat pengaruh Hindu dan Arab Persia.[14].
Tokoh-tokoh Pujangga Lama dan Karyanya.

Budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Diantara tokoh-tokohnya ialah.[15]

Hamzah Fansuri, adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII. Beliau lahir pada abad ke-16 hingga awal abad ke-17, tinggal di Barus Aceh. Beliau terkenal dengan ahli suluk. Karya-karya nya yang terkenal antara lain:

Prosa Asrar Al-Arifin
Syair Dagang
Syair Si Burung Pingai
Syair Perahu

Syamsuddin As-Samatrani, beliau adalah murid dari Hamzah Fansuri yang hidup antara tahun 1607-1636. Syamsuddin As-Samatrani tinggal di Istana Sultan Aceh Mahkota Alam dan memangku jabatan sebagai perdana menteri. Namun mereka dibenci oleh Nuruddin Ar-Raniri karena menganggap ajaran yang diajarkan menyesatkan umat Islam. Karya-karya Syamsuddin As-Samatrani diantaranya:

Sarh Rubali Hamzah Fansuri
Mir’at Al- Iman
Mir’at Al-Mukmin

Syekh Nuruddin Ibn Ali Ar-Raniri, Beliau merupakan seorang pujangga seangkatan dengan Hamzah Fansuri. Kehidupannya yang berada dilingkungan kesultanan Aceh sangat mempengaruhi dirinya. Namun beliau sangat tidak menyukai Hamzah Fansuri karena menganggap ajarannya menyesatkan umat Islam. Karya-karya Syekh Nuruddin Ar-Raniri diantaranya:

Bustanu’s salatin
Sirata’I Mustaqim
Tibyan fi Ma’rifat Al-Adyan

Raja Ali Haji. Beliau merupakan saudara sepupu dari Raja Muda Riau. Raja Ali Haji memerintah antara tahun 1844-1857. Karya-karya Raja Ali Haji yang terkenal diantaranya:

Gurindam Dua Belas
Syair Abdul Muluk

Bukhari Al-Jauhari. Beliau merupakan pujangga yang berasal dari tanah melayu. Karyanya yang terkenal adalah Tajus salatin (mahkota raja-raja).

Tun Muhammad Sri Lanang. Beliau mempunyai gelar sebagai bendahara Paduka Raja. Karyanya yang menonjol adalah Sulalatu’s Salatin (Sejarah Melayu).

Masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Beliau lahir sekitar tahun 1797 dan meninggal pada tahun 1853, di Jeddah pada saat menunaikan ibadah haji. Abdullah bin Abdulkadir Munsyi merupakan tokoh pembaharu sastra melayu menuju sastra Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat dari karya-karyanya yang menggunakan bahasa yang lancer, juga ditemukan sedikit sekali kata-kata yang berasal dari bahasa Arab. Cerita yang disampaikan dalam setiap karyanya menceritakan mengenai kehidupan masyarakat sehari-hari. Karya-karya beliau diantaranya:

Hikayat Abdullah, yang merupakan autobiografinya
Syair Perihal Singapura Dimakan Api
Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah
Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura ke Kelantan.
Puisi Didaktis Karya Pujangga Lama

Tidak hanya sebatas membuat karya sastra yang begitu indah, akan tetapi angkatan pujannga lama telah memberikan sumbangan yang begitu banyak terhadap kekayaan sastra Nusantra. Berikut merupakan salah satu contoh puisi didaktis karya Pujangga Lama

Gurindam Dua Belas [16]


Karya, Raja Ali Haji

Fasal 1

barang siapa tiada memegang agama
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama

barang siapa mengenal yang empat
maka yaitulah orang yang makrifat

barang siapa mengenal Allah
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah

barang siapa mengenal diri
maka telah mengenal akan tuhan yang bahri

barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya

barang siapa mengenal akhirat
tahulah ia dunia mudharat


Fasal 2

barang siapa mengenal yang tersebut
tahulah ia makna takut

barang siapa meninggalkan sembahyang
seperti rumah tiada bertiang

barang siapa meninggalkan puasa
tidaklah mendapat dua termasa

barang siapa meninggalkan zakat
tiada hartanya beroleh berkat

barang siapa meninggalkan haji
tiadalah ia menyempurnakan janji

Fasal 3

apabila terpelihara mata
sedikitlah cita-cita

apabila terpelihara kuping
khabar yang jahat tiadalah damping

pabila terpelihara lidah
niscaya dapat daripadanya faedah

bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
daripada segala berat dan ringan

apabila perut terlalu penuh
keluarlah fi’il yang tiada senonoh

anggota tengah hendaklah ingat
di situlah banyak orang yang hilang semangat

hendaklah peliharakan kaki
daripada berjalan yang membawa rugi

Fasal 4

hati itu kerajaan di dalam tubuh
jikalau zalim segala anggota pun rubuh

apabila dengki sudah bertanah
datang daripadanya beberapa anak panah

mengumpat dan memuji hendaklah pikir
di situlah banyak orang yang tergelincir

ekerjaan marah jangan dibela
nanti hilang akal di kepala

jika sedikit pun berbuat bohong
boleh diumpamakan mulutnya itu pekung

tanda orang yang amat celaka
aib dirinya tiada ia sangka

bakhil jangan diberi singgah
itulah perompak yang amat gagah

arang siapa yang sudah besar
janganlah kelakuannya membuat kasar

barang siapa perkataan kotor
mulutnya itu umpama ketor

di manatah tahu salah diri
jika tiada orang lain yang berperi

pekerjaan takbur jangan direpih
sebelum mati didapat juga sepih


Fasal 5

jika hendak mengenal orang berbangsa
lihat kepada budi dan bahasa

jika hendak mengenal orang yang berbahagia
sangat memeliharakan yang sia-sia

jika hendak mengenal orang mulia
lihatlah kepada kelakuan dia

jika hendak mengenal orang yang berilmu
bertanya dan belajar tiadalah jemu

jika hendak mengenal orang yang berakal
di dalam dunia mengambil bekal

jika hendak mengenal orang yang baik perangai
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai

Fasal 6

cahari olehmu akan sahabat
yang boleh dijadikan obat

cahari olehmu akan guru
yang boleh tahukan tiap seteru

cahari olehmu akan isteri
yang boleh menyerahkan diri

cahari olehmu akan kawan
pilih segala orang yang setiawan

cahari olehmu akan abdi
yang ada baik sedikit budi


Fasal 7

apabila banyak berkata-kata
di situlah jalan masuk dusta

apabila banyak berlebih-lebihan suka
itulah tanda hampirkan duka

apabila kita kurang siasat
itulah tanda pekerjaan hendak sesat

apabila anak tidak dilatih
jika besar bapanya letih

apabila banyak mencacat orang
itulah tanda dirinya kurang

apabila orang yang banyak tidur
sia-sia sahajalah umur

apabila mendengar akan khabar
menerimanya itu hendaklah sabar

apabila mendengar akan aduan
membicarakannya itu hendaklah cemburuan

apabila perkataan yang lemah lembut
lekaslah segala orang mengikut

apabila perkataan yang amat kasar
lekaslah orang sekalian gusar

apabila pekerjaan yang amat benar
tiada boleh orang berbuat honar


Fasal 8

barang siapa khianat akan dirinya
apalagi kepada lainnya

kepada dirinya ia aniaya
orang itu jangan engkau percaya

lidah suka membenarkan dirinya
daripada yang lain dapat kesalahannya

daripada memuji diri hendaklah sabar
biar daripada orang datangnya khabar

orang yang suka menampakkan jasa
setengah daripada syirik mengaku kuasa

kejahatan diri sembunyikan
kebajikan diri diamkan

keaiban orang jangan dibuka
keaiban diri hendaklah sangka

Fasal 9

tahu pekerjaan tak baik tapi dikerjakan
bukannya manusia ia itulah syaitan

kejahatan seorang perempaun tua
itulah iblis punya penggawa

kepada segala hamba-hamba raja
di situlah syaitan tempatnya manja

kebanyakan orang yang muda-muda
di situlah syaitan tempat bergoda

perkumpulan laki-laki dengan perempuan
di situlah syaitan punya jamuan

adapun orang tua yang hemat
syaitan tak suka membuat sahabat

jika orang muda kuat berguru
dengan syaitan jadi berseteru


Fasal 10

dengan bapa jangan durhaka
supaya Allah tidak murka

dengan ibu hendaklah hormat
supaya badan dapat selamat

dengan anak janganlah lalai
supaya boleh naik ke tengah balai

dengan isteri dan gundik janganlah alpa
supaya kemaluan jangan menerpa

dengan kawan hendaklah adil
supaya tangannya jadi kapil

Fasal 11

hendaklah berjasa
kepada yang sebangsa

hendaklah jadi kepala
buang perangai yang cela

hendak memegang amanat
buanglah khianat

hendak marah
dahulukan hujjah

hendak dimalui
jangan memalui

hendak ramai
murahkan perangai

Fasal 12

raja mufakat dengan menteri
seperti kebun berpagar duri

betul hati kepada raja
tanda jadi sebarang kerja

hukum adil atas rakyat
tanda raja beroleh inayat

kasihkan orang yang berilmu
tanda rahmat atas dirimu

hormat akan orang yang pandai
tanda mengenal kasa dan cindai

ingatkan dirinya mati
itulah asal berbuat bakti

akhirat itu terlalu nyata
kepada hati yang tidak buta.


Analisis Terhadap Gurindam 12, karya Raja Ali Haji.


Gurindam adalah salah satu bentuk karya satra lama yang berasal dari negara India Selatan. Jika ditelusuri lebih dalam girundam bagian dari puisi lama yang memiliki pengaruh dengan agama Hindu. Adapun seiring berjalannya waktu gurindam perlahan-lahan mulai ada perubahan dari segi isi yang semula ada pengaruh Hindu menjadi pengaruh Islam. Gurindam masuk dan berkembang di Indonesia pada abad ke 19. Salah seorang sastrawan yang sangat terkenal dengan gurindamnya adalah Raja Ali Haj. Tulisannya yang plaing populer sampai sekarang adalah gurindam 12. Yang mana terdiri dari 12 pasal-pasal dengan 60 bait.[17]

Apabila diperhatikan secara seksama, gurindam 12 karya Raja Ali haji. Dalam setiap pasal di Gurindam mempunyai dua baris dalam serangkap atau beberapa baris dalam serangkap. Setiap baris ke baris mempunyai makna yang sangat kuat dan salaing berkesinambungan antara baris pertama dan baris keduanya. Baris pertama itu menyatakan tentang suatu pikiran atau pristiwa sedangkan baris kedua sebagi yaitu menyatakan keterangan atau menjelaskan apa yang telah dinyatakan dalam baris pertama. Berikuta adalah makna dari setiap pasal Gurundam 12.

Dari puisi Karya, Raja Ali Haji dalam fasal pertama memberi nasihat tentang agama. Dari bait pertama penyair menjelaskan seseorang yang tidak punya agama maka akan buta arah dalam hidupnya. Dari pasal penyair menuluskan sebuah pendidikan pengenalan diri manusia dari bait pertama menjelaskan Agama, Tuhannya, diri manusia sendiri, dunia, dan akhirat, jadi fasal pertama ini penyai menjelaskan bagaimana manusia harus mencari jatidirnya sendiri sehingga ia tahu bgaimana seharunya hidup.

Pasal kedua terkandung menceritakan orang-orang yang meinggalkan perintah Tuahn seperti Sembahyang, Puasa, Zakat, dan Haji seta dampak akibatnya. Dari bait pertaama “barang siapa mengenal yang tersebut. tahulah ia makna takut” Jika seseorang tahu terhadap Agamannya pasti seseorang tersebut akan takut apa yang telah dilarang oleh Agama dan akan melaksanakan yang seharusnya di laksanakan sesuai perintah Tuhannya. Bait kedua “barang siapa meninggalkan sembahyang. seperti rumah tiada bertiang” artinya jika seorang tak pernah sembahyang maka bagaikan rumah tanpa tiang, solat merupakan pegangan hidup dan tiangnya Agama. Bait ke tiga “barang siapa meninggalkan puasa. tidaklah mendapat dua termasa”Puasa merupakan sebuah ibadah yang sangat baik jika seseorang meninggalkan ibadah puasa maka orang tersebut akan kehilangan dunia dan akhirat, dan Allah tidak akan menjaga orang itu. Bait ke “Empat barang siapa meninggalkan zakat. tiada hartanya beroleh berkat” jika seseorang tidak mengeluarkan jakan sepeserpun dan kehidupnnya senang maka dalam hidupnya akan tidak akan merasa senang dan harta yang ada tidak akan diridhai oleh Allah SWT. Bait kelima, “barang siapa meninggalkan haji. tiadalah ia menyempurnakan janji” Jika seseorang yang mampu tidak naik Haji maka tidak menyempurnakan janjinya sebagai orang Islam.

Pasal ketiga, yaitu penyair menjelaskan tentang budi pekerti yaitu menahan kata-kata yang tidak perlu dan makna sebenernya. Dalam bait pertama “apabila terpelihara mata. sedikitlah cita-cita” Artinya mata yang talah di ciptakan oleh Tuhan harus sebaik-baiknya di pergunakan dengan baik sampai jangan melihat apa yang seharusnya tidak boleh di liat. Bait kedua “apabila terpelihara kupin. khabar yang jahat tiadalah damping” Fungsi telinga seharusnya di jauhkan dari bermacam guncangan dan hasutan-hasutan dari orang lain yang akan menimbulkan kerugian. Bait ketiga “apabila terpelihara lidah. niscaya dapat daripadanya faedah” artinya jika seseorang menjaga omongnya akan mendafatkan manfaat. Bait keempat “bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan. daripada segala berat dan ringan” artinya tangan kita harus di pergunakan dengan baik jangan sampai mengambil yang bukan hak kita. Bait kelima “apabila perut terlalu penuh. keluarlah fi’il yang tiada senonoh” Manusia mempunyai nafsu yang berpusat di perut artinya manusia harus menjaga nafsunya dengan baik supaya tidak melakukan perbuatan yang di larang. Bait keenam “anggota tengah hendaklah ingat. di situlah banyak orang yang hilang semangat” artinya dalam menjalani hidup ini kita harus penuh dengan semangat dan harapan. Bait ketujuh “hendaklah peliharakan kaki. daripada berjalan yang membawa rugi” artinya jangan merugikan diri sendiri dengan melkukan hal-hal yang seharusnya tidak di lakukan dan harus melangkah di jalan yang di ridhoi oleh Allah AWT.

Fasal keempat. Dari fasal keempat ini menceritakan tentang tabait yang mulaia, yang muncul dari hati (nurani) dan akal pikiran (budi). Dari beberapa bait yang ada penulis akan melihat beberapa penggalan bait dari bait pertama yang berisi “hati itu kerajaan di dalam tubuh. jikalau zalim segala anggota pun rubuh” apabila dengi sudah bertambah dalam diri manusia datanglah dari padanya berupa anak panah. Bait kedua “apabila dengki sudah bertanah. datang daripadanya beberapa anak panah” jika hati seseorang sudah mempunyai hati yang dengki itu hanya akan merugikan dirinya sendiri. Bait ketiga “mengumpat dan memuji hendaklah piker. di situlah banyak orang yang tergelincir” Jika akan berbicara maka harus berhati-hati supaya perkataan tersebut tidak celaka karnanya. Bait keempat “pekerjaan marah jangan dibela. nanti hilang akal di kepala” amarah merupakan perbuatan yang sangat sia-sia maka dari itu kita harus menjaga amarah kiat. Bait kelima, “jika sedikit pun berbuat bohong . boleh diumpamakan mulutnya itu pekung” Jika seseorang yang penuh berbohong dan sedikit apapun dustanya itu akan terus nampak di mata orang lain. Darti lima penggalan bait diatas bahwa segala sesuatu perbuatan itu datangnya dari hati dan akal pikiran.

Fasal kelima. Makna yang tarkandung dalam pasal kelima yaitu tntang pentingnya pendidikan dan memperluas pergaulan dengan kalum intelek/pelajar. Dari bait pertama, “jika hendak mengenal orang berbangsa. lihat kepada budi dan bahasa” Jika kita melihat orang yang mulia dan berbangsa maka kita harus lihat dari prilaku dan tuturkatanya. Baris kedua, “ jika hendak mengenal orang yang berbahagia. sangat memeliharakan yang sia-sia” Seseorang yang bahagia adalah orang yang berhemat dan tidak melakukan perbutan yang sia-sia. bait ketiga, “jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuan dia”Jika kitaingin melihat seseoran apaka ia mulia kita bisa melihat dari sisi sikapnya. Bait keempat, “jika hendak mengenal orang yang berilmu. bertanya dan belajar tiadalah jemu” Jika seseorang tidak pernah jemu untuk belajar dan memetik pelajaran dari hidupnya di dunia. Bait kelima, “jika hendak mengenal orang yang berakal. di dalam dunia mengambil bekal” jika seseorang yang berakal maka akan akan mempersiapkan bekal waktu hidup di dunia ini. Bait keenam, “jika hendak mengenal orang yang baik peranga. lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai” jika kita ingin melihat sifat baik dari seseorang maka kita harus liat bagai mana ia bergaul di masyarakat.

Pasal keenam dalam fasal ini terkandung tntang pergaulan, yang menyarankan untuk mencari sahabat yang baik, serta guru sejati yang dapat mengajarkan mana yang baik dan yang buruk. Dari bait pertama, “cahari olehmu akan sahabat. yang boleh dijadikan obat” artinya adalah sahabat yang bisa membantu kuata dan setia. Bait kedua, “cahari olehmu akan gur. yang boleh tahukan tiap seteru” carilah guru yang serba tahu dan pengalamannya banyak sehingga tidak menyembunyikan hal-hal buruk. Bait ketiga, “cahari olehmu akan isteri. yang boleh menyerahkan diri” jika kita memilih istri yang patut ambil adalah istri yang berbakti. Bait keempat, “cahari olehmu akan kawan. pilih segala orang yang setiawan” jika kita ingin memilih tlam maka carilah teman yang setia disaat kita senang maupun susah. Bait kelima “cahari olehmu akan abdi. yang ada baik sedikit budi”pembantu, pengikut, budak yang patut diambil adalah abdi yang berbudi.

Pasal ketujuh ini berisi tentang nasihat agar orang tua mambangun anaknya dengan ahlak dan budi kekerti dengan sebaik mmungkin. Jika tidak, maka orang tua kelak akan repot sendiri. dari Bait pertama “apabila banyak berkata-kata. di situlah jalan masuk dusta” orang banyak bicara kemungkinan bedar orang tersebut sering berdusata. Baris kedua “apabila banyak berlebih-lebihan suka. itulah tanda hampirkan duka” jika terlalu mengharapkan sesuatu akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam saat sesuatu itu tidak seperti di harapkan dan akan menimbulkan masalah bagi dirinya. Baris ketiga, “apabila kita kurang siasat, itulah tanda pekerjaan hendak sesat” Jika kita ingin bekerja maka harus ada persiapan yang matang terlebih dahulu. Bait keempat “apabila anak tidak dilatih. jika besar bapanya letih” jika anak tidak didik dari semasa kecilnya akan menyababkan saat tumbuh dewasa akan membngkan orang tuanya. Bait kelima “apabila banyak mencacat orang. itulah tanda dirinya kurang” jangan suka menghina orang lian. Itu merupan pengalan beberapa baris dari pasal ke tujuh yang menceritakan pendidikan terhadap anak.

Psal kedelapan yang berisi makna nasihat agar orang tua tidak percaya pada orang yang culas dan tidak berprasangka buruk terhadap seseorang. Bait baris pertama “barang siapa khianat akan dirinya. apalagi kepada lainnya” apabila seseorang ingkar dan aniaya terhadap dirinya sendiri maka tidak dapat di percaya. Baris kedua “kepada dirinya ia aniaya. rang itu jangan engkau percaya” jang pernah percaya kepada orang yang suka menganiyaya orang lain. Bait ketiga, “lidah suka membenarkan dirinya. daripada yang lain dapat kesalahannya” kita tiadk boleh menyalahkan orang lain dan menganggap diri kita yang paling bener. Bait keempat “daripada memuji diri hendaklah sabar. biar daripada orang datangnya khabar” pujian tidak usah dibuat sendiri tapi tunggu datangnya dari orang lain. Bait kelima, “orang yang suka menampakkan jasa. setengah daripada syirik mengaku kuasa” jangan pernanh menginginkan imbalan dari orang lian yang telah kita berbuat. Baris keenam, “kejahatan diri sembunyikan. kebajikan diri diamkan” sifar-sifat yang ada dalam diri kita kangan kita tampakan kepadaorang lain entah itu baik atau buruk. Bait ketujuh, “keaiban orang jangan dibuka. keaiban diri hendaklah sangka” jangan membuka aib orang lain, kesalahan diri sendiri harus di sadar.

Pasal kesembilan yang berisi nasihat moral pergaulan peria wanita dan tentang pendidikan. Dalam pergaulan antara wanita dan peria ada pengendalian tertentu bagi dirisemdiri dan setiap orang garus rajin beribadah supaya agar kuat imannya. Bait pertama berisikan, “tahu pekerjaan tak baik tapi dikerjakan. bukannya manusia ia itulah syaitan” jika manusia sudah mengetahui pekerjaan yang di larang oleh Allah SWT, maka manusia tersebut tidak dapat dikatakan manusia. Bait ke dua, “kejahatan seorang perempaun tua. itulah iblis punya penggawa” kejahatan wanita tua bagaikan pimpinan setan. Bait ketiga, kepada segala hamba-hamba raja. di situlah syaitan tempatnya manja,jngan tergoda akan kekayan seorang raja. Bait keempat “kebanyakan orang yang muda-muda . di situlah syaitan tempat bergoda” semasa muda jangan pernah iman kita tergoda oleh rayuan syaitan. Bait kelima, “perkumpulan laki-laki dengan perempuan, di situlah syaitan punya jamuan” jika terdapat seorang laki-laki dan permpuan sedang berduan maka disitulah setan berada untuk menggangu iman orang tersebut. Bait keenal, “adapun orang tua yang hemat. syaitan tak suka membuat sahabat” jika kita semasa muda tidak menyia-nyiakan waktu dan selalu ada di jalan Allah SWT, maka setan akan menjauhi orang tersebut. Bait ketujuh jika “orang muda kuat berguru. dengan syaitan jadi berseteru” jika seorang yang muda belajar maka akan di jauhi oleh setan.

Pasal kesepuluh yang berisi nasihat keagaman dan budipekerti, yaitu kewajiban seorang anak untuk menghormati orangtuannya. Bait pertama berisikan “dengan bapa jangan durhaka. supaya Allah tidak murka” jangan durhaka terhadap bapak ynag sudah menapkahi. Bait kedua, “dengan ibu hendaklah hormat. supaya badan dapat selama” setiap anak harus patuh dan hormat kepada ibunya yang telah melahirkan dan telah mempertaruhkannyawanya saat melahirkan. Bait ketiga, “dengan anak janganlah lalai. supaya boleh naik ke tengah balai” bagi orang tua jalagalah anak karena anak adalah anugrah dan titipan dari tuhan. Bait kelima“dengan kawan hendaklah adil. supaya tangannya jadi kapil” harus bersikap adalih terhadap sesame teman.

Pasal kesebelas yang berisikan nasihat agarditengah masyarakat selalu menjaga adab, menjaga lisan, menjauhi amarah, memenuhi janji, memiliki rasa mau dan selalu bermuka ceria. Kita ambil penggelan di Bait yang pertan yang berisikan “hendaklah berjasa. kepada yang sebangsa” dari bait pertama ini himbauan kepada manusia agar selalu biasa bermanfaat bagi kepada sesama, sebabdalam islam memang sangat di anjurkan untuk salang memberikan manfaat. Bait-bait selanjutnya put itu mengajarkan tentang pemimpin, memegang amanat, dan mengajarkan adab di masyarakat.

Pasal keduabelas berisikan tentang tugas seorang raja, mentri mauoun rakyat terhadap bangsa dan negaranya. Segala aturan yang telah di tetapkan maka harus di patuhi. Dari bait pertama menjelaskan raja” mufakat dengan menteri. seperti kebun berpagar duri” Menjelaskan hubungan antara mentri dan raja harus saling menjaga satu sama lain dan harus bekerja sama. Bait kedua, “betul hati kepada raja. tanda jadi sebarang kerja” raja yang baik dan dapat petunjuk dari Allah AWT adalah raja yang adil terhadap rakyatnya. Bait ketiga “hukum adil atas rakyat. tanda raja beroleh inayat” Hukum yang berlaku harus di dasari dengan hak asasi manusia. Bait keempat “kasihkan orang yang berilmu. tanda rahmat atas dirimu” jika seseorang berilmu makan akan di karuniai oleh Allah dan dihormati oleh orang lain. Bait kelima “hormat akan orang yang pandai, tanda mengenal kasa dan cindai” Kita harus hormat terhadap sesame manusia. Bait keenam “ingatkan dirinya mati. itulah asal” berbuat bakti bila manusia mengingat kematinnya nanti, ia akan lebih berbakti kepada Allah dan manjauhi larangannya. Bait ketujuh “akhirat itu terlalu nyata. kepada hati yang tidak buta” Jika sesorang yang tidak buta hatinya maka akan tahu bahwa akhirat itu bener-bener ada.

Dari gurundam 12 ini kita bisa tarik makna atau isi kandungan yang ada dalam setiap pasal yang berisian tentang mengajak seluruh umat manusia harus senantiasa menjalankan perintah tuhan dan menjauhi larangnnya, begitu juga mengajarkan adab di kelurga dan di masyarakt.
Penutup

Dalam rangkaian sejarah, perkembangan serta berbagai aspek yang terdapat dalam kekayaan khazanah sastra Nusantara, sastra yang dibuat tidaklah hanya sekedar karya yang khas berupa tulisan. Akan tetapi juga terdapat didalamnya makna didaktis atau makna mendidik kepada masyarakat dan juga atas tulisan yang menggambarkan situasi dan kondisi masyarakat pada saat itu. Hal inilah yang menjadikan karya sastra pujangga lama begitu khas dan cirinya tidak dimiliki oleh anggkatan selanjutnya.

Hal ini dapat dilihat dan dianalisis dari contoh gurindam 12 karya Raja Ali Haji yang mana dari setiap bait gurindam menyiratkan akan sebuah makna dan pelajaran yang menjadi salah satu media untuk menyebarkan ilmu serta nasihat lewat media yang berupa sebuah karya sastra.

DAFTAR PUSTAKA


Rosidi, Ajip.1964.Kapankah Kesusatraan Indonesia Lahir?.Jakarta:Bhratara
-------------. 1991. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung:Binacipta
Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (1991). Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo.
Nurcholis.2016.Introduction To Literary Analysis.Bandung
Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004. London: MacMillan.
Yandianto.2004.Apresiasi Karya Sastra dan Pujangga Indonesia.Bandung.M2S Bandung

Sumber Internet:

https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia(diakses pada 28 September 2016. Pada pukul 21.00)https://books.google.co.id/books?id=NSN1CwAAQBAJ&pg=PA4&lpg=PA4&dq=sastra+pujangga+lama&source=bl&ots=C6gTujVeFt&sig=-RJfnnZSyPeC1739ZZ49rMGslww&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=sastra%20pujangga%20lama&f=false(diakses pada 28 September 2016. Pada pukul 21.00)

http://miraclecenter99.blogspot.co.id/2013/10/ciri-sastra-pujangga-lama.html (diakses pada 28 September 2016. Pada pukul 21.00)

https://kerajaansastrasemesta.wordpress.com/sastra-indonesia/pujangga-lama/.(diakses pada 28 September 2016. Pada pukul 21.00)

http://www.rajaalihaji.com/id/works.php?a=SEovUnMvVw%3D%3D (diakses pada 28 September 2016. Pada pukul 21.00)

http://berkahkhair.com/gurindam-12/ (diakses pada 6 Desember 2016. Pada pukul 10.33)

Catatan Kaki

[1]Nurholis.2016.Introduction To Literary Analysis.Bandung.halaman.3
[2]Nurholis.2016.Introduction To Literary Analysis.Bandung.halaman.3
[3] Ajip Rosidi.1964.Kapankah Kesusatraan Indonesia Lahir?.Jakarta.Bharatara.halaman.1
[4]Yandiato.2004.Apresiasi Karya Sastra dan Pujangga Indonesia.Bandung.halaman.1
[5] Ibid.halaman 1
[6] Rosidi, Ajip. 1991. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung, Binacipta
[7] puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang berakhir dengan bunyi yang sama. (dikutip dari http://kbbi.web.id/. Diakses pada 03 Oktober 2016)
[8]bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi. (dikutip dari http://kbbi.web.id/. Diakses pada 03 Oktober 2016)
[9]sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat. (dikutip dari http://kbbi.web.id/. Diakses pada 03 Oktober 2016)
[10]karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta. (dikutip dari http://kbbi.web.id/. Diakses pada 03 Oktober 2016)
[11]Aminudin.2015.Apresiasi Karya Sastra.Bandung:Sinar Baru Aglesindo.halaman.47
[12]Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004. London: MacMillan. p. 117.
[13]http://miraclecenter99.blogspot.co.id/2013/10/ciri-sastra-pujangga-lama.html
[14]https://books.google.co.id/books?id=NSN1CwAAQBAJ&pg=PA4&lpg=PA4&dq=sastra+pujangga+lama&source=bl&ots=C6gTujVeFt&sig=-RJfnnZSyPeC1739ZZ49rMGslww&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=sastra%20pujangga%20lama&f=false
[15] Yandianto.2004.Apresiasi Karya Sastra dan Pujangga Indonesia.Bandung.M2S Bandung.H.13
[16] http://www.rajaalihaji.com/id/works.php?a=SEovUnMvVw%3D%3D (diakses pada 28 September 2016. Pada pukul 21.00)
[17] http://berkahkhair.com/gurindam-12/ (diakses pada 6 Desember 2016. Pada pukul 10.33)


Penulis
Hermawan Arisusanto
Iis Listari