Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Biografi Jalaluddin Al-Suyuthy

Biografi Jalaluddin Al-Suyuthy

RUANGKELAS17 - Jalaluddin Abdurrahman bin Muhamad Al-syuthi  lahir di Kairo tahun 1445 M dari keluarga keturunan seorang pemuka tarekat dan tasawuf, syikh Hamanuddin Al-khudhair. Nama Al- Khudairi di ambil dari nama desa Al- Khudairiyah masing-masing di Asyuth dan Kairo. Dalam salah satu karyanya di katakan bahwa dirinya adalah seorang  keturunan Anshar dan moyangnya berasal dari kalangan bangsawan.

Muhamad adalah ayah Abdurrahman Al-Suyuthi adalah  keturunan terakhir keluarga Hamanuddin yang menetap di Asyuth sejak muda ia telah meninggalkan  keluarganya di Asyuth dan merantau ke Kairo untuk menimba ilmu pengetahuan dan memanfaatkan  kedekatan nenek moyang dengan Amir Syaikhu. Selama  itu ia mendalami fiqih di mesjid Al-Syaikhuni dan memeberi ceramah di Mesjid Ibnu Thulun dan menulis nahwu dan fiqih sampai tahun 1451 M dan  ia wafat dalam usia lima puluh tahun ketika Abdurrahman Al-Syuthi  berusia  enam tahun.

Al-syuthi sendiri mencatat biografi ayahnya ini dalam karyanya Al- Muhadharah (1/hlm. 155, 208 dan 209)  dan dalam bughiyah Al-Wu’at(1/hlm.155-161)  juga di tulis oleh tokoh lain yang semasa dengan dirinya. Seperti  Al-Sakhawi, Al-Sya’rani, Al-I’zzi’- Al- Bu’rini’, Ibnu I’mad Al Hambali, Ibn Iyasdan Ali Basya Mubarak dan di juga oleh Philip K. Hiti. Ibni Thulun Ad-Dimasyki menunujukan biografi Al-Syuthi yang terdapat dalam Bughhyah Al-Wu’at (lihat: Al-fulk Al-Masyhun, hlm.6) Al-Yamani juga menunujukan Biografi Al-Syuthi dalam karyanya Al-syuthi  At-Tahaduduts bini’matillah Ta’ala (lihat”Al-Sina Al-Bakir, hlm. 77) dan biografi beliaudi tulis oleh muridnya Al-Sydzili dan Al-Dawudi.

Ibunya adalah keturunan Turki yang mengandung Al-Syuthi ketika suaminya  telah usia tua. Sebagian ulama mengatakan bahwa Al-Suyuthi telah dewasa saat ada dalam kandungan, karena itu ayahnya sangat senang ketika mendapatkan buah hati pada usia lima puluh tahun.

Dan oleh sebab itu ia sangat memeberikan perhatian penuh kepada  Al-suyuthi  mendidik menghapal Al-quran dan menemani belajar Hadis kepada Ibn Hajar Al-Asqolani maka sejak kecil Al-Suyuthi tumbuh dengan baik karena mendapat perhatian utuh dari orang tua dan gurunya.

Berkat kecerdasan orang tuanya ia mampu menghapal Al-quran dalam usia delapan tahun. Dan setelah menghapal Al-quran ia melanjutkan menuntut ilmunya dengan mendalami fiqih Mazhab Syafi’i kepada Alamudin Al- Bulqani dan di lanjutkan dengan putranya dan ia juga mnedalai ilmu  keagamaan dan bahasa arab keoada syeikh  Syarafuddin Al-Minawi dan Muhyiddin Al-Ka’fiyaji’ ( w. 889 H). 

Selanjutnya mendalami kitab shahih muslim As-Syi’fa’ fi Ta’rif Huquq Al-Mustahfa’ dan sebagian lain dengan syekh  suddin Muhammad Musa. Dan belajar hadis dan bahasa arab sekitar empat puluh tahun bersama  Taqiyuddin AlSyumani  Al-Hanafi (w. 872 H).

Untuk menambah Khazanah ilmu pengetahuanya sebagaimana kalangan muhaddisin untik mencari riwayat dan sanad superior maka beliau pergi ke Syiria, Yaman, India, dan Maroko. Ia sering kali mengunjungi Hijaz baik untuk menunaikan ibadah haji maupun menimba ilmu pengetahuan, namun ia belum merasa puas bila hanya mendapatkanpengetahuan lewat buku-buku yang ditelaa’hnya karena itu ia sering berguru langsung kepada ulama.

Saat itu Al-Suyuthi telah menggapai posisi intelektual yang tinggi melahirkankarya-karya yang beragam dan di juluki dengan kutu buku (ibn kutub) seperti yang di katakan oleh penulis Sadzarat Ad-Zahab (8/hlm 53) ia mewarisi perpustakaan yang menyimpan berbagai koleksi selain kerap mengunjungi  perpustakaan Al-Mahamuadiyah, perpustakaan terbesar di Kairo pada masa Dinasti Mamluk berbagai dengan koleksi berbagai buku yang baik. 

Maka dalam usia tujuh belas tahun Al-suyuthi telah menekuni dunia pendidikan dan menulis hal ini di akui oleh para saingannya yang melihat A-Suyuthi ia mampu menulis berbagai buku dalam bermacam-macam disiplin ilmu pengetahuan, dapat di katakan tidak ada disiplin ilmu yanag tidak di jamah  oleh karya-karya  Al-Suyuthi. Dalam  Husn Al-Muhadharah (1/hlm.393) ia mengatakan sekiranya saya ingin menulis suatu masalah yang mengandung kontroversi disertai bukti-bukti yang kuat, saya melakukan sepenuh hati karena saya anggap sebagai suatu karunia Allah.

Murid murid Al-Suyuthi yang menonjol seperti Muhammad bin A’li Ad-Dawudi (w.945H) penulis At-Thabaqoh Al-Muffasirin , Zainuddin Abu Hafsh Umar Bin Ahmad Al-syama’ (w,936 H) seorang muhadditsn di Halab dan penulis Al-Kawakib Al-Nirat fi’Arbai’n Al-Buldanniyat, Muammad bin muhammad bin Ilyas’ (w.930 H), penulis ba’dai’ Az-Zuhur, Muhammad bin Yusuf As-Syami As-Shalihi Al-Misri, Ibn Thulun  bin A’li bin Ahmad  (w. 935 H), dan As-sya’rani Abdul Wahab Ibn Ahmad 9w. 973H).

Al-Suyuthi  memilki minat besar terhadap hadis  bahkan menempati posisi tinggi dalam disiplin ilmu termasuk tokoh terkemuka  tentang seluk beluk sekitar masalah hadis dan mengajarkan disiplin ilmu berbagai tempat sehinggap dianggap sebagai muhaddits terbesar setelah Ibn Hajar Al-‘Asqola’ni’ sekiranya menulis Jamu’ Al-Jawa’m’i  itu sudah menunjukan sebagai ahli hadis karena buku ini dari seginya, merupakan karya paling baik.

Karya-Karya Jalaluddin As-syuyuthi

Beliau telah mengarang kitab yang berjudul “syarh al-isti’adzah wa al-basmalah”. Kemudian kitab tersebut, diperiksa oleh gurunya, al-bulqini, memujinya serta memberi kata pengantar pada kitab itu. 

Kemudian as-suyuthi melanjutkan studinya dalam ilmu fiqh asy-syafi’I pada putra gurunya (al-bulqini). Dari guru baru inilah beliau banyak mempelajari beberapa kitab-kitab fiqh madzhab syafi’i. setelah itu, beliau terus melanjutkan pada asy-syaraf al-manawi dan beliau belajar pada al-imam taqiyuddin as-subki al-hanafi selama empat tahun selain itu beliau mempelajarinya darinya hadis dan Bahasa. Tak diragukan lagi, bahwa karya-karya as-suyuthi terdengar dan tersebar di mana-mana beraneka ragam ilmu agama yang ditulisnya. 

Beliau mempunyai andil besar dalam ilmu hadis, fiqh, al-qur’an, ushul, Bahasa dan sejarah. Dalam setiap karya tulisnya tercermin karakteristik as-suyuthi. Adapun jumlah karya tulis beliau mencapai sekitar 600 (enam ratus) buku. Dibawah ini terdapat beberapa karya dari Jalaluddin Al-Syuyuthi

  1. Al- Muhtadin mni Nushroh Al –Muhtadin
  2. Ar-Radd a’la’ man-akhlada i’la Al-Ardh wa Jahli Anna Al-Ijtihad fi kulli A’shr Fardh
  3. At-Tanbi’ah biman Yaba’atssuhluh a’la  Ra’si Kulli mi’ah
  4. AL-ksyf a’la’ mujawa’jah  Hadzihi Al-Ummah Al-Alf
  5. Tanmir Al-Halak fi i’mkani Ru’ya’ti An-Nabi wa Al’-Malak
  6. Qom’u M’a’ridh fi-Nushrah Ibn Al-faridh
  7. As-Syamarikh fi’ ‘ Iilm At-Tarikh Az-zhalamah i’la yaom Al-Qiyamah
  8. Bughyah Al-Wu’atr fi- Thabaqa’t An-Nuhat.
  9. Ad-Durru Al-Manstur
  10. AL-Mazhar fi- lughah
  11. Tarikh Al-Khulafa.
  12. Al-Budur As-Safirah fi Ahwal Al-Akhirah
  13. AL-Azha’r  Al-Mutana’sirah Fi-Alhadits Al-Mutawatirah
  14. Al-Fiyah Al-Hadis
  15. Al-Bahr alladzi Zakhra Fi Syarah Nadzm Ad-Durar  Fi’Ilm Al-Atsar,
  16. Bugyah Ar’-Raid fi  Ad-Dzail  a’la  Majma’ A’z-Wai’d
  17. Tadrib A’rawi Syarah An-nawawi
  18. Ata’aqubat a’la’ AL-Mau’dua’t
  19. At-Tausyikh Fi Muskillah Al-Jami’ As-Shahih.
  20. Tanwir Al-Hawalik A’la Muwatha Malik.
  21. Al-Ja’mi’ Ashagir
  22. Al-Jami’ Al-Kabir Jamu(’ Al-Jawami’)
  23. Hun Al- Muhadharah fi’ Akbar Mishra wa Al-Qohirah
  24. Al-Hawi’ Fi’-Al Fatwa
  25. Ad-Durar Al-Muntastitrah Fi’-Al Hadis Al-Masyhurah
  26. Ad-Durru  An-Natsir fi’ Talkhish Nihayah Ibn Al-Atsir
  27. Ad-Dibaja’la Shahih Muslim bin  Al-Hijaj
  28. Dzail  Thabaqa’t Al-Huffa’zh  li  Ad-Dzhabi
  29. Dzail Al –La’ali
  30. Zahr Ar-Raba’ a’la’ AlMujtaba’
  31. Ziya’dah Al-Ja’mi As-Shagir
  32. Siham Al –isha’ fi’ Ma’rifah As- shabah
  33. Fadh  Al- Wi’a’ Fi a’hadis  Rafi’ Al-Yadain  Fi’ Du’a’
  34. FashlAs-Syita’
  35. Qathp As-Tsamr Fi’ Muwashafat
  36. U’mar  r.a. Qut Al-Mughtadzi a’la’ Jami’ At- Tirmidzi
  37. Kifayah At-Thalib
  38. Allabib Fi’ khashais Al-Habib  A’la ali’Al-Masnu’ah fi’ Al-Hadis Al-Mau’du’ah
  39. Lub Allubab fTahrir Al-Anshab
  40. Allum FI’ As ba’ab  Wurud Al-Hadits 
  41. Allamaa’h fi’ khasha’i’s  Al-Juma’h
  42. Ma’Ra’warahuAlw’un  fi akhbar At-tha’u’n
  43. Misbah AZ- Juja’jah a’la’ Sunan Ibn Majah  Miftah Al-Jannah fi’ A’li’tishan bi-Asunnah
  44. Ma’nahil  As-shafa fi’ takhrij As-syifa
  45. Al-minhja As-Sawi’ wa-Al-manhal  Ar-Rawi’ fi athib An-Nawawi Nazhm Al’Uqyan Al-A’yan Syarah Al-Istia’nah wa-Al basmalah

Menurut Al-Syakani dan I’mad mengatakan bahwa karya A-Suyuthi tersebar di penjuru dunia dan di baca oleh semua lapisan masyarakat karya terpenting di bidang sejarah adalah Husn al- Mukhadharah fi’ Akba’r Mishr wa-Al-Qahirah. juz pertama karya ini memuat sejarah tentang Mesir pada masa kekhalifahan dan keunggulan penaklukan dan bangunan yang didirikan umat Islam. Karya ini juga mencatat biografi para fuqaha, muhadditsin, zuhhad, ufi, sejarawan, penguasa, dokter, sastrawan, peramal, dan ahli tata bahasa yang ada di Mesir.

Juz kedua  mencakup para sejarah penguasa Mesir hingga era Dinasti Fathimiyah dan Ayubiyah dan rotasi kekuasaan dari Dinasti Ayubiyah sampai kepada Dinasti Mamalik , dan tradisi kebiasaan para penguasa mamalik suasana kehidupan Mesir waktu itu,  institusi sosial keagamaan keragaman hayati Mesir, komunitas para qodhi sekaligus keragaman mazhab mereka, dan catatan banjir sungai Nil.

Al-Suyuthi adalah intelktualitas, pemikiran, dan karya-karyanya yang berbobot. Dan dalam usia dua puluh tiga tahun ia telah menulis At-Tahbir fu U’lum At-Tafsir.Dalam pengantar bukunya Husn Al-Muhadharah  ia menghitung karyanya yang mencapai tiga ratus buku dalam disiplin ilmu tafsir, hadis, qiro’ah, fiqih biografi, nahwu, sastra. Dan Carl Brockelmann mencatat karya Al-Suyuthi sebanyak empat ratus lima belas buku, dan Ibn Iya’s mencatat sekitar enam ratus buku.  

Al-Suyuthi termasuk penulis  Mesir yang produktif di masa Dinasti Mamluk ia berasal dari keluarga keturunan Persia yang sejak lama menetap di Asyuth dan menduduki berbagai jabatan tinggi. Sejak usia tujuh belas tahun ia mulai menulis  berbagai bidang ilmu pengetahuan., karyanya mencapai 561 buah buku yang terdiri penting  atau risalah  pendek  saat ini karya-karyanya dianggap sebagai buku yang sangat penting karena mencakup  berbagai macam materi dan didasarkan pada berbagai sumber yang telah hilang.