Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Kerajaan Aceh Darussalam


Ruang Kelas - Setelah beberapa ratus tahun yang lalu ada sebuah kerajaan Aceh Darussalam yang terletak di Pulau Sumatra beribukota di Bandar Aceh Darussalam. Melahat dari beberapa sumber sultan pertama kerajaan aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah. Ia di nobatkan pada Ahad, 1 Jumadilawal 913 H, atau pada 8 September 1507. Semula Aceh adalah daerah kecil yang tidak diperhitungkan dan merupakan wilayah taklukan Pidie (Pidie)r. Namun secara mengejutkan Aceh berkembang pesat, bukan saja menaklukan Pidier, kerajaan di sebelah barat, akan tetapi juga mampu mngontrol sepenuhnya terhadap Pasai.

Dibawah kepemimpinan, kerajaan Islam Aceh maju pesat, mencapai masa-masa keemasan baik di bidang konsulidasi politik, ekonomi, atau ekspansi (perluasan wilayah). Dalam menjalankan ekspansinya, di samping bermotif politik, ekonomi juga tidak bisa dipungkiri adanya motif agama. Hal ini dapat dilihat ketika kerajaan yang baru terdiri tersebut mengadakan penyerbuaan ke Pedie yang saat itu mengadakan persekutuan dengan Portugis.

Setelah sepeninggalan Sultan Ali Mughayat Syah, pemerintah dilannutkan oleh putranya, Sultan Salahudidin, namun ketika itu Salahuddin tidak sehebat ayahnya, ia tidak dapat berbuat untuk kemajuan kerajaan Islam Aceh. Ia memerintah selama 16 tahun yang saat itu di bantu oleh adiknya yang mernama Alaudin, mampu mendampingi kakanyanya yang lemah itu. Dan pada akhirnya Aliudin tampil menguasi kerajaan dan bergelar “Sultan Alaudin Ri’Ayat Syah dan juga “al Qahhar” setelah banyak desakan dari masyarakt untuk menggantikan kakanya itu.

Langkah pertama yang dilakukan sultan yaitu melanjutkan ekspansi sebagimana Sultan Ali Mughayat Syah. Ia kirimkan pasukan untuk mengalahkan Aru (daerah Deli sekarang). Kemudian, hamper bersamman dengan itu juga dia kerahkan pasukan ke Barus. Untuk itu ia mngutus adik iparnya yang kemudian oleh Sultan diangkat sebagai Sultan Barus.

Selain memperluas wilayah ke beberapa daerah, Sultan juga Sultan juga melakukan hubungan diplomatic ke luar Nusantara, hal itu adalah Kerajaan Turki Utsmani, yang waktu itu diperintah oleh Sultan Salim II. Hsil nyata dari hubungan diplomatic ini adalah adanya bantuan isntuktur militer dari Turki Utsmani, berupa 40 orang perwira Turki.

Sultah Alaudin Ri’ayat Syah meninggal dunia pada tahuan 1568 Msetelah membangun kerajaan Aceh Darussalam. Banyak daerah yang kemudian menjadi bagain dari wilayah kerajaan Islam Aceh misalnya ini. Mislanya palmbang, Lamoung, Jambi, Minangkabau, dan Batak. Sepeninggal suktan Alaiuddin Riayat Syah, Tampil putranya, Sultan Husein. 

Setelah Sultan Husein kemudian digantikan beberapa penguasa lainnya seperti Zainal Abidin, Sultan Alaudin Mansyur, dan setrusnya masa ini masih dalam kurang setabil, hingga tampilah Sultan Iskandar muda sultan ke 11 pada tahun 1607-1638 M. menandai aktifitasnya kembali Aceh, terutama dalam usaha membangun penetrasi dan campur tangan pedagang asing. Dalam upayanya, ia menempung jalan dengan mempersulit dan memperketat perizinan pedagang asing yang hendak mengadakan kontrak dengan Aceh. Ia hanya memberi kesempatan salah satu nama yang lebih menguntungkan raja Antara Inggris dan Belanda. Pernah memperkenalkan Belanda untuk berdagang di Turki. 

Kurang lebih 30 tahun menjabat Iskandar Muda telah berhasil menekan arus perdagangan yang dijalankan oleh orang Eropa juga telah mampu membenihi di sector ekonomi, politik, budaya dan kehdupan beragama. Ketika itu lada menjadi komoditas permintaan yang sangat tinggi ketika dan laku di pasaran Eropa, serta komoditas lainnya seperti timah. Dengan kadan seperi ini maka perekonomian pada saat itu Kerajaan Aceh Darussalam masa Sultan ISkandar Muda ada pada ambang kenaikan dan semakin mantap.

Di bidang politik misalnya, iya telah berhasil mempersatukan seluruh lapisan masyarakat, yang disebut dengan kamum, seperti kaum Lhoe Reotohi (kaum tigratus), kaum Tok Batee (orang-orang Asia), kaum orang Mante, Batak KAro, Arab, Persia, dan Turki, kaum Jan sandang (orang-orang minind) dan kaum Imam Peucut (Imam Empat). Begitu juga pada masanya telah tersusun sebuah undang-undang tentang tata pemerintahan yang diberi nama Adat Makuta Alam; hokum adat didasarkan pada hokum Syara.

Dalam ranah pembinaan kesastraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan beberapa ulama ternama. Karangan mereka menjadi rujukan ulama dalam bidang masing-masing, seperti Hamzah Fansuri dalam bukunya Tibyan fi Ma’rifati al U Adyan, Samsuddin al-Sumatrani dalam bukunya Sirat al-Mustaqim dan Syekh Abdul Rauf Asingkili dalam bukunya Mi’raj at-Tulabb fi Fashil.

Pemimpin terbesar kesultanan Aceh Darussalam, Sultan Iskandar Muda, akhirnya meninggal pada tahun 1638 M. Sepeninggal Iskandar Muda, ekistensi kesultanan Aceh Darussalam masih terus berlanjut, meskipun belum bisa mencapai kejayaan seperti yang diperoleh semua kepemimpinan sultan Iskandar Muda. 

Semasa pemerintahan Kesultanan Aceh Darussalam berganti beberapa Sultan/Sultanah yang pernah berkuasa di Kesultanan Aceh Darussalam, berikut nama-sama Sultan/Sultanah;

1. Ali Mughoyat Syah (1496 - 1528)

2. Salahuddin (1528 – 1537)

3. Alauddin al Kohar (1537-1568)

4. Husein Ali Riayat Syah (1569-1575)

5. Sri Alam (1575-1576)

6. Zaenal Abidin (1576-1577)

7. Alauddin Mansyur Syah (1577-1589)

8. Buyung (1589-1596)

9. Alauddin Riayat Syah (1596-1604)

10. Ali Riayat Syah. (1604-1607)

11. Iskandar Muda (1607-1636)

12. Iskandar Tsani (1636-1641)

13. Ratu Shafiatuddin Tajul Alam (1641-1675)

14. Ratu Nakiyatuddin Nurul Alam (1675-1678)

15. Ratu Zakiyatuddin Inayat Syah (1678-1688)

16. Ratu Kemalat Syah (1688-1699)

17. Badrul Alam Syarif Husein (1699-1702)

18. Perkasa Alam Syarif Lantui (1702-1703)

19. Jamalul Alam Badrul Munir (1703-1726)

20. Jauharul Alam (1726- …… )

21. Syamsul Alam (1726-1727)

22. Alauddin Ahmad Syah (1727-1735)

23. Alauddin Jihan Syah (1735-1750)

24. Mahmud Syah (1750-1775)

25. Badruddin (1775-1781)

26. Sulaiman Syah ? (1781-1781)

27. Alauddin Mohammad daud (1781-1795)

28. Alauddin Jauhar Alam (1795-1815)

29. Syarif Syaiful Alam (1815-1818)

30. Alauddin Jauhar Alam (1818-1824)

31. Mohammad Syah (1824-1838)

32. Sulaiman Syah (1838-1857)

33. Mansyur Syah (1857-1870)

34. Mahmud Syah (1870-1874)

35. Mohammad Daud Syah. (1874-1903)

Demikian lah seingkat cerita tentang kesultanan Aceh Darussalam yang merukan sebuah kerajan Islam yang pernah ada di Indonesia. Sehingga mencetak ulama-ulama yang hebat pada masa itu, lebih lanjutnya silahakn baca refernsi di bawah ini;


Sumber

Prof. Dr. Ahwan Mukarrom, MA, Sejarah Islam Indonesia 1 dalam digilib.uinsby.ac.id

Harun Tuncer, Osmanlinin Gelgesyinde Biz Uzakdogu Deobet Ace

Denys Lombard Kerajaan Aceh Jaman Iskandar Muda (1607 – 1636)

Hamka, Sejarah Umat Islam IV

Adi Sudriman, Sejarah Lengkap Indonesia