Khalifah Ali bin Abi Thalib
Ruang Kelas - Pristiwa Pembaiatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Apakah kalian pernah mendengar cerita tersebut? lalu sipa dan bagaimana Profil dari Ali bin Abi thalib? untuk lebih lanjutnya coba simak penjelasan berikut ini.
Dia bernama Ali bin Abi Thalib nama Abu Talib sendiri adalah Abdul Manaf bin Abdul Mutolib –ia bernama Syibah bin Hisam –dia bernama ‘Amar bin Abdul Manaf –dia bernama Al-Mughirah- Bin Qushairy –nama aslinya adalah Zaid bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik nin Nadhr bin Khinanh.
Ali bin Abi Thalib dipanggil Abul Husen dan Abu Turab oleh Rasulullah
Sedangkan ibunya adalah Fatimah bin Asad bin Hasyim. Dia adalah Seorang wanita bani Hasyim yang melahirkan seorang Bani Hasyim. Dia masuk Islam dan hijrah.
Ali adalah salah satu dari sepuluh orang yang mendapat jaminan dari Rasullulah untuk masuk surge, dia adalah saudara Rasululllah pada saat terjadi mu’akhat (jalinan ukuwwah di Madinah). Dia adalah menentu Rasulullah karna Ali menikahi putrinya Fathimah, penghulu kaum wanita sedunia. Ali adalah satu di antara orang-orang yang masuk Islam di awal-awalnya masuk Islam diawal lahir-lahirnya Islam. Dia adalah salah seorang ulama Rabbaniyyin. Seorang pejuang yang gagah berani, seorang zuhud yang terkenal, seorang olator ulung. Dia adalah salah seorang pengumpul al-Qur’an dan dia bacakan kepada Raulullah. Al-Qur’an itu di baca oleh abdul Aswad Ad-Duali, Abdur Rahman As-Sulami dan Abdur Rahman bin Abi Laila. Dia adalah khalifah pertama dari bani Hasyim.
Dia adalah salah seorang yang memeluk Islam pertama kali bahkan ibnu Abbas, Ans dan Zaid bin Arqam Salman Al-Farisi menyatakan bahwa Ali adalah seorang menyatakan bahwa Ali adalah orang yang pertama kali masuk Islam. Takala masuk SIlam umurnya baru Sepuluh tahun, ada juga yang mengatakan Sembilan, delapan bahkan ada yang mengatakan lebih muda dari pada itu.
Pembaiatan Ali sebagai Khalifah dan Masalah yang Muncul setelah Pembaiatannya.
Ibnu Sa’ad berkat: ali dibait sebagai khlaifah sehari setelah terbunuhnya Utsman di Madinah. Semua sahabat membaitnya sebagai Khalifah. Disebutkan bahwa Thallhah dan Zubair membaitnya denhan sangat terpaksa dan buka suka rela.
Kemudian keduanya keluar pergi menuju Mekkah yang juga disertai Aisyah. Mereka kembali ke Bashrah untuk menuntut mati pembunuh Utsman. Kabar ini sampae ke telinga Ali, dia kemudian pergi menuju Irak dan berhasil menemui Thalhah dan, Zubair, dan Aisyah serta orang-orang yang menyertai mereka.
Pristiwa ini dalam sejarah dekenal dengan perang Jamal. Pristiwa ini terjadi 36H. pada perang itu Zubair dan Thalhah dan beberapa orang lainya terbunuh. Yang terbunuh pada perang itu sekitar tiga belas libu orang. Ali sendiri berada di Bashrah setelah lima belas hari, kemudian pergi ke Kufah.
Setelah itu muncul pemberontakan yang dilakukan oleh Muawiyah di Syam. Setalah berita itu sampai kepada Ali maka dia meluncur mmenyambut para pemberontak dan mereka bertemu di Shifin pada bulan Shafar tahun 37 H. Perang antara dua pasukan berlangsung selama beberapa hari.
Kemudian orang-orang yang ada di Syam mengangkat Al-Qur’an dan mereka untuk mengajak semua pihak untuk berhukum dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an. Ini adalah pintu Muslihat yang dilakukan oleh Amar bin Al-Ash. Orang-orang yang sedang bertempur akhirnya segan untuk melanjutkan perang dan mereka menyerahlan untuk segera untuk melakukan perdamayan dan perundingan untuk menyelesaikan masalah ini.
Ali mengutus Abu Musa sebagai juru runding, sedangkan Mu’awiyah mengutus Amr bin al-Ash sebagi juru runding dari pihaknya. Mereka menulis surat kesepakatan agar mereka bisa ketemu di Adzruah (satu desa di Syam) di penghujung tahun sehinga mereka bisa melihat dengan jelas bagaimana masalahnya.
Pasukn ini kemudian berpencar. Mu’awiyah kembali ke Syam sedangkan Ali kembali ke Kufah. Namun kaum Khawarij menyatakan memisahkan diri dari Ali dan mereka menyatakan tidak setuju dengan untuk ber tahkim (prose pengembalian keputusan) kecuali dengan hukum Allah. Mereka membuat basis psukan di Harura. Ali mengutus Ibnu Abas untuk menemui mereka. Dalam adu argumentasi tentang proses tahkim. Ibnu Abbas mampu mengalhkan mereka sehinga banyak diantara mereka yang kembali kepda pasukan Ali.
Dari pristiwa tersebut sebagian pengikit Ali tidak setuju, dan mereka keluar dari barisan Ali, kemudian mereka menjadikan Nahrawan sebagai markasnya seta terus menurus merong-rong pemerintahan Ali. Golongan yang keluar dari barisan Ali tersebut bisa disebut sebagai Khawarij.
Dengn terjadinya berbagai pemberontakan dan keluarnya pendukung Ali, banyak pengikut Ali gugur dan juga berkurang serta kehilangan sumber ekonomi dari Mesir karna dikuasai oleh Muawiyah makin hari makin bertambah kekuatanya. Hal tersebut memaksa khalifah Ali menyetuji perdamayan dengan Muawiyah.
Penyelesaian melalui kompromi dengan Muawiyah itu sebnarnya merupakan kegagalan bagi Ali. Berbagai kerushan yang harus dihadapi ali sejak penobatanya sebagai Khalifah, terutama disebabkan oleh kegagalanya menindas pemberontakan Muawiyah.pemberontakan yang hebat dari Thalhah dan Zubairmemperlemah kedudukan Ali dan memperkuat kekuasan Muawiyah. Pemberontakan-pemberontakan terjadi juga di Ashrah, Mesir, dan Persia untuk mendapat kemerdekan. Khalifah Ali harus menangani pemberontakan-pemberontakan ini dan memulihkan keretiban di dalam imperium, terutama kaum Khawarij sangat memperlemah kekuatanya dan terus menerus menyibukanya.
Penyelesaian kompromis Ali dengan Muawiyah tidak dikuasi oleh kaum perusuh karena hal itu membebaskan khalifah untuk memusatkan perhatianya kepada tugas menghukum mereka. Kaum Khawarij merencanakan untuk membunuh Ali; Muawiyah dan Amar memiliih seorang Khalifah yang sehaluan dengan mereka, yang dengan bebas dipilih dari seluruh umat Islam. Karna itu, Abdurahman, pengikut setia Khawarij, memberikan pukulan yang hebat kepada Ali sewaktu dia Akan Adzan di Masjid, pukulan itu fatal, dan Kalifah Ali Wafat pada tangal 17 Ramadhan 40 H., bertepatan dengan tahun 661 M.
Dlam buku terjemahan Tarikh Kulafa, Imam As-Suyuthi: Orang-orang Khawarij mengambil tiga sebagai wali mereka. Mereka ialah: Abdur Rahman bin Muljam Al-Muarid, Al-Burak Bin Abdulah at-Tamimi serta ‘amar bin Bakir at-Tamimi, mereka bertiga berkumpul di Mekah dan sepakat untuk membunuh tiga orang: Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin abu Sufiyan, ‘Amr bin Al-Ash. Sehinga kaum Muslimin akan menjadi tentram dengan matinya tiga Orang tersebut. Ibnu Muljam berkata, “Saya akan menjadi wakil kalian untuk membunuh Ali!”
Al-Burak berkata; “ saya akan membunuh Mu’awiyyah.”
Sedangkan amar bin Bakir berkata, “saya akan membunuh ‘Amr bin Al-Ash.”
Ketiganya sepakat bahwa pembunuhan itu hendaknya akan dilakukan pada tangal sebelas atau tangal tujuh belas Ramadhan. Ketiganya mereka segera bergerak ko kota-kota tempat tiga orang berada. Ibnu Muljam menuju Kufah. Dia bertemu dengan kawan-kawana dari kalangan Khawarij dan dia meminta agar mereka tidak membocorkan rahasianyahinga tangal tujuh belas Ramadhan tahun 40 H. Ali bangun menjelas subuh. Lalu dia berkata kepada anaknya, Al-Hasan, “Saya semalam mimpi bertemu dengan Rasulullah saya katakana kepadanya, Wahai Rasululah, saya telah mendapatkan dari umatmu beban dan pertengkaran yang keras.” Maka Rasululah bersabda kepada saya, “Doakan mereka!” Lalu saya katakana, “Ya Alah, gantikanlah untuku orang yang lebih baik bagiku dari mereka, dan gantikanlah buat mereka yang lebih jelek dari aku!
Saat itulah Ibnu Nabah sang muadzdzin datang untuk mengetuk pintu Ali. Dia berkata, “Shalt! Shalat!” Ali keluar dari pintunya dan berseru, “Wahai manusia, shalat! Shalat!” sat itulah Ibnu Muljam datang dan segera menebasnya dengan sabetan pedang. Sabetan pedang orang itu mengenai kening dan muka Ali hinga sampai ke otaknya. Lalu-orang-orang mengepung pembunuh itu dari segala arah.
Ali sempet bertahan selama dua hari, Jum’at dan Sabtu. Dia meningeal pada bulan Ahad. Yang memandikan mayatnya adalah Al-Hasan, Al-Husen dan Abdulah bin Ja’far, al-Hasan menjadi Imam Shalat Jenazahnya. Dia disemayamkan di perumahan pemerintah di Kufah pada malam Hari.
Sedangkan Ibnu Mujam dihukum dengan cara dipotong semua kaki dan tanganya, lalu di ikat pada pohon kurma, lalu di bakar. Ini semua riwayat dari Ibnu Sa’ad.
Al-Mubarid meriwayatkan dari Muhamad bin Habib dia berkata: orang yang pertama kali dipindahkan kuburanya ketempat lain adalah Ali.
Ibnu Askir meriwayatkan dari Said bin Abdulah Aziz dia berkata: takala Ali bin Abi Thalib dibunuh, orang-orang membawanya ke Madinah untuk diseayamkan bersama Rasululah. Takala mereka berada dalam perjalanan dimalam hari tiba-tiba unta yang membawa jenezah Ali lari dan tidak diketahui entah kemana larinya, dan mereka tidak mampu menemukany. Oleh sebab itulah orang-orang Irak berkata: Ali itu sedang berada diatas awan. Sedangkan yang lain mengatakan bahwa unta itu jatuh di kota Tha’i lalau mereka mengambil dan menguburkanya. (dikutip dari Tarikh Kulafa; Imam As-Suyuthi. Terjemahan Hal.193-205)
Diats merupakn rangkayan kisah Ali bin Abi Thalib dan perjuangan sebagi Khalifah paska mengantika Utsman bin Affan.
Penulis : Hermawan Arisusanto