Kemajuan Pendidikan Masa Daulah Ayyubiyah
Pemerintahan Daulah Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Damaskus, ibu kota Suriah, masih menyimpan bukti yang menunjukkan jejak arsitektur dan pendidikan yang dikembangkan para penguasa Daulah Ayyubiyah tersebut. Mereka tidak hanya merenovasi dinding-dinding pertahanan kota, menambahkan beberapa pintu gerbang dan menara, serta membangun gedung-gedung pemerintahan yang masih bisa digunakan hingga kini, tetapi juga mendirikan madrasah sebagai sekolah pertama di Damaskus yang difokuskan untuk pengembangan ilmu hadist. Madrasah ini terus berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok Suriah.
Madrasah yang dibangun merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masjid atau sebagai sekolah masjid. Lembaga pendidikan ini secara formal menerima murid-murid dan mengikuti model madrasah yang dikembangkan pada masa Nizhamiyah. Madrasah yang didirikan Nuruddin di Aleppo (Halb), Emessa, Hamah dan Ba’labak mengikuti madzhab Syafi’i.
Pembangunan dan pengadaan fasilitas kesehatan untuk rakyat berupa Rumah sakit terus menerus mengalami pembenahan. Rumah Sakit Al-Nuri ini, menjadi rumah sakit kedua di Damaskus setelah rumah sakit al-walid dan ditambah fungsinya tidak hanya sebagai tempat pengobatan, juga sebagai sekolah kedokteran.
Pada bangunan monumen-monumen, Sultan-sultan Daulah Ayyubiyah menorehkan seni menulis indah. Prasasti-prasasti yang ditulisnya menjadi daya tarik para ahli paleografi (ilmu tulisan kuno) Arab. Sejak saat itu diperkirakan seni kaligrafi (khat) Arab gaya Kufi muncul dan berkembang. Kaligrafi gaya Kufi kemudian diperbaharui dan melahirkan gaya kaligrafi Naskhi.
Salah satu prasasti yang sampai saat ini masih bisa dilihat dan dibaca terdapat di menara benteng Aleppo. Disebutkan dalam catatan orang Suriah dan Hittiyah, benteng pertahanan tersebut merupakan mahakarya arsitektural Arab kuno dan terus ada berkat jasa pemeliharaan dan renovasi.
Pengembangan masjid sebagai lembaga pendidikan atau sekolah masjid, juga sebagai mausoleum menunjukkan pada masa Daulah Ayyubiyah terbangun konsep multifungsi yang berhubungan dengan masjid di Suriah. Bahkan pada pemerintahan selanjutnya, setelah Daulah Ayyubiah, yaitu masa pemerintahan Daulah Mamluk, melahirkan satu tradisi baru, yaitu menguburkan para pendiri sekolah masjid di bawah kubah bangunan yang mereka dirikan.
Selanjutnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga mencurahkan perhatian pada bidang pendidikan dan aristektur. Ia memperkenalkan pendidikan Madrasah ke berbagai wilayah di bawah kekuasaannya, seperti ke Yerusalem, Mesir dan lain-lain. Ibnu Jubayr menyebutkan ada beberapa juga madrasah di kota Iskandariah. Di antara madrasah terkemuka dan terbesar berada di Kairo dan memakai namanya sendiri, yaitu Madrasah al-Shalahiyah. Menurut sejarah Islam, jika Nizam al-Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan madrasah, yaitu Madarasah Nizhamiyah, maka setelah Madrasah Nizamiah ini, madrasah terbesar adalah yang didirikan oleh Shalahuddin al- Ayyubi.
Sekarang, madrasah-madrasah tersebut tidak bisa ditemukan lagi, namun sisa-sisa arsitekturalnya masih bisa dilihat. Pada tahun-tahun berikutnya, gaya arsitektur ini melahirkan beberapa monument Arab yang indah di Mesir. Salah satunya yang terindah dan menjadi model terbaik adalah Madrasah Sultan Hasan di Kairo.
Di samping mendirikan sejumlah madrasah, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi juga membangun dua rumah sakit di Kairo. Bangunan kedua rumah sakit itu dirancang mengikuti model rumah sakit Nuriyah di Damaskus, yakni selain sebagai tempat pengobatan, sekaligus sebagai sekolah kedokteran. Salah seorang dokter terkenal yang juga menjadi dokter pribadi Shalahuddin adalah Ibnu Maymun, beragama Yahudi.