Perkembangan Sufisme di Indonesia
RuangKelas17 - Sufisme atau tasawuf merupakan bagian dari agama Islam, lalau bagimana sejarah dan perkembangan sufisme / tasawuf di Indonesia?. Sebelum ke sanah kalaian harus tahu terlebih dahulu apa itu sufisme!. Sufisme berasal dari Bahasa Arab yaitu Shufiyyah atau tasawuf dalam Bahasa arab tashawwuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhari dan batin serta untuk memeroleh kebahagian yang abadi. Id.wikipedia.org
Dalam pekertian Etimologi kata sufi itu berasal dari kata Suf yang artinya dalam Bahasa Arab Wol, hal ini sering dikaitkan dengan jubbah yang di kenakan oleh oramg-orang sufi nanum, tidak semua memakai jubbah tersebut. Pendapat lain bahwa Sufi berasal dari kata Saf, yakni barisan dalam shalat. Satu teori etimologis menyatakan bajwa akat kata dari Sufi adalah Safa yang berarti “kemurnian”. Maka oleh karena itu Sufisme menaruh penekanan pada kemurnian hati dan Jiwa. Sedangkan teori lain menyetakan bahwa Tasawuf berasal dari kata Yunani theosofe artinya ilmu ketuhanan. Id.wikipedia.com
Perkembangan Sufisme di Indonesia
Masuknya agama Islam ke Nusantara memerbikan corak baru yang di bawa oleh para saudagar dari Arab, China, serta Gujarat. Berbeda dengan di Eropa dan sekitarnya melalui ekspansi dan dakwah, naum datangnya islam ke Indonesia dengan cara damai dan dakwah yang dibawa oleh para sudagar itu. Lalu bagaimana sejarah dan berkembangnya sufisme di Nusantra ketika itu?
Perkembanga tasawuf di Nusantra dimotori oleh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani, dua tokoh sufi yang datang dari Andalas (Sumatera) pada abad ke 17 M. walaupun pada abad ke 15 M sebelumnya sudah ada pereistiwa tragis eksekusi mati terhadap Syekh siti Jenar atas fatwa dari Wali Songo, karena ajarannya dipandang menganut doktrin sufistik yang bersifat bid’ah berupa pengakuan akan kesatuan wujud Tuhan, zat yang maha mutlak.
Tentu dalam hal ini masih banyak di perbincangan mengenai hal tersbut bawasannya ajaran yang di bawa oleh Syekh Siti Jenar ini adalah wdahdatulwujud yang berasal dari Ibnu Arabi lewat jaringan ulama sebagai mana dimaksud Azra dalam bukunya tersebut. Dari penjalesan tersbut mengenai Shekh Siti Jenar sangat lah minim literaturnya naum bisa di katakana bahwa kehadiran Shekh Siti Jenar itulah awal perkembangan dari tasawuf.
Dijelaskan oleh Dr. Suherman pada Jurnal Jural Ilmiah Research Sains 2019 bahwa Hamzah Fansuri adalah keturunan Melayu yang dilahirkan di Fansur nama lain dari Barus. Dia hidup diperkirakan pada abad ke-16 dan awal abad ke-17, yakni pada masa sebelum dan selama pemerintahan sultan ‘Ala al Din Ri’ayat Syah (977-1011 M).
Hamzah Fanuri mulai pendidikannya di Barus, di bawah pimpinan Iskandar Muda dan Iskandar Tsani kualitas pendidikan di Aceh cukup baik menjadikan Hamzah Fansuri dapat memperlajadi ilmu-ilmu Fiqih, tauhid, akhlak, tasawuf, dan juga ilmu umum seperti; kesastraan, sejarah, dan logika. Kemudian Hamzah Fansuri meneruskan pendidikan ke Timr Tengah, Arab dan Persia. Sedangakn dalam hal Taswuf falsafi diberikan Hamzah Fansuri memperlajarinya di Iraq, murid Sadr al-Din al-Qunawi, murid kesayangan Ibnu Arabi.
Kemudan aktifitas Hamzah Fansuri sebagai guru naum beliau juga rajin untuk menulis. Tetapi sangat disayangkan karya-karya Hamzah tidak lagi ditemukan karena telah dimusnahkan oleh’lawan-lawannya’ yang menentang paham wujudiyah. Yang dikembangkan oleh Hamzan Fansuri. Pemirikan Hamzah Fansuri tentang ajaran wujidiyah terdapat dalam karya Zinat al-Wahidin, yang terdiri dari 7 Bab.
Ajaran Wujudiyah Hamzah kemudian dikembangkan oleh muridnya Syamsuddin Sumatrani. Abhwa beberapa peneliti menyebutkan hubungan Hamzah Fansuri dengan Syamsuddin semabai murid dan Khalifah, karena telah ditemui dua karya Syamsuddin yang merupakan ulasan atau atau penjajaran Hamzah Fansuri yaitu; Syarah Rubai Hamzah Fansuri dan Syarah Syair Ikan Tongkol. Terdapat banyak informasi tentang potret pribadi Syeikh di antranya: Hikayat Aceh, Adat Aceh Bustan al-Salathin dan informasi dari pengembara dan peneliti asing.
Syamsuddin lahir kira-kira 1589 dan wafat 24 Februari 1630 berdasarkan Deny Lombrad. Pengajaran Syamsuddin tentang Tuhan dengan corak paham wujudiyyah dikenal juga dengan pengajaran tentang “merebut tujuan” yaitu tentang satu wujud dengan tujuan martabatnya.
Sehingga dengan adanya kedua tokoh tersebut, masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia terkait erat dengan tasawuf. Peranan para sufi dalam dakwah Islam di Indonesia telah menyita secara kumulatif menegaskan signifikansi peranan tersebut. Sejak periode pertama di Indonesia – Hamzah Fansuri, Syam al-Din al-Sumatrani, Nudruddin al-Raniri, Abd al-Ra’uf al-Sinkili, Muhammad Yusuf al-Makaysari, dan yang lainnya adalah para sufi.
Kemudian tasyauf menjadi salah satu tradisi intelektual yang berkembang pesat di Indonesia sejak masa awal. Masa akhir abad ke-16 dan paroh pertama abad ke-17. Hamzah Fansuri dan Samyuddin mengembangkan pemikiran tasyawuf falsafi berkembang terus dan membentuk tarekat-tarekat yang memungkinkan berperan lebih.
Degan adanya tarekat-tarekat tersebut semikn memerikan enrjik bagi kelilmuan tasawuf yang hingga sat ini asih eksis. Bentuk dari ajaran tawuf ini memerikan ajaran ketenangan jiwa, dimana zamanmoderen ini sibuk dengan mencari materi sehingga tasawuf juga bisa dikembangkan kearah yang konstuktif, baik yang menyangkut kehidupan pribadi maupun sosial. Sebab, cepat atau lambat manusia kan terkena penyakit aliensi (keterangsangan) karena proses globalisasi dan moderenisasi yang sagat cepat. Sehingga orang butuh pedoman hidup yang bersifat sepiritual dan mendalam untuk menjaga integritas kepribadiannya.
Dr. Suherman, M.Ag, Perkembangan Tasawuf Dan Kontribusinya Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Research Sains Vol.5 No.1 Pebruari 2019
wikipwdia.com
Editor : Hermawan Arisusanto, S. Hum