Sejarah Organisasi Pergerakan Nasionalisme
Sejarah Pergerakan Nasional adalah bagian dari Sejarah Indonesia yang meliputi periode sekitar empat puluh tahun, yang dimulai sejak lahirnya Budi Utomo (BU) sebagai organisasi nasional yang pertama tahun 1908 sampai terbentuknya bangsa Indonesia pada tahun 1945 yang ditandai oleh proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sejarah Pergerakan Nasional sebagai fenomena historis merupakan hasil dari perkembangan faktor ekonomi, sosial, politik, kultural dan religius dan di antara faktor-faktor itu saling terjadi interaksi.
Masa pergerakan nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan. Karena keragaman penduduk Indonesia serta masalah yang dihadapi mereka pergerakan Nasional Indonesia belum memberikan corak yang seragam. Masa tahapan-tahapan awal pergerakan Nasional banyak selaki jumlahnya, organisasi yang sifanya nasional itu dapat di bedakan menjadi tiga masa, yakni masa Awal Pergerakan Nasional, Masa Radikal dan Masa Moderat.
Masa Pergerakan Nasional Budi Utomo adalah organisasi yang muncul pertama kali di Indonesia. Kemudian muncul organisi Sarekat Dagang Islam dan Indische Partij (IP). kemudian masa Radikal, yang sifatnya radikal-radikal antara lain seperti Perhimpunan Indonesia, PKI (Partai Komunis Indonesia), Partai NAsional Indonesia. Kemudian masa Moderat Yaitu Partai Indonesia (Partindo) , Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru), Partai Indonesia Raya, Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindro). Pada kesempatan ini penulis kan membahas tentang latar belakang munculnya Organisasi Nasionalisme dan sejarah berdirinya Organisasi-organisasi Nasionalisme, berikut penjelasnya;
A. Latar Belakang Berdirinya Organisasi-oragnisasi Nasionalisme
Pada masa kolonial Belanda, rakyat Indonesia sangat menderita. Penderitaan rakyat tersebut diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan kolonial yang merugikan rakyat. Sebagai rakyat kecil yang ditindas oleh penjajah, tentu rakyat Indonesia ingin memberontak, demikian pula para mahasiswa dan pemuda masa itu. Khususnya mahasiswa STOVIA yang berusaha mengadakan perlawanan dengan cara halus mengingat pertempuran fisik selalu mengalami kegagalan. Berangkat dari kesadaran dan kemauan untuk melawan, maka mulai muncul berbagai organisasi pergerakan. Meskipun masing-masing organisasi memiliki cara perjuangan yang berbeda, mereka tetap mempunyai satu tujuan yaitu mencapai kemerdekaan. Kebulatan tekad para pemuda untuk bersatu mencapai puncaknya dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.[1]
Dalam menentukan orientasi tujuan organisasi-organisasi belum sampai pada fase penegasan identitasnya politiknya, karena lain masih sibuk dengan konsolidasi ke dalam. Usaha untuk memberi landasan agama Islam kepada Boedie Oetomo sangat terkait pada kultur Jawa. Dalam pada itu SI dengan identitasnya yang tidak terpisah dari agama islam dapat melusakan sayapnya ke seluruh Nusantara.[2] OB dan SI merupan organisai awal pergerakan Bangsa Inonseia setelah itu banyak pergerakan lainnya bahkan pergerakan Organisasi Perempuanpun ikut serta terhadap gerakan Nasional.
Munculnya organisasi-organisasi semacam itu adalah pertumbuhan yang sangat wajar sebagai tahap pertama dalam proses integrasi. Masih cukup banyak kekuatan social yang menghambat intgrasi sehingga timbul segmentasi-segmentasi menurut garis regional, subcultural, bahkan komunal pula. Meskipun setiap organisasi masih bercorak banyak sedikitnya difus (campuran) dalam orientasi tujuannya, nampun pada umumnya tidak bertujuan berpolitik. Akan tetapi, bagi pemerintah colonial organisasi-organisasi itu sudah dianggap berfungsi untuk menyalurkan kegiatan dan harapan angota-anggotanya. Organisasi itu dapat di pandang juga menjadi wadah atau wahana untuk pendidikan politik bagi kaum Priyayi dan kaum terpelajar, antara lain dengan memupuk kesadaran politik, berpartisipasi dalam aksi kolektif, menghayati identitas golongan, dan lain sebagainya. Seklai kekuatan social bergerak, tidak mungkin pengusas penguasa colonial menghentikannya. Dalam hubungan ini fungsi organisasi-organisasi tersebut telah mengandung benih-benih perkembangan politik di Indonesia.
Pertumbuhan orgasnisasi-organisasi dalam lingkungan subcultural berfungsi juga sebagai sosialisasi politik, yaitu pada suatu pihak memobilisasi rakyat untuk melaksanakan tujuan organisasi dan pada pihak lain memperbesar kesadaran kolektif dengan demikian memperkuat solidaritas golongan. Kesadaran kolektif yang mempertebal semangat perjuangan hanya diaktualisasikan bila ada rangsangan dari luar organisasi, khususnya berbagai kejadian dan tindakan dari pihak Hindia Belanda.[3]
Mengenai keadaan wanita Indonesia pada masa kolonialisme Belanda masih ada dalam konservatisme dan sangat terikat oleh adat. Penddikan di sekolah-sekolah hanya diperuntukkan bagi anak-anak laki-laki, sedangkan anak-anak perempuan hanya mendapat pendidikan di rumah atau di lingkungan keluaga dan penddikan yang diperolehnya tidak lebih dari persiapan untuk menjadi seorang Ibu rumah tangga yang baik. Memasak, menjahit dan membatik merupakan sebagian besar kegiatan anak-anak perempuan. Ikatan adat sangat kuat yang tidak memungkinkan mereka lepas dari kungkungan adat dan keluarga, dan kalau dibanding dengan anak laki-laki mereka jauh ketinggalan.
Pergerakan kaum wanita seperti RA Kartini (1879-1904), pelopor gerakan emansipasi, menyerukan agar bangsa Indonesia diberi pendidikan, khususnya kepada wanita Indonesia mereka yang memikul tugas suci. Kalau wanita mendapat mendapat pendidikan maka kemajuan wanita hanya soal waktu saja. Sebenarnya buah pikiran Kartini untuk memajukan wanita Indonesia sudah ada di dalam kumpulan surat-surat ―Habis Gelap Terbitlah Terang‖ yang ditulisnya tahun 1899-1904, yang berisi tentang kehidupan keluarga, adat istiadat, keterbelakangan wanita, cita-cita terhadap kebahagiaan bangsanya, dll. Dalam waktu yang singkat, cita-cita Kartini mulai terealisasikan, sekolah-sekolah putri mulai didirikan dan emansipasi wanita selalu dibicarakan. Pada tahun 1912 didirikan sekolah Kartini di Semarang atas dorongan Van Deventer. Selain di Semarang didirikan pula di Malang, Jakarta, Madiun, Bogor dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dan di Cirebon, Rembang, Pekalongan, Indramayu, Surabaya dengan bahasa Jawa dan lain-lain.
Konservatisme dan ikatan adat dapat ditembus dan wanita Indonesia sudah dapat kebebasan yang dikejarnya terus melalui organisasi wanita. Pada tahun 1915 Dewi Sartika (1884-1947) mendirikan perkumpulan pengasah budi di Bandung dan di Semarang didirikan Budi Wanito yang memperjuangkan kemajuan dan emansipasi wanita.[4]
B. Organisasi-organisasi Nasionalisme
1. Budi Utomo
Budi Utomo (Boedi Oetomo) adalah sebuah organisasi pergerakan nasional yang paling berpengaruh di Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh sejumlah mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Soetomo, Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T Ario Tirtokusumo. Tanggal berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, sampai sekarang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional kerena organisasi ini dianggap sebagai organisasi kebangsaan yang pertama.[5]
Sejak Dokter Wahidin pada tahun-tahun 1906 dan 1907 melancarkan suatu gerakan untuk mendirikan studiefonds (beasiswa) yang kemudain di susul dengan pendirian kumpualn Boedi Oetomo, mulai tampaklah dengan jelas adanya reksai dari kaum Priyayi birokrasi dari golongan ningrat ataupun aristokrasi lama, sautu reaksi yang mencerminkan suatu kehawatiran kalau ferakan itu mengancam kamum artistokrasi tersebut. Oleh karna itu, setiap perubahan bersipat ancaman terhadap kepentingan tersebut. Wajarlah apabila gerakan kaum muda itu akan membawa perubahan terutama dalam bidang setruktural social. Munculnya kaum terpelajar sebagai golongan professional telah menguarangi ruang lingkup kekuasan elit. Dengan meningkatnya diferensiasi fungsi dalam pelayanan umum, otoritas pimpinan polimorfik seperti priyayi birokrasi tersebut akan berkurang dan sebagian tergesar ke tangan pejabat profesional dengan kepemimpinan monomorfik itu.[6]
Corak baru yang diperkenalkan Budi Utomo adalah kesadaran lokal yang iformulasikan dalam wadah organisasi modern, dalam arti bahwa organisasi itu mempunyai pimpinan, ideologi yang jelas dan anggota. Lahirnya Budi Utomo, telah merangsang berdirinya oragnisasi-organisasi pergerakan lainnya yang menyebabkan terjadinya perubahan sosio-politik Indonesia.
BU bukan hanya dikenal sebagi salah satu organisasi nasional yang pertama di Indonesia, tetapi juga sebagai salah satu organisasi terpanjang usianya sampai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia. BU memang mempunyai arti yang penting meskipun anggotanya sangat sedikit diabnding dengan Sarikat Islam. Akan tetapi kehadiran BU lah yang menyebabkan berlangsungnya perubahan-perubahan politik hingga terjadinya integrasi nasional.
Boedi Oetomo secara resmi menetapkan bahwa yang menajdi perhatiannya adalah penduduk Jawa dan Madura. Bahasa yang dipergunakan secara resmi dalam organisasi adalah bahasa melayu. Orang-orang sunda pun ikut dalam organisasi ini. akan tetapi, lama kelamaan peranan mahasiswa mulai tersingkirkan oleh kaum priyayi yang semakin menguasai organisasi. Sementara itu, rasa keunggulan budaya Jawa sering muncul ke permukaan sehingga dalam Boedi Oetomo cabang Bandung, organisasi terbagai dua menjadi bagian Jawa dan bagian sunda.
Setelah Boedi Oetomo, bermunculan organisasi lainnya. Pada bulan September 1908 orang-orang Ambon mendirikan asosiasi yang disebut Ambonsch Studiefonds. Pada tahun 1909 dana lain-lain. Selajutnya pada tahun 1911 Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam. Organisasi yang kemudian menjadi Sarekat Islam ini berkembang pesat. Kemudahan persyaratan menjadi anggota dan orientasi organisasi yang mengutamakan kepentingan rakyat kecil menarik minat banyak orang. Jumlah anggotanya di berbagai kota besar di jawa meningkat secara mencolok. Pada tahun 1916, jumlah anggota mencapai 800.000 orang dantahun 1919 jumlah anggota mencapai dua juta orang.
2. Sarekat Islam
Namun pada tahun 1911 di Solo, Haji Samanhudi (seorang pengusaha batik) mendirikan sebuah perkumpulan bernama Sarekat Dagang Islam. Lahirnya sarekat Dagang Islam ini didorong oleh faktor ekonomi dan agama[7]
Latar belakang ekonomis perkumpulan ini ialah perlawanan dagang antara (penyalur) oleh orang Cina,[8] pada saat itu orang-orag china memegang monopoli di bidang perdagangan bahan baju batik. Akibat monopoli di bidang perdagangan tersebut sangat terasa bagi pengusaha Indonesia, terutama dalam usaha untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan bahan baku untuk keperluan membatik. Di bawah pimpinan H. Samanhudi perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh dan akhirnya pada tahun 1912 oleh pimpinannya yang baru yaitu Haji Omar Said Cokroaminoto namanya diubah menjadi Sarekat Islam. Hal ini dilakukan agar organisasi ini tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain seperti politik[9].
Penderian organisasi ini yang awalnya adalah Sarekat Dagang Islam yang berdiri pada tanggal pada tanggal 27 Maret 1909 di rumah Tirto Adhi Soerjo di Bogor dengan keluarga Badjenet, namun baru mendapat peresmian dari pihak pemerintah Hindia-Belanda pada tanggal 5 April 1909.
Dengan keluarnya keluarga Badjenet dari keanggotaan SDI, maka arah dan tujuan SDI diwarnai gerakan dalam bidang politik. Untuk masuk ke kota-kota kecil, maka Tirto Adhi menganjurkan untuk didirikan Serikat Dagang Islam di Solo yang di ketua oleh Haji Samanhoedi pada tanggal 9 November 1911. Dalam penyusunan dasar organisasi maka dagangnya dihilangkan menjadi Sarekat Islam. Sejak itulah organisasi ini mulai mengubah langkah pergerakannya dari bidang ekonomi ke arah bidang politik.[10]
Berbeda dengan gerakan-gerakan lainnya, Sarekat Islam merupakan total , artinya tidak terbatas pada suatu organisasi tujuan, tetapi mencangkup dari berbagi bidang aktivitas, yaitu ekonomi, sosiaol, dan kultural. Tambahan pula di dalam gerakan ini agama Islam sebagai Ideologi sehingga gerakan ini merupakan suatu revivalisme, yaitu kehidupan kembali pepecahan dengan jawa atau semangat yang berkobar-kobar.[11]
Asas dan jutuan sarekat Islam yang peraktis dan sifatnya yang merakyat menyebabkan organisasi sarekat ini berkembang dengan pesat. Adapun tokoh-tokoh pendiri SI adalah H.O.S Cokroaminoto, H. Agus Salim dan Adbul Muis.
Perkembangan Organisasi Sarekat Islam semakin Pesat, yang memiliki cabang-cabang di berbagai daerah, untuk mempermudah pengawasan terhadab cabang tersebut maka pada kongres Sarekat Islam di Yogayakarta pada tahun 1914, HOS Tjokroaminoto terpilih sebagai Ketua Sarekat Islam yang membentuk Central Serikat Islam (CSI).[12]Ia berusaha tetap mempertahankan keutuhan dengan mengatakan bahwa kecenderungan untuk memisahkan diri dari Central Sarekat Islam harus dikutuk dan persatuan harus dijaga karena Islam sebagai unsur penyatu.
Politik Kanalisasi Idenburg cukup berhasil, karena Central Sarekat Islam baru diberi pengakuan badan hukum pada bulan Maret 1916 dan keputusan ini diambil ketika ia akan mengakhiri masa jabatannya. Idenburg digantikan oleh Gubernur Jenderal van Limburg Stirum (1916-1921). Gubernur Jenderal baru itu bersikap agak simpatik terhadap Sarekat Islam.
Namun sebelum Kongres Sarekat Islam Kedua tahun 1917 yang diadakan di Jakarta muncul aliran revolusionaer sosialistis yang dipimpin oleh Semaun. Pada saat itu ia menduduki jabatan ketua pada SI lokal Semarang. Walaupun demikian, kongres tetap memutuskan bahwa tujuan perjuangan Sarekat Islam adalah membentuk pemerintah sendiri dan perjuangan melawan penjajah dari kapitalisme yang jahat. Dalam Kongres itu diputuskan pula tentang keikutsertaan partai dalam Voklsraad. HOS Tjokroaminoto (anggota yang diangkat) dan Abdul Muis (anggota yang dipilih) mewakili Sarekat Islam dalam Dewan Rakyat (Volksraad).
Pada Kongres Sarekat Islam Ketiga tahun 1918 di Surabaya, pengaruh Sarekat Islam semakin meluas. Sementara itu pengaruh Semaun menjalar ke tubuh SI. Ia berpendapat bahwa pertentangan yang terjadi bukan antara penjajah-penjajah, tetapi antara kapitalis-buruh. Oleh karena itu, perlu memobilisasikan kekuatan buruh dan tani disamping tetap memperluas pengajaran Islam. Dalam Kongres SI Keempat tahun 1919, Sarekat Islam memperhatikan gerakan buruh dan Sarekat Sekerja karena hal ini dapat memperkuat kedudukan partai dalam menghadapi pemerintah kolonial. Namun dalam kongres ini pengaruh sosial komunis telah masuk ke tubuh Central Sarekat Islam (CSI) maupun cabang-cabangnya. Dalam Kongres Sarekat Islam kelima tahun 1921, Semaun melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan Central Sarekat Islam yang menimbulkan perpecahan.
Rupanya benih perpecahan semakin jelas dan dua aliran itu tidak dapat dipersatukan kembali. Dalam Kongres Luar Biasa Central Sarekat Islam yang diselenggarakan tahun 1921 dibicarakan masalah disiplin partai. Abdul Muis (Wakil Ketua CSI) yang menjadi pejabat Ketua CSI menggantikan Tjokroaminoto yang masih berada di dalam penjara, memimpin kongres tersebut. Akhirnya Kongres tersebut mengeluarkan ketetapan aturan Disiplin Partai[13]. Artinya, dengan dikeluarkannya aturan tersebut, golongan komunis yang diwakili oleh Semaun dan Darsono, dikeluarkan dari Sarekat Islam. Dengan pemecatan Semaun dari Sarekat Islam, maka Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih yang berasaskan kebangsaan keagamaan di bawah pimpinan Tjokroaminoto dan Sarekat Islam Merah yang berasaskan komunis di bawah pimpinan Semaun yang berpusat di Semarang.
Pada Kongres Sarekat Islam Ketujuh tahun 1923 di Madiun diputuskan bahwa Central Sarekat Islam digantikan menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). dan cabang Sarekat Islam yang mendapat pengaruh komunis menyatakan diri bernaung dalam Sarekat Rakyat yang merupakan organisasi di bawah naungan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pada periode antara tahun 1911-1923 Sarekat Islam menempuh garis perjuangan parlementer dan evolusioner. Artinya, Sarekat Islam mengadakan politik kerja sama dengan pemerintah kolonial. Namun setelah tahun 1923, Sarekat Islam menempuh garis perjuangan nonkooperatif. Artinya, organisasi tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial, atas nama dirinya sendiri. Kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927 menegaskan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. Karena tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam menggabungkan diri dengan Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Pada tahun 1927 nama Partai Sarekat Islam ditambah dengan “Indonesia” untuk menunjukan perjuangan kebangsaan dan kemudian namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).[14]Perubahan nama itu dikaitkan dengan kedatangan dr. Sukiman dari negeri Belanda.
3. Indische Partij (IP)
IP didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. IP sebagai organisasi campuran menginginkan adanya kerja sama orang Indo dan bumi putera. Karena jumlah orang Indo sangat sedikit, maka diperlukan kerja sama dengan orang bumi putera agar kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.[15]
Sebagai lembaga partai di sebut bendera Indische, berwarna hitam (warna kulit Indier), yang satu pojok kanan di beri garis-garis hijau (pengharapan baik dimana yang akan datang), merah (keberanian) dan Biru (kesetian). Dalam bulan maret 1913 datang larangan pemerintah Hindia Belanda dan bulan Agustus tahun itu juga pemimpinnya yang terkemuka di hukum dengan hukuman pengasingan : Douwes Dekker ke Timur Kupang, Tjipto Mangunkusomo ke Banda, dan Suwardi Suryaningrat ke Bangka. Tetapi atas pemerintah mereka, mereka di izinkan menukar tempat pengungsin itu ke negri Belanda.
Oleh karena partai di larang dan pimpinnnya di asingkan, para pengikut bubar. Tapi aksi pemuka tapi pemunyai akibat dalam dunia pergerakan, sebagain besar dari anggota itu (di semarang saja ada 1000) masuk perkumpulan Insulinde dan lama kelaman duduk dalam pimpinan ; akibatnya perkumpulan ini kemudian ini menjadi suatu partai yang menuju kemerdekaan.
Lagi pula tidak bisa di lupakan asas-asas yang dipropagandakan oleh Indische Partij itu, seperti “indische nationalism” aksi mencapaikemerdekan kelak, dll, adalah suara-suara yang dengan sendirinya terus menerus mudah di tangkap dan terkaman di tanah jajahan, dan terang dan bersalah pengaruhnya dalam golongan-terjajah.[16]
Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi pergerakan yang secara terang-terangan bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia merdeka. Tujuan Indische Partij adalah untuk membangun patriotisme terhadap tanah air. IP menggunakan media majalah Het Tijdschrifc dan surat kabar ‘De Expres’ pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai sarana untuk membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia. R.M. Suwardi Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul ‘Als ik een Nederlander was’, Andaikan aku seorang Belanda. Akibat dari tulisan itu R.M. Suwardi Suryaningrat ditangkap. Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang dimuat dalam De Express tanggal 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees? Berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, E.F.E. Douwes Dekker pun turut mengkritik dalam tulisannya di De Express tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemoen Soewardi Soerjaningrat (Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat).
Akhirnya ketiga tokoh dari Indische Partij pun ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. Pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit. Sedangkan Suwardi Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun 1919. Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia pendidikan, dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, mendirikan perguruan Taman Siswa. E.F.E Douwes Dekker juga mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan mendirikan yayasan pendidikan Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940. Dalam perkembangannya, E.F.E Douwes Dekker ditangkap lagi dan dibuang ke Suriname, Amerika Latin.[17]
4. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan indonesia (PI) berdiri pada tahun 1908 oleh orang-orang indonesia yang berada di negeri Belanda, diantaranya R.P Sosrokartono, R. Hoesein Djajadinigrat. R.N Notosuroto, Notodiningrat, Sutan Kasayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley. Pada mulanya perhimpunan indonesia bernama Indische Vereenigng. Kegitannya pada mulanya hanya terbatas pada penyelenggaraan pertemuan sosial dengan para anggota ditambah dengan sesekali mengadakan pertemuan dengan orang-orang belanda yang banyak memerhatikan masalah indonesia, antara lain Mr. Abenendanon, Mr. Van Deventer, dan Dr. Snouck Hurgronye. Organisasi ini bertujuan untuk memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari indonesia, maksudnya orang-orang pribumi dan non-pribumi bukan Eropa, di negeri Belanda dan hubungan dengan orang Indonesia[18]
Pada tahun 1922, De Indische Vreeniging diterjemahkan menjadi perhimpoenan indonesia, dan dari awal 1973 mempunyai pengurus baru dengan ketuanya R.Iwa Koesoema soemantri, Sekretarisnya J.sitanala, bendaharanya Muhammad Hatta , komisarisnya Sastro Moeljono, dan archivarisnya Moenkoesoemo. Kemudian disamping nama dalam bahasa Belanda dipakai juga nama Perhimpoenan indonesia dan lama-lama hanya nama perhimpunan indonesia saja yang dipakai. Dengan demikian, semakin tegas bergerak memasuki bidang politik perubahan ini juga didorong oleh bangkitnya seluruh bangsa-bangsa terjajah Asia dan Afrika untuk menuntut kemerdekaan.
Semenjak tahun 1923 PI aktif berjuang bahkan memelopori dari jauh perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat indonesia dengan berjiwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang murni dan kompak. Berdasarkan perubahan ini, PI keluar dari Indonesich Verbond Van Studeerenden (suatu perkumpulan yang bertujuan menggabungkan organisasi-organisasi mahasiswa indonesia, Belanda,dan peranakan Cina yang berorientasi ke indonesia dalam suatu kerja sama pada tahun 1923 karna dianggap tidak perlu lagi.
Dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke-15, tahun 1924 mereka menerbitkan buku peringatan yang berjudul Gedenkboek. Buku ini bereisi n13 artikel yang ditulis oleh A.A Maramis, Ahmad Soebsrdjo, Sukiman Wiryosanjoyo, Mohammad Hatta, Muhammad Natsir, Sulaiman, R. Ng. Purbacaraka, Darmawan Mangunkusumo, dan Iwa Kusumasumantri.[19]
Susunan buku itu adalah sebagai berikut : Artikel pertama berjudul "Tinjauan ke Belakang" yang menguraikan pembentukan dan perkembangan PI, disusul oleh karangn berjudul "Mananjak", kemudian karangan tentang "Jalan Baru", barikutnya tentang arah zaman". Didalam tiga abad penjajahan akhirnaya menimbulkan sikap yang mestinya ditunjukkan kepada penajajah yang menunjukkan sikap perlawanan, tidak mau berkompromi meliputi karangan dalam majalah Indonesia. Mereka terbitan dalam tahun-tahun berikut dan dalam pernyataan dasar-dasar PI.
Berdasarkan pernayatan itu muncul pernyatan dasar-dasar PI yang tertera dalam Hindia Poetra edisi Maret 1923 berbunyi sebagai berikut:
- Masa depan bangsa indonesia hanya semata-mata yang dalam pembentukan struktur pemerintah sendiri dapat di pertanggung jawabkan oleh bangsa Indonesia.
- Untuk mencapai itu setiap orang menurut kemampuan serta menurut kekuatan serta kecakapannya di usahakan tanpa bantuan pihak manapun.
- untuk mencapai tujuan bersama itu semua unsur atau lapisan rakya perlu kerja sama serat-eratnya.
Perlu dicatat disini bahwa dalam Dekalrasi itu sangat ditentukan pokok-pokok antara lain: ide kesatuan atau ideologi kesatuan dan prinsip demokrasi sebagai tindak lanjut proklamasi dasar-dasar PI disusun rencana kerja sebagai berikut :
- Melancarkan propaganda secara intensi dasar-dasar tersebut, terutama Indonesia.
- Menarik perhaian dunia internasional terhadap permasalahan Indonesia, dan
- Meningktakan perhatian para anggota terhadap persoalan Internasional. Dalam pada itu para anggota PI yang menyatakan diri mereka selaku penggerak revulisioner-nasionalistis telah merinci garis-garis arahan dan demikian mendapat simpati dari kawan-kawan setanah air serta membangkitkan semnagat revulisioner-nasionalistis di Indoneisa.[20]
Meningkatnya aktivitas kearah politik terutama sejak datangnya dua orang Mahasiswa ke negeri Belanda, yaitu A. Subardjo tahun 1919 dan Mohammad Hatta tahun 1921, dan keduanaya kemudian pernah mengetahuai PI. Dengan bertambah banyaknya mahasiswa Indonesia yang belajar di negri Belanda berubah pula kekuatan PI. Pada permulaan tahun 1925, dibuatlah suatu anggaran dasar baru yang merupakan penegasan yang lebih luas lagi dari perjuangan PI. Di dalamnya disebutkan bahhwa kemerdekaan penuh bagi Indonesia hanya akan di peroleh dengan aksi bersma yang dilakukan serentak oleh seluruh kaum nasionalis dan berdasarkan atas kekuatan sendiri. Untuk itu, sangat diperlukan kekompakan rakyat seluruhnya. Di dalam segala penjajahan kolonial, kepentingan antara pihak yang menjajah dengan puhak yang dijajah yang memang sangat bertentangan menjadi masalah penting. Penjajahan itu memang membawa pengaruh yang merusak jasamani dan rohani orang Indonesia dan merusak kehidupan lahir dan batin.
Sementara itu, kegiatannya meningkat menjadi nasional-demokratis, non-kooperasi, dan meninggalkan sikap kerjasama dengan kaum penjajah bahkan menjadi internasoanal dan anti kolonial. Di bidang Internasional ini PI bertemu dan berkerjasama dengan perkumpulan-perkumpulan dan tokoh-tokoh pemuda serta mahasiswa yang berasal dari negeri-negeri jajahan di Asia dan Afrika yang mempunyai cita-cita yang sama dengan Inonesia. PI memang berusaha supaya masalah Indonesia mendapatkan perhatian dalam dunia Internasional. Hubungan dengan beberapa organisasi Internasional diadakan seperti liga penentang imperialisme dan penindasan kolonial dan komintern. dalam kongres ke 6 liga demogratie Internasional untuk pendamaian pada bulan agustus 1926 di Paris (Prancis) Moh.Hatta dengan tegas menyatakan tuntutan untuk kemerdekaan indonesia.
Kejadian ini menyebabkan pemerintah belanda bertambah curiga pada PI. Kecurigaan ini bertambah lagi saat Moh.Hatta atas nama PI menandatangani suatu perjanjian (rahasia) dengan (Semaun) (PKI) pada tanggal 5 desember 1926 yang isinya menyatakan bahwa PKI mengakui kepemimpinan PI dan akan dikembangkan menjadi partai rakyat kebangsaan indonesia selama PI secara konsekuen tetap menjalankan politik untuk kemerdekaan indonesia. Perjanjian ini dinilai oleh Komintern sebagai suatu kesalahan besar dan dibatalkan kembali oleh Semeun.[21]
Dalam kongres 1 liga pada bulan februari tahun 1927 di Berlin yang dihadiri antara lain oleh wakil-wakil pergerakan di negeri jajahan ,PI yang bertindak atas nama PPPKI di indonesia juga mengirimkan wakil-wakilnya, Moh.Hatta, Nazir Pamoentjak, Gatot dan A.Subardjo.Kongres mengambil keputusan antara lain : 1. Menyatakan simpati yang sebesar-besarnya kepada pergerakan kemerdekaan Indonesia dan akan menyokong usaha tersebut dengan segala daya. 2. Menuntut dengan keras kepada pemerintah Belanda kebebasan bekerja untuk pergerakan rakyat Indonesia.[22]
Dalam kongres ke dua di Brussel tahun 1927, PI juga ikut, tetapi suatu liga didominasi oleh kaum kominis, PI keluar dari liga. Kegiatan PI dikalangan internasional ini menimbulkan reaksi yang keras dari pemerintah Belanda atas tuduhan "dengan tulisan mengasut dimuka umum untuk memerontak terhadap pemerintah , maka pada tanggal 10 juni1927,4 anggota PI yaitu Moh.Hatta, Nazir Pamoentjak, Abdulmadjid Djojoadiningrat, dan Ali Sastroamidjojo ditangkap dan ditahan sampai tanggal 8 Maret 1928. Namun, dalam pemeriksaan di sidang pengadilan di Den Haag pada tanggal 22 maret 1928, karna tidak terbukti bersalah, mereka dibebaskan.
Perhimpunan indonesia pun berangsur-angsur berhasil mempengaruhi pergerakan indonesia sendiri, seperti lahirnya partai nasional Indonesia (PNI) tahun 1927, jong Indonesie (pemuda indonesia) tahun 1927, dan perhimpunan Pelajar-pelajar indonesia (PPPI) tahun 1926.
Aksi para anggota PI semakin radikal. Pengawasan terhadap gerakan mahasiswa Indonesia semakin diperkuat oleh aparat kepolisisan Belanda. Namun para anggota PI tetap melakukan kegiatan politiknya, bahkan mulai menjalani hubungan dengan berbagai negara di Eropa dan Asia. Konsepsi-konsepsi PI dan berita-berita tentang berbagai kejadian di Eropa dikirim ke Indonesia melalui majalah mereka, Indonesia Merdeka. Konsepsi-konsepsi PI kelak sangat berpengaru terhadap kaum peregrakan di Indonesia. Bahhkan di bawah kepemimpinan Muhammad Hatta, PI resmi diakui sebagai front terdepan pergerakan kebangsaan oleh PPKI yang diketahui Ir. Soekarno.
Jadi, masa pergerakan nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan. Karena keragaman penduduk Indonesia serta masalah yang dihadapi mereka pergerakan Nasional Indonesia belum memberikan corak yang seragam. Masa tahapan-tahapan awal pergerakan Nasional banyak selaki jumlahnya, organisasi yang sifanya nasional itu dapat di bedakan menjadi tiga masa, yakni masa Awal Pergerakan Nasional, Masa Radikal dan Masa Moderat.
Organisasi Budi Utomo merupakan organisasi pertama yang didirikan sebagai awal pergerakan nasional sehingga tangga 20 Mei di tetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang merupakan lahir berdirinya organisasi Budi Utomo. Tujuannya menjadikan kehidupan sebagai bangasa yang terhormat, kegiatannya pada social pendidikan pengajaran dan kebudayan. BU sangat berpengaruh juga terhadap jalnnya kemerdekan Nasional.
Sarekat Islam atau awalnya Sarekat Dagang Islam yang merupakan organisasi perkumpulan orang-orang pedagang Islam yang di ketuai olah Samanhudi 1911 menjadi bertambah berkembang. Perkumpulan tersebut semakin kuat ketika Tjokroaminoto memimpin dan mengubah nama perkumpulan itu menjadi Sarekat islam. Berbeda dengan gerakan-gerakan lainnya, Sarekat Islam merupakan total , artinya tidak terbatas pada suatu organisasi tujuan, tetapi mencangkup dari berbagi bidang aktivitas, yaitu ekonomi, sosial, dan kultural. Kemudian SI terpecah menjadi dua, dengan pemecatan Sarekat Islam, maka Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih yang berasaskan kebangsaan keagamaan di bawah pimpinan Tjokroaminoto dan Sarekat Islam Merah yang berasaskan komunis di bawah pimpinan Semaun yang berpusat di Semarang.
Berbeda dengan Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi pergerakan yang secara terang-terangan bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia merdeka. Tujuan Indische Partij adalah untuk membangun patriotisme terhadap tanah air.
Pada 1908, perkumpulan mahasiswa di Belanda mendirikan Indische Vereeniging. Menjadi lebih maju setelah Moh. Hatta, Sunario, A. Subadri dan Ali Sastroamidjoyo menjadi pemimpin dan nama organisasi di ganti menjadi Indonesische Vereeniging dan terakhir pada 1925 menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
PI adalah organisasi yang pertama dengan tegas menuntut Indonesia merdeka, bersikap non kooperatif dan menyatakan perlunya persatuan masyarakat Indonesia.
Usaha nyata PI dalam usaha kemerdekaan di buktikan dengan hadir dan menjadi anggota Liga Internasional Anti Penindasan Penjajah yang berkongres di Paris Perancis pada tahun 1926. Dan pada tahun 1927 pada saat kongres di Brussel, Belgia dengan tegas Moh Hatta menuntut kemerdekaan Indonesia.
Untuk memperkuat perjuangannya, PI kemudian menggabungkan diri dengan League Against Imperialism and for National Independence yang didirikan oleh Muzenberg di Berlin Jerman.
Selain itu tokoh-tokoh PI pun berhubungan dengan tokoh-tokoh mahasiswa Asia seperti Jawaharal Nehru dari India dan Hafes Ramdhan Bey dari Mesir.
DAFTAR SUMBER
Enar, Fatimah. 2008. Kapita Selekta Sejarah Indonesia dan Dunia. Padang : Program Belajar Jarak Jauh Unit Pembina Regional III IKIP Padang 1982.
Noer, Deliar. 1994. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta : PT Pustaka LP3ES.
Poesponegoro, Marwati Djoened, Dkk. 1992. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta : Balai Pustaka.
Sudiyo. 2002. Pergerakan Nasional Mencapai & Mempertahankan Kemerdekaan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Kartodirdjo Sartano. 1992 Sejarah Pergerakan Nasional. Jakarta. PT Gremedia Pustaka Utama
Kartodirdjo (2005). Sejak Indische sampai Indonesia. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Poesponegoro (2008). Sejarah Nasional Indonesia V. Balai Pustaka. Jakarta.
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/03/sejarah-berdirinya-perjimpunan-indonesia-indische-vereeniging-latar-belakang-tujuan-html13/03/2017
https://www.academia.edu/123488252/Makalah_Sejarah_Organisasi_Pergerakan_Nasionaidi akses 8/03/2017
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196303111989011-AYI_BUDI_SANTOSA/BUKU_AJAR_SPNI.pdfdi akses 8/03/2017
http://iwak-pithik.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-organisasi-pergerakan-nasional.html di akses 9/3/2017
________________________________________
[2] Sartano Kartodirdjo, Sejarah Pergerakan Nasional. PT Gremedia Pustaka Utama 1992 hal 120
[3] Ibid hal 106
[4]http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196303111989011-AYI_BUDI_SANTOSA/BUKU_AJAR_SPNI.pdf di akses 8/03/2017
[5] http://iwak-pithik.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-organisasi-pergerakan-nasional.html
[6] Sartano Kartodirdjo, Sejarah Pergerakan Nasional. PT Gremedia Pustaka Utama 1992 hal 102
[7] Fatimah Enar, Kapita Selekta Sejarah Indonesia dan Dunia, hlm. 8
[8] Marwati djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia V, hlm.183
[9] Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, hlm. 114
[10] Sudiyo, Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan, Hlm. 30-31
[11] Sartano Kartodirdjo, Sejarah Pergerakan Nasional. PT Gremedia Pustaka Utama 1992 hal 107
[12] Fatimah Enar, Kapita Selekta Indonesia dan Dunia, Hlm. 9
[13] Syamdani, Tan Malaka Nasionalisme Seorang Revolusioner, Hlm. 88-89
[14] Fatimah Enar, Kapita Selekta Sejarah Indonesia dan Dunia, hlm. 3
[15]https://www.academia.edu/123488252/Makalah_Sejarah_Organisasi_Pergerakan_Nasional
[16]A.K Pringgodigdo, SH Sejarah Pergerakan Rakyat Hal 12
[17] Ibid
[18] http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/06/sejarah-perhimpunan-indonesia.html
[19]http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/03/sejarah-berdirinya-perjimpunan-indonesia-indische-vereeniging-latar-belakang-tujuan-htm di akses 13/03/2017
[20] Kartodirdjo (2005). Sejak Indische sampai Indonesia. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Hal 8
[21] Poesponegoro (2008). Sejarah Nasional Indonesia V. Balai Pustaka. Jakarta. hal 353
[22] Ibid, Hal 355