Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gagasan Pemikiran Tjokroaminoto Pada Masa Pemerintahan Hinda Belanda

Gagasan Pemikiran Tjokroaminoto

Ruang Kelas  - Abstrct: Pergrakan bangsa Indonesia pada masa pemerintahan Hindia Belanda, tidak lepas dari sosok ratu adail atau raja tanpa makota yang seing disebut oleh masarakat zaman itu tokoh tersebut adalah Tjokroaminoto. Ia adalah seangai tokoh penggerak dengan pemikiran intelektualnya dengan pendidikan Islam sehingga Tjokroaminoto sebagai guru bangsa yang malahirkan tokoh-tokoh hebat  seperti Soekarno, Musso dan Semaoen serta murid-murid yang llainnya, pendidikan yang dibberikan kepada mereka ketika Tjokro menjadikan rumahnya sebagai kos bagi mahasiswa di Surabaya letika Itu.

Penelitian yang akan dibbahas dalam penelitian ini yaitu, (1) Bagaiman Biaogarfi Tjokroaminoto ? (2) Bagaimana Pemikiran Tjokroaminoto ?. metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu (1) Heristik/pengumpulan data pada tahapan ini peneliti menggunakan kajian pustaka buku, jurnal, artikel serta dokumen lainnya. (2) Kritik sumber, yakni melakukan pengujian terhadap isi atau kandungan sumber. (3) Interpretasi sumber, yakni dengan cara menyusun hubungan antar fakta yang telah diteliti. (4) Historiografi, yaitu menyusun fakta sejarah secara kronologis sebagai laporan akhir penelitian.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mnegetahui kiprah Tjokroaminoto dalam pergerakan ketika masa penjajahan Hinda Belnda serta pemikiran-pemikiran Tjokroaminoto dari berbagai sudut dengan pendidikan Islam sebagai dasar Tjokroaminoto untuk menggagas suatu pemikiran. Sengingga bemberikan kontribusi bagai tokoh-tokoh generasi yang akan datang seperti Soekarno, Musso dan Semaoen yang akan memberikan warna dari pemikiran serta ideologi.

Kata Kunci: Pemikiran, Tjokroaminoto, Pendidikan.

Pendahuluan

Perkembangan pergerakan Indonesia pada awal abad ke-19, tidak lepas daeri berdirinya organisi-oraganisasi pergerakan nasional dengan ideology berbasis Nasionalis. Salah satu tokoh penggerak, keuatan bagi bangsa Indonesia kerika itu iayal Tjokroaminoto atau sering dibut H.O.S Tjokroaminoto. Iya keturunan priyayi dan kakeknya seorang Ulama besar. Dengan kemampuan serta mempunyai daya intelektual yang sangat tinggi sehingga Tjokroaminoto mempunyai pran yang sangat penting dalam berupaya terlepas dari para penjajah Barat.

H.O.S Tokroaminoto juga merupakan guru politik sekaligus teman diskusi terhadap beberapa tokoh pergerakan nasional seperti Soekarno. Kartosoewirjo, Abikoesnk, Alimin dan Muso. Bahkan, Soekarno yang dikemudian hari yang menjadi Presiden republic Indonesia pertama, pernah menjadi menantu dari Tokroaminoto, walaupun pernikahan tersebut diakui oleh Soekarno sebagai bentuk penghormatan dan rasa kasih terhadap Tjokroaminoto sehingga pernikahannya dengan Oetari putri Tjokroaminoto hanya berupa kawin gantung.[1]Disamping Tjokro sebgai mereka ketika itu Tjokro menjabat sebagai ketia SI (Sarekat Islam), yang kemudian menjadi jembatan Tjokro untuk bergerak dari bidang Pendidikan, Sosial, Politik serta Perdangangan yang kemudain SI menjadi Partai Politik ketika itu.

Tjokro juga berjuang melalui pidato dan pembelaan terhadap rakyat . Perjuangan ini membuat beliau ditangkap Belanda pad/a tahun 1920. Selain giat di bidang politik, beliau juga menulis di koran dan membuat buku. Salah satu bukunya adalah ‘Islam dan SosiaIisme’ Pengaruhnya terhadap para tokoh muda saat itu dan di masyarakat sangat besar. Bahkan, Sukarno tercatat pernah menjadi salah satu murid dan tinggal di rumahnya. Beliau meninggal pada usia 51 tahun di Surabaya.[2]Perjuangan Tjokroaminoto tersebut dengan landasan Ideolginya dengan Isalm dan Sosialisme yang akan membawa Tjokroaminoto di segani oleh Belanda karna kerika itu SI mempunyai pengikit yang berlibu-ribu sehingga mempunyai kekuatan baru untuk bangsa Indonesia ketika itu.

Tjokroaminoto menerangkan tentang 4 konsep Islam yaitu: (1) Islam itu aslama maknanya taat kepada Allah, utusan-Nya, dan pada pemerintah. Seperti yang tercantum dalam Q.S An Nisa ayat 59. (2) Islam itu salimun artinya selamat, maksudnya jika orang Islam menjalankan perintah agama niscaya ia akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. (3) Islam berasal dari kata salmi yang artinya rukun, maksudnya orang orang yang berpegang  menumbuhkan persaudaraan yang benar-benar harus dilaksanakan antara umat Islam di Negara manapun juga dan (4) Islam dengan mekanisme zakat memberikan pelajaran tentang pemenuhan kebutuhan secara merata. Untuk mewujudkan sosialisme ada tiga dasar yang harus dilaksanakan yaitu: 1) Membangun perasaan rela mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan umum. 2) Membagi kekayaan sama rata dalam dunia Islam dengan mekanisme zakat, dan 3) Menuntun perasaan orang supaya tidak menganggap kemiskinan itu suatu penghinaan karena itu lebih baik dari kejahatan. Sebagaimana pandangan Haq, (2011) bahwa dinamisasi perjuangan HOS Cokroaminoto semakin jelas dan lebih mematangkan nilai-nilai kebangsaan Islam Indonesia melalui gerakan pemantang intelektual yang dibingkai dengan gerakan konsep pendidikan kebangsaan, untuk turut serta dalam mengantarkan bangsa Indonesia ke pintu kemerdekaannya. Oleh karena Pentingnya pendidikan sebagai wadah pembentukan jati diri individu untuk kepentingan bangsa sebagaimana pandangan Natsir, (1973) bahwa pendidikan selain sebagai salah satu kebutuhan hak asasi manusia juga sebagai pembentukan manusia dan jati diri manusia yang sebenarnya. Oleh karena itu, maju mundurnya suatu kaum serta rugi dan beruntungnya sangat ditentukan oleh sebahagian besar pada konteks pendidikan yang berlaku di kalangan mereka sendiri. Justru itu, pendidikan perlu didesain sebagaimana pendapat H.O.S. Cokroaminoto bahwa desainpendidikan dengan berlandaskan pada kepentingan bangsa akan membentuk generasi yang memiliki jiwa rela berkorban akan ibu pertiwi.[3]

Gagasan diatas menunjukan bahwa Tokroaminoto adalah tokoh pergerakan Nasional bangsa Indonesia dengan konsep pemikiran Islam dan Sosialisme yang di gagas oleh Tjokroaminoto. Sebagai seorang tokoh pergerakan yang juga merupakan tokoh Islam politik, salah satu pemikiran H.O.S. Tjokroaminoto yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan SI, PSI dan PSII secara khusus dan terhadap pemikiran politik Islam Indonesia secara umum adalah pemikiran politiknya tentang sosialisme Islam. Tjokroaminoto dengan demikian merupakan tokoh pergerakan sekaligus tokoh muslim yang meletakkan dasar pemikiran politik yang menghubungkan antara ajaran Islam dan pemikiran sosialisme di Indonesia.[4]

Dari latar belakang diatas berbagai kontribusi yang diberikan oleh Tjokroaminoto maka perlu di tindak lanjuti dengan pembanhasan mengenai; Biografi H.O.S Tjokroaminoto, karya-karya Tjokroaminoto serta Pemikirannya.

Biografi H.O.S Tjokroaminoto.

Raden Haji Oemar Said Tjokroaminoto, begitulah nama lengkapnya,  lahir di desa  Bakur pada tanggal 16 Agustus 1882, beliau termasuk salah satu tokoh  yang sangat berperan dalam memperjuangkan  bangsa dan agama dari penindasan kolonial Belanda, sehingga diberi anugerah atau penghargaan oleh pemerintah sebagai pahlawan nasional. Di dalam tubuh Tjokroaminoto mengalir darah kyai dan priyayi, bangsawan budi dan bangsawan darah sekaligus. Karenanya, dalam perkembangan jalan hidupnya di kemudian hari kedua unsur tadi sangat mempengaruhinya. Oleh Soekarno beliau diakui sebagai gurunya, sedangkan oleh penjajah Belanda disebut sebagai: De Ongekronnde Koning Von Java (raja Jawa yang tak dinobatkan).[5]

Desa Bakur tempat beliau dilahirkan adalah sebuah desa yang sepi, terkenal sebagai daerah santri dan taat menjalankan ajaran agama Islam. Desa ini terletak di Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.[6]Adapun keluarganya adalah keluarga yang terhormat dan dikagumi dikalangan masyarakat, ayah dari Tjokroaminoto adalah seorang pejabat pemerintah yang berkedudukan sebagai wedono di kawasan Kletjo, Ngawi.[7]Beliau dilahirkan dengan nama Raden Oemar Said, sesudah menunaikan ibadah haji beliau meninggalkan gelar keningratannya dan lebih suka mengenalkan diri dengan nama Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau lebih dikenal dengan H.O.S Tjokroaminoto.[8] Tjokroaminoto anak ke 2 dari 12 bersodara[9]

Tjokroaminoto adalah seorang anak yang nakal dan pemberani. Karena kenakalan dan keberaniannya pulalah maka semasa di bangku sekolah ia sering dikeluarkan dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain. Walaupun demikian, karena kecerdasan otaknya, beliau dapat juga masuk ke sekolah OSVIA (Opleidings School Voor Inlandsche Ambtenaren) di Magelang dan pada tahun 1902 ia berhasil menyelesaikan studinya disana. Tidak begitu mengherankan sebenarnya beliau dapat masuk ke sekolah OSVIA tersebut, karena sudah menjadi tradisi anak anak priyayi B.B. (Binnenland Bestuur) disekolahkan oleh orang tuanya di Sekolah Ambtenar. Tentu saja dengan harapan dapat menjadi seorang pejabat dalam dunia priyayi.[10]

Di Surabaya sekitar bulan Mei 1906 Tjokroaminoto telah mendaftar dan mengikuti pendidikan d BAS. Gambaran ini ditunjukkan melalui berita yang muncul di surat kabar Soerabajasch Handelsblad pada 4 Mei 1908, yang memberitakan kenaikan kelassiswa-siswa BAS, nama Tjokroaminoto ikut tercantum sebagai siswa yang baru naik di tingkat akhir (tahun ketiga) di jurusan teknik mesin (Soerabajasch Handelsblad, 4 Mei 1908). Keputusan Tjokroaminoto mengambil studi di sekolah petang BAS dengan latar pendidikan yang setara di OSVIA cukup menarik. Nampaknya hal itu terkait dengan kenyataan bahwa sebagai lulusan OSVIA, ijazah yang dimilikinya tidak terlalu relevan untuk mendapatkan pekerjaan yang relatif baik di lingkungan industri kota Surabaya yang lebih menghargai keahlian teknis dibanding keterampilan dasar sebagai pegawai birokrasi pemerintahan. Gambaran menarik lainnya adalah saat Tjokroaminoto mulai mengikuti pendidikan BAS di Surabaya. Saat itu usianya telah mencapai 24 tahun, yang merupakan usia yang relatif tua dibanding rata-rata siswa BAS lainnya yang memulai pendidikan mereka pada usia 16 tahun dan lulus pada usia 19 (Verslag,1893: 95). Dengan kematangan usia dan pendidikan sebelumnya, bukan suatu kebetulan bila kemudian Tjokroaminoto tampil sebagai pemimpin di lingkungan siswa BAS dan membawa rekan-rekannya dalam sebuah agenda politik baru mewakili semangat kalangan terpelajar muda di Surabaya.[11]

Sebagai seorang anak priyayi, Tjokroaminoto tentu saja dijodohkan oleh orangtuanya dengan anak priyayi pula yaitu Raden Ajeng Soeharsikin, puteri seorang patih wakil bupati Ponorogo yang bernama Raden Mas Mangoensomo. Raden Ajeng Soeharsikin, yang setelah menikah menjadi Raden Ayu Tjokroaminoto, dikenal sebagai seorang wanita yang sangat halus budi pekertinya, baik perangainya, besar sifat pengampunannya dan cekatan. Walaupun tidak tinggi pendidikan sekolahnya, namun ia sangat menyukai pengajaran dan pengajian agama. Menurut asal-usulnya, ia keturunan Panembahan Senopati dan Ki Ageng Mangir di Madiun.

Kemudian ketika Tjokroaminoto menetap di Surabaya pada tahun 1906, sebagai usaha Rumah Tjokroaminoto di Surabaya dapat dikatakan sebagai ‘Markasnya  Sarekat Islam’. Tidak henti-hentinya rumah Tjokroaminoto dikunjungi tamu yang bermacam-macam bangsa, corak, dan tujuan. Rumah tersebut juga menjadi kancah yang mengadu ideologi antara Tjokroaminoto dengan para tamu dan anak-anak kostnya. Segala bentuk pengaduan atas tindak penindasan akibat aturan-aturan pemerintah Kolonial bahkan ditujukan ke rumah Tjokroaminoto.[12]

Karya-karya Haji Oemar Said Tjokroaminoto

Diantara karya intelektual Tjokroaminoto, baik yang berupa buku maupun dalam bentuk lainnya adalah sebagai berikut:

Tharich Agama Islam, Riwayat dan Pemandangan atas Kehidupan Nabi Muhammad pada tahun 1931.

Buku setebel 203 halamn ini, ia mengungkapkan bahwa buku yang membahas tentang tebelnya berates-ratus halaman dan lewat bukunya akan memudahkan dan memahaminya . referinsi Tjokroaminoto dalam penulisan buku ini adalah karangan ulama islam dari negeri barat. Hal ini dipahami karna ketidak fasihannya dalam bahasa arab. Pada perkembangannnya banyak di keritik oleh ulama Indonesia sendiri karan ulama-ulama rujukan Tjokroaminoto seperti Maulawi Muhammad Ali adalah ulama Ahmadiyah yang memang pada saat itu. Buku ini Tjokroaminoto ingin membangkitkan optimesme bangsa Indonesia dahwa dengan menegakkan agama Allah terdahuilu diberikan kejayan yang luar bias.

Regalemen Umum Bagi Umat Islam pada tahun 1934.

Islam dan Sosialisme (1924).

 Buku ini merupakan Magnum Opus Tjokroaminoto, yang ditulis di Mataram pada bulan November 1924, dan diterbitkan oleh penerbit Bulan Bintang Jakarta. Islam dan Sosialisme merupakan buku yang ditulis Tjokroaminoto dalam upaya menghadapi pemikiran SI semarang yang di pimpin Soemaoen. Buku 104 halaman ini, secara konfrehensif  mengungkap makna dari sosialisme. Ia pun menjelaskan bahwa sosalisme sebagai suatu dasar pemikiran memiliki begitu banyak varian. Pemikiran sosalisme marx yang merupakan rujukan sosalisme modern, berakar pada filsafat materialisme historis yang jenis-jenis bertentangan dengan ajaran Islam. Karena menurutnya materialism historis mengajarkan bahwa material (benda) satu-satunya yang “ada” dengan begitu Marx menjelaskan hal-hal gaib termasuk tuhan. Selanjutnya iya menjelaskan bbahwa sosialisme adalah kemerdekaan, kesaman, dan persaudarran, nilai-nilai ini ternyata bukan hanya dalam islam tetapi sudah dilaksanakan sacara kongkrit pada masa Rasululllah dan para sahabat. Sehingga ia menuliskan dalam suatu bagian dari bukunya Islam dan Sosialisme dengan “bagi kita orang islam tidak ada sosalisme atau riupa-rupa isme yang lebih baik, yang lebih elok dan lebih mulia melahirkan Sosalisme yang bersandar pada  Islam” buku ini menjadi buktui bukti begitu kaya .

Program Asas dan Program Tandhim Partai Sarekat Silam Indonesia Pada tahun 1930

Buku selanjutnya adalah Program Asas (Program Dasar) dan Program Tandhim (Program Perjuangan) PSII. Buku 99 Halaman ini sesungguhnya sudah dirimuskan sejak kongres nasional ketiga dan diperbbaiki sampai disempurnakannya pada kongers di Yogyakarta pada tahun 1930. Menurut Ohan Sudjana buku ini selesai di susun di Bogor 20 Oktober 1931 begitu penomenalnya buku ini, menurut kepercayaan sebagian orang, buku ini di tulis dengan dikte dari Rasullulah dalam mimpi Tjokroaminoto. Buku ini membicarakan dasar-dasar islam kalimat Syahadat secara konfrehensif  dan konsekuensinya sebnagi muslim. Bbuku ini adalah penafsiran Tjokroaminoto terhadap ajaran Islam salam upaya menjawab dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang bberkembang lewat pergerakan PSII. Hal-hla yang dibahas antara lian: Persatuan Uamt Islam, penghidupan Rakyat, sifat pemerintahan, pengajaran dan pendidikan, dan lain-lain.

Reglament Umum Bagi Umat Islam(1934). Karya ini selesai ditulis pada tanggal 4 Februari 1934, dan disahkan oleh kongres PSII di Banjarnegara pada tanggal 20-26 Mei 1934 yang mengupas tenang Akhlaq, Aqidah, Perkawinan, Ekonomi, Amar Ma’ruf Nahiy Munkarserta perjuangan.

Buku 69 halamn ini berisi 20 bab yang mencoba menjelskan sekelumit tentang kehidupan dan sosialnya yang di sendarkan kepada Al-Qur’an dan Hadis. Dalam buku ini sifat keulamaan Tjokroamioto begitu menonjol, sehingga tidak berlebihan kalu ia juga di sebut ulama.

Adapun 20 bab yang di bahas dalam buku ini adalah 1. Pedoman umum bagi kehidupan social islam, 2. Maksud dan tujuan hidup di dunia, 3. Petunjuk budi pekerti ulama, 4. Petunjuk keadilan dan kejujuran, 5. Petunjuk keberanian dalam perkataan, 6. Petunjuk kebaikan budi yang seluas-lusasnya, 7. Petunjuk meningat perjanjian dan persaksian, 8. Petunjuk iman dank keislaman sejati, 9. Petunjuk persatuan muslimin, 10. Petunjuk memilih pimpinan dan menurut pimpinan, 11. Petunjuk membuat jalan yang benar, 12. Petunjuk melakukan ibadah yang benar, 13. Petunjuk anggapan hidup didunia, 14. Petunjuk budi pekerti terhadap keluarga, 15. Petunjuk maksud perhubungan perkawinan, 16. Petunjuk kelakuan dan penjagaan terhadap anak yatim, 17. Petunjuk contoh keutaman terhadap nilai-nilai orang, 18. Petunjuk kebaikan social ekonomi, 19. Petunjuk memerintahkan barang yang benar dan barang yang salah, dan 20. Petunjuk lebih memerintahkan keperluan uamat daripada keperluan atau urusan sendiri.

Kultur dan Adat Islam tahun (1933).[13]
Tafsir program dan Azaz Tandim(1965)

Al Islam (1916). Majalah ini diterbitkan oleh Sarekat Islam pusat di Solo yang dipimpin oleh Tjokroaminoto, majalah ini umumnya menerbitkan tulisan-tulisan mengenai keagamaan.

Bendera Islam (1924-1927). Majalah dua mingguan yang diterbitkan oleh tokoh-tokoh utama Muhammadiyah dan Sarekat Islam di Yogyakarta. Dipimpin oleh Tjokroaminoto, majalah ini bertujuan untuk mempertahankan bangsa dan tanah air berdasarkan agama Islam.

Bintang Islam (1923-1926). Majalah dua mingguan ini diterbitkan oleh tokoh utama Muhammadiyah dan Sarekat Islam yang dipimpin oleh Tjokroaminoto, isinya membahas peristiwa-peristiwa di dalam dan di luar negeri yang perlu diperhatikan oleh kaum Muslimin di Indonesia.

Fadjar Asia(1927-1930). Majalah berita ini diterbitkan oleh tokoh Sarekat Islam yang dipimpin oleh Tjokroaminoto yang berisi mengenai pandangan-pandangan partai Sarekat Islam. Oetoesan Belanda. Ini adalah Koran harian Islam diterbitkan oleh Tjokroaminoto yang bertujuan untuk mengembangkan aspirasi anggota Sarekat Islam.[14]

Pemikiran H.O.S Tjokroaminoto

Tahun 1912 menjadi tahun penting bagi perjuangan pribumi Indonesia lewat partai politik. Pada tahun tersebut, sebuah anggaran dasar dibentuk dalam tubuh Sarekat Islam oleh Tjokroaminoto di tahun-tahun permulaan yang sulit. Anggaran dasar yang dibentuk Tjokro ini bukanlah anggaran pertama yang dibuat oleh SI, karena pada tahun sebelumnya, seorang intelektual dan pendiri pers ‘Medan Prijaji’—Raden Mas Tirtoadisoerjo—berhasil merumuskan anggaran dasar pertama yang memang masih terlalu umum dan sangat luas, sehingga mencakup segala macam kegiatan. Anggaran dasar pertama ini memberikan  petunjuk tentang minat Sarekat Islam di dalam perdagangan, persaudaraan sesama Islam, dan kemajuan agama.[15]Lalu Tjokroaminoto pada tahun berikutnya menyempurnakan anggaran dasar tersebut sehingga lebih terstruktur sebagai sebuah organisasi. Tidak sampai disana, pada masa selanjutnya dimana Sarekat Islam mulai menjadi organisasi yang sangat besar, Tjokroaminoto mulai memberikan suatu usaha untuk menyadarkan para pemimpin-pemimpin SI di setiap daerah untuk menyebarkan dan menegakkan cita-cita nasionalisme, dengan Islam sebagai ajaran dasar dalam pemikiran tersebut, dengan mencantumkan kata ‘nasional’ setelah ‘kongres’. Peran Tjokroaminoto dalam tubuh SI akan dijelaskan secara lebih spesifik pada bab selanjutnya.

    Sebagai seorang tokoh besar yang sangat berpengaruh, Tjokroaminoto tentu saja memiliki prinsip dan ideologi yg kuat (meski beberapa pihak menyatakan bahwa Tjokroaminoto sempat memperlihatkan sifat bermuka dua, terutama pada periode awal kepemimpinan, ketika ia terlalu loyal pada pemerintah Belanda) dalam menjalankan aksi politiknya. Anggapan bahwa ia bermuka dua tidak semerta-merta menghilangkan namanya dari aksi perjuangan memperoleh keadilan bagi pribumi dan rakyat kecil. Pada kongres nasional pertama di Bandung tahun 1916 ia menyatakan sikapnya mengenai posisi pribumi dalam cengkraman kolonial: bahwa Indonesia tidak sepatutnya menjadi ‘sapi perah’ bagi kolonial yang terus-terusan mengeruk keuntungan. Penduduk pribumi juga memiliki hak untuk berpartisipasi dalam masalah-masalah politik terutama yang menyangkut nasibnya sendiri. Jika kita melihat sifat politik SI yang menempatkan Islam sebagai dasar perjuangannya, maka secara tidak langsung, di sana terdapat pula pemikiran pokok seorang Tjokroaminoto.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan organisasi pribumi yang sangat besar pada waktu itu, Tjokroaminoto mecoba menggali nilai-nilai Islam untuk memberikan jalan keluar atau solusi terhadap permasalahan bangsa Indonesia untuk keluar dari penjajahan. Seperti yang telah diketahui, Tjokroaminoto yang sejak muda aktif dalam berbagai kegiatan dan menerima pendidikan yang cukup tinggi serta wawasan yangluas mengenai paham-paham yang berkembang di dunia, mulai mencari gagasan untuk membebaskan bangsanya dari injakan kolonial, dan akhirnya ia menemukan satu gagasan cemerlang dari kombinasi dua hal: Islam (sebagai agama mayoritas) dan sosialisme (yang pada saat itu mulai berkembang di negara-negara dunia ketiga).

Sepintas Sosialisme Marx

Kata pokok sosialisme menurut bahasa latin adalah “socius” yang berarti “teman”, dan jika menurut pada ensiklopedi milik H. Van der Mandere, berarti “persaudaraan manusia”. Sebenarnya banyak tokoh-tokoh pemikir sosialisme di luar Marx, seperti R. Owen, Schaffle, A. Wagner,  Froudhon, dan masih banyak lagi. Namun sosialisme Marx merupakan aliran politik yang paling penting dan banyak dianut karena hampir 1/6 dari seluruh umat manusia memeluk paham komunisme yang asalnya dari teori Marx. Dengan kemenangan Mao  Tse Tung di Tiongkok, arti gerakan komunisme di Asia bertambah besar bagi negara-negara lain di sekitarnya, sehingga jumlah orang yang dikuasai bukan lagi 1/6, melainkan hampir ¼ dari seluruh dunia.[16]Di Indonesia sendiri, aliran ini memiliki cukup banyak pengikut yang terdiri dari kaum terpelajar, buruh, dan memiliki kedudukan yang kuat pada masa revolusi. Sosialisme Marx secara sederhana merupakan lawan dari paham individualisme, dimana kepentingan umum diletakkan paling depan, sedangkan kepentingan pribadi di belakang. Aliran Marx sendiri adalah Sosialisme ilmiah yang merupakan lawan dari sosialisme milik Owen, Saint Simon, Froudhon, yang dianggap sebagai sosialisme utopis. Ia hendak membuktikan bahwa hukum ilmu ekonomi yang diciptakan kapitalis suatu saat akan mati, dan ketika masyarakat kapitalis sudah kehabisan riwayat, maka akan datang dengan sendirinya masyarakat sosialis, masyarakat yang tidak mengandung kelas kaum modal dan kaum buruh lagi. Semua akan hidup dalam kemakmuran bersama.[17]Sebuah tatanan hidup yang ideal akan datang setelah revolusi proletar terjadi, dimana perjuangan kelas berlangsung terus-menerus dan pada akhirnya akan menghilangkan kelas kaum modal sehingga nanti terwujudlah masyarakat yang tidak berkelas atau masyarakat sosialis: sebuah tatanan dimana semua pihak memiliki kesama-rataan politik, sosial, dan ekonomi di antara sesama anggotanya. Menurut perhitungan hukum ekonomi, masyarakat tersebut pasti akan datang dan dapat dipercepat bila kaum proletar menyusun diri dalam susunan politik.

    Tjokroaminoto juga membahas perbedaan sosialisme Islam dengan ajaran marxisme. Menurutnya, umat Islam tidak boleh dan tidak dapat menerima pandangan Karl Marx karena beberapa alasan. Marx tidak mengakui keberadaan agama bahkan menyatakan bahwa agama itu adalah kebingungan otak, yang dibuat-buat oleh manusia untuk meringankan beban hidup yang sukar, sehingga agama merupakan candu bagi rakyat. Selain itu ajaran materialisme historis menyatakan bahwa segala sesuatu berasal dari benda, oleh benda, dan kembali ke benda. Padahal, umat Islam meyakini bahwa segal sesuatu berasal dari Allah, oleh Allah dan akan kembali kepada Allah. Ajaran materialisme historis dengan demikian tidak hanya memungkiri keberadaan Allah, namun juga mempertuhankan benda.[18]

    Pandangan Tjokroaminoto tersebut di atas memperlihatkan ketiadaan keterkaitan antara sosialisme Islam dengan sosialisme Barat khususnya Marxisme, karena perbedaan cara pandang yang fundamental tentang keberadaan agama dan Tuhan. Marxisme menyatakan bahwa agama diciptakan sebagai alat pengalih perhatian dari kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat, dan tidak mengakui keberadaan Tuhan. Sebaliknya, sosialisme Islam meyakini keberadaan Allah yang menurunkan agama sebagai alat atau cara untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat.

Sosialisme Islam ala Tjokroaminoto

Lingkungan, pendidikan, dan keturunan Kyai yang mengalir dalam darahnya menjadikan pemikiran Tjokroaminoto begitu becorak religius sekaligus terbuka. Pemikiran keislaman revolusionernya sangat dipengaruhi oleh pemikir-pemikir Timur Tengah, India, Afganistan, dan Mesir, seperti Jamaluddin al-Afgani, Sayyid Qutb dan Muhammad Iqbal. Selain itu lingkunagn tenpat ia berorganisasi yaitu SI, memberikan poin penting dalam pemikirannya seperti Agus Salim, Natsir, dan lain sebagainya. Hal terpenting lain ialah, ia juga tidak tertutup dengan aliran pemikiran Barat karena ia juga membaca karya Karl Marx, Hegel, Angels, dan lain sebagainya.

Setelah ‘perkenalannya’ dengan sosialisme, ia menganggap bahwa sosialisme merupakan sebuah paham dan landasan gerakan yang sangat tepat untuk menghimpun kekuatan dan menyatukan solidaritas masyarakat Indonesia yang telah tertindas selama ratusan tahun oleh penjajah. Meski begitu ia tidak menelan bulat-bulat ajaran sosialisme, melainkan mengkombinasikannya dengan Islam dan al-quran, yang ia percayai sebagai rujukan utama dimana nilai-nilai Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga menjelaskan permasalahan sosial, politik, dan ekonomi: “Islam adalah agama perdamaian dan keselamatan”[19]Gagasan Tjokroaminoto sendiri meupakan kajian-kajian yang dilandasi oleh ayat-ayat Alquran  dan ajaran Islam yang setidaknya terdapat sekitar 34 ayat Alquran yang dijadikan rujukan untuk mendukung konsep sosialisme-islam ini. Islam memiliki unsur-unsur sosialisme seperti menentang kesewenang-wenangan terhadap budak (dalam hal ini buruh), menghisap keringat kaum buruh, memakan hasil kerja orang lain: Islam sangat memerangi kapitalisme. Dalam Islam juga terdapat kewajiban membayar zakat (memberikan sebagian harta kepada orang yang kekurangan, hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat mementingkan kebersamaan dan tidak individualis yang notabene merupakan lawan dari sosialis—umat Islam dianjurkan memiliki rasa solidaritas tinggi pada sesama manusia. Tjokroaminoto menekankan bahwa Islam bukan sekadar ajaran doktrinal, tetapi juga hadir sebagai pemberi solusi atas komplesitas permasalahan umat manusia. 

Dalam pandangan Tjokroaminoto, nilai sosialisme dalam Islam harus sejalan dengan misi agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad: bahwa Islam datang sebagai rahamat bagi seluruh alam. Menebarkan cinta kasih dalam niat dan perbuatan, tingginya solidaritas kemanusiaan, menghargai alam, merupakan nilai-nilai Islam yang wajib dijunjung tinggi, sehingga tidak terdapat lagi perusakan-perusakan.

Namun realisasi  dari gagasan Tjokroaminoto ini semakin sulit terlebih mengingat kondisi politik yang berkembang pada 1930an mengalami perubahan, dimaan pergerakan tidak lagi berbicara mengenai sosialisme, tetapi semangat nasionalis.[20]Terlepas dari kenyataan bahwa sosialisme-Islam yang digagas oleh Tjokroaminoto ini pada masanya kurang mendapat tempat dalam hati rakyat, namun hal ini merupakan sebuah warisan pemikiran yang sangat penting. Selain merupakan kajian awal, tujuan Tjokroaminoto sendiri ketika menggagas sosialisme Islam adalah untuk menandingi ideologi sosialis yang mendapat tempat di hati rakyat.

Politik Tjokroaminoto

Tjokroaminoto yang telah mengonsolidasikan kekuatannya diangkat sebagai ketua. Di Jawa Tengah misalnya, Tjokroaminoto yang sebelumnya wakil ketua SI mulai menandingi Samanhoedi dan turun ke cabang-cabang. Sementara di Jawa Timur, SI jelas berada di bawah kendali Tjokroaminoto. Ia orang yang paling berpengaruh di Surabaya. Ia mengontrol Oetoesan Hindia dan menjadi ’rajanya’ vergadering. Pada Agustus Tjokroaminoto semakin kuat menancapkan pengaruhnya dengan mengalahkan Hasan Ali Soerati, orang yang mendirikan Setia Oesaha dan toko-tokonya, dan mengambil alih jabatan Soerati sebagai direktur Setia Oesaha. Untuk memperluas pengaruh SI di bawah kendalinya, ia mengumpulkan kawan-kawannya dan mendistribusikan jabatan pada mereka. Rumah Tjokroaminoto sendiri secara de facto menjadi kantor SI Surabaya dan kemudian menjadi kantornya CSI.[21]

Selain itu kepiawaian Tjokroaminoto sebagai negosiator ulung tidak perlu diragukan lagi. Melalui lobi-lobinya kepada pemerintah Belanda, SI berhasil memperoleh status hukum dan mengubah afdeling-afdeling menjadi SI lokal. Selain itu, SI juga berhasil mendapat ijin untuk membentuk kepengurusan pusat yang kemudian dinamai Central Sarekat Islam (CSI). Sampai Kongres kedua sudah 60 afdeling yang berhasil diubah menjadi SI lokal dan nantinya terus bertambah. Maka, amat wajar pengaruh Tjokroaminoto semakin besar dan banyak cabang-cabang yang meliriknya untuk menjadi suksesor Samanhoedi.[22]

Di tangan Tjokroaminoto-lah SI mengubah konsep pergerakannya dari pergerakan di bidang ekonomi menjadi organisasi pergerakan nasional yang berorientasi sosial politik dan kepemimpinannya beralih dari kelompok borjuis pribumi ke kaum intelektual yang terdidik secara Barat. Bersama Agus Salim dan Abdul Moeis, Tjokroaminoto saling bahu membahu membesarkan Sarekat Islam hingga menjadi organisasi pergerakan pertama yang ’benar-benar’ berskala nasional yang mampu menarik anggota sebanyak 2,5 juta orang. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang daerah ketiga tokoh tersebut yang berbeda-beda. Tjokroaminoto merupakan keturunan ningrat Jawa, sementara Agus Salim adalah keturunan santri bangsawan di Padang, dan Abdul Moeis juga berasal dari keturunan bangsawan di Padang namun dibesarkan di Palembang. Ketiganya menjadi ’Tiga Serangkai’ pejuang muslim yang amat disegani.[23]

Pada awal kepemimpinannya di SI, Tjokroaminoto cenderung masih bersikap kooperatif dan lunak terhadap pemerintah kolonial Belanda. Hal ini dapat dilihat dalam pidato-pidatonya pada Kongres Nasional Pertama SI, tanggal 17-24 Juni di Bandung. Dalam pidatonya mengenai Zelf Bestuur (pemerintahan sendiri) dan Dewan Rakyat tersebut Tjokroaminoto dianggap belumlah terlalu radikal. Ia masih merupakan ’satria di bawah perlindungan pemerintah’. Nadanya masih berbau seperti yang sering diucapkan kaum etisi. Di pikirannya, Tjokroaminoto belum melihat Zelf Bestuur seradikal kemerdekaan, melainkan kebebasan untuk memerintah dan mengurus negerinya sendiri seperti halnya pemerintahan serikat yang tetap bernaung kepada negeri induknya yaitu Belanda.[24]/

Pemikiran politik H.O.S. Tjokroaminoto tentang sosialisme Islam memberikan gambaran tentang faham sosialisme yang dibangun atas dasar ajaran agama Islam, yang inti ajaran bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Sosialisme Islam yang dikemukakan oleh Tjokroaminoto merupakan sosialisme yang telah berjalan sejak masa kepemimpinan

Rasulullah S.A.W dan para sahabatnya. Dengan demikian sosialisme Islam tidaklah dipengaruhi oleh faham sosialisme yang berasal dari Barat yang baru berkembang pada abad ke-19. Pemikiran politik sosialisme Islam tersebut dengan demikian mempunyai kesamaan dengan pemikiran Kiri Islam, yang menempatkan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber utama pergerakannya. Namun demikian, terdapat prinsip-prinsip sosialisme yang serupa antara sosialisme Islam  dengan sosialisme Barat. Prinsip keadilan, kese-taraan, dan persaudaraan merupakan prinsip yang dipegang teguh baik oleh sosialisme Islam maupun sosialisme Barat. Selain itu, sosialisme Islam dan sosialisme Barat sama-sama bertujuan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh anggota masyarakat.[25]

Pendidikan Islam

 Konsep Pendidikan Islam dari pemikiran HOS Cokroaminoto terangkum didalam satu tulisan “Moeslem Nationale Onderwijs”. Beliau memandang bahwa perlunya satu konsep pendidikan Islam yang akan menghasilkan kader-kader bangsa untuk mengiring menuju Kemerdekaan (Islam). HOS Cokroaminoto menyatakan “ … maka kalau kita kaum Mulimin mendirikan sekolah-sekolah kita sendiri, tak boleh tidak pengajaran yang diberikan didalamnya haruslah pengajaran yang mengandung pendidikan akan menjadikan muslim yang sejati dan bersifat nasional dalam arti kata : menuju maksud akan mencapai cita-cita kemerdekaan umat” Selain keilmuan formal yang saat itu menjadi standar di sekolah-sekolah Belanda atau Pribumi, Cokroaminoto memberikan 4 penekanan penting dalam pembentukan kader melalui pendidikan, Beliau menyatakan “ selain pengajaran kepandaian legal, haruslah juga :

Menanam benih kemerdekaan dan benih demokrasi, yang ialah menjadi tanda kebesaran dan tanda perbedaan Umat Islam besar pada zaman dulu./

Menanam benih keberanian yang luhur, benih keiklasan hati, kesetiaan dan kecintaan kepada yang benar (haq), yang telah menjadi tabiat tiap-tiap orang dan tabi’at masyarakat islam pada zaman dahulu.

Menanam benih pri-kebatinan (ruhiah/spiritual) yang halus, benih keutamaan budi dan kebaikan perangai, yang dulu telah menyebabkan orang Arab penduduk laut pasir itu jadi bangsa tuan yang halus adat lembaganya dan jadi penanam dan penyebar ke adab an dan ke sopan an

Menanam benih kehidupan yang salih dan sederhana sebagai yang dulu telah menjadi sebab masyur nama Umat Islam.

Keterpurukan di Dunia Islam pada masanya menjadikan Cokroaminoto memberikan gambaran bahwa pendidikan Islam haruslah seimbang antara Material dan Spiritual, antara pendidikan filsafat dan syari’at (islam). Agar setiap kader pendidikan tersebut mampu bersaing dengan siapapun. Beliau melihat bagaimana satu suku terasing di Hijaz mampu menjadi beradab dan menguasai dunia melalui pendidikan. Hal yang memungkinkan bagi Bangsa Indonesia keluar dari keterpurukan akibat Penjajahan, mampu mencapai kemerdekaan dan berdaulat menjadi suatu Negara Islam yang sejajar dengan negara-negara Besar.

Penataan Ekonomi

Menata Ekonomi dalam satu tatanan Negara Merdeka yang Demokratis dan Sosialistis, haruslah memenuhi dan sesuai prinsip-prinsip sosialis yang kesemuaannya sudah dicontohkan oleh Rosulullah Muhammad SAW dan Khulafaturrosyiddin. Penataan Ekonomi yang Merdeka, didasari prinsip persaudaraan dan persamaan.

Penataan Ekonomi yang Kapitalistik dimana peraturan selalu berfihak kepada para pemegang kapital harus diperangi dan dihancurkan hingga ke akar-akarnya, dan dimusnahkan hingga ke bibit-bibitnya. Imperialisme Barat yang mengakibatkan ratusan tahun penjajahan di Dunia adalah diakibatkan dan didasari oleh Penjajahan Kapitalisme, meskipun didalam era modern ini berbagai fihak meneriakan Kemerdekaan, akan tetapi didalam sistem Kapitalisme Kemerdekaan sejati tidaklah akan didapatkan.

HOS Cokroaminoto menyatakan didalam Tafsir Program Azas dan Tandzim, “ Kenyataanya kapitalisme yang merajalela dengan sepnuh-penuh tenaga dan kekuasaanya di Negeri tumpah-darah kita, ternyatalah telah menjadikan sebab bangsa kita hilang kemerdekaanya, jatuh di dalam kenistaan penghambaan kebangsaan dan kenistaan penghambaan pencarian”

Motor penggerak Kapitalisme adalah Riba, Sistem modal kapital diputar dan disokong oleh sistem Riba, tidak akan ada ideologi kapitalisme kalau tidak tersusun dengan sistem Riba, dan tidak perlu ada Riba jika kita tidak menggunakan ideologi Kapitalisme. Riba dan Kapitalisme seperti dua sisi di mata uang yang sama.

Islam memerangi Riba dengan Zakat, Sistem Perekonomian Islam yang didasari sosialistis sejati dimana persaudaraan dan persamaan menjadi landasan utama, menjadikan Zakat sebagai motor penggerak untuk kestabilan ekonomi negara. Selain aset tanah dan air serta seluruh kandungan didalamnya dikuasai negara, juga kepentingannya diperuntukan untuk rakyat sepenuh-penuhnya. Rakyat tidak dibebankan Pajak, Rakyat dibebankan Zakat untuk kepentingan saudaranya se muslim. Didalam Islam dan Sosialisme, HOS Cokroaminoto menyatakan “Dengan hukum zakat maka Islam bermaksud mewajibkan orang kaya mengeluarkan biaya untuk keperluannya orang miskin. Pada zamannya Nabi Muhammad SAW. Tanah itu memberi sebesar-besar dan seluas-luas pekerjaan kepada orang-orang kaum pekerja (arbelders-kuli), dan sebagaimana sudah saya ceritakan diatas, pada zaman pemerintahan Islam tanah itu menjadi kepunyaan Negeri.”

Berikutnya Beliau menyatakan “Nabi kita menyuruh kita berlaku dermawan dengan asas-asas yang bersifat sosialistis. Sedang Qur’an berulang-ulang menyatakan bahwa memberi sidekah itu bukannya bersifat kebajikan, tetapi bersifat satu wajib yang keras dan tak boleh dilalaikannya.”

Baik Zakat ataupun penghasilan negara dari tanah yang dikuasainya dihimpun didalam satu Lembaga Baitul Maal, lembaga yang mengatur regulasi dan sirkulasi harta negara, setiap rakyat yang kaya tetapi didalamnya terdapat ruh islam, tidak akan berlomba-lomba menimbun harta, mereka akan memenuhi Baitul Maal dengan Infaq dan Sedekah. Disinilah letak perbedaan dasar antara sistem Kapitalis yang memberi kekuatan pada pemegang kapital untuk menumpuk harta meski dengan penjajahan terhadap kaum lemah, atau Komunis dimana Negara memaksakan kehendak kepada rakyat dan dijadikannya kaum buruh selamanya dengan pendapatan yang tidak memenuhi syarat, dengan Islam dimana regulasinya menjadikan kaum kuat akan membantu sepenuhnya kaum lemah. Mengangkat derajat kaum miskin oleh kaum kaya. Inilah Sosialisme Sejati. Sosialisme Sempurna. Sosialisme berdasarkan Islam.

Daftar Pustaka

Manan Firman, Sosialisme Islam: Perspektif Pemikiran Politik H.O.S. Tjokroaminoto,  Jurnal Wacana Politik - Jurnal Ilmiah Departemen Ilmu Politik  Issn 2502 – 9185 Vol. 1, No. 1, Maret 2016: 62 – 70 Departemen Ilmu Politik Fisip Universitas Padjadjaran

Didin Fidhuddin, Andian Husaini. Pendidikan Kebangsaan Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Volume Iv No. 2 November 2016.

Soebagjo, 1985. Harsono Tjokroaminoto Mengikuti Jejak Sang Ayah, Gunung Agung: Jakarta.

Harmadi Politik Islam. Pemikiran Politik Islam Tjokroaminoto Dan Soekarn. (Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014)

Http://Wikimapia.Org/20299329/Madiun.

Manan Sholichan,  Perjuangan Muslimin Dalam Merebut, Mempertahankan Dan Mengisi Kemerdekaan Ri, (Diktat Fak. Tarbiyah Surabaya, 1988).

Anhar Gonggong, 1985. H.O.S Tjokroaminoto (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Achdian Andi, Sarekat Islam Sebagai Kelanjutan Boedi Oetomo:H.O.S. Tjokroaminoto Dan Awal Kebangkitan Nasional Di Kota Surabaya, 1908 – 1912.  Jurnal Sejarah – Vol. 1/ 1 (2017): 30 – 51.

Rintahani Johan Pradana,  Strategi Pendidikan Tjokroaminoto Dalam Rumah Kost Soeharsikin Surabaya (1912-1922). Program Studi S2 Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang.

Encyclopaedie van Nederlandsch Indie, III hal.695 dalam Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, hal. 125

Https://Www.Pahlawanindonesia.Com/H-O-S-Cokroaminoto-1883-1934  Di Akses 12 September 2017 Jam 5.53

________________________________________

[1] Firman Manan, Sosialisme Islam: Perspektif Pemikiran Politik H.O.S. Tjokroaminoto,  Jurnal Wacana Politik - Jurnal Ilmiah Departemen Ilmu Politik  Issn 2502 – 9185 (Vol. 1, No. 1, Maret 2016: 62 – 70) Departemen Ilmu Politik Fisip Universitas Padjadjaran. Hal. 62.
[2] Https://Www.Pahlawanindonesia.Com/H-O-S-Cokroaminoto-1883-1934  Di Akses 12 September 2017 Jam 5.53
[3] Didin . Fidhuddin, Andian Husaini. Pendidikan Kebangsaan Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Volume Iv No. 2 November 2016.
[4] Firman Manan, Sosialisme Islam: Perspektif Pemikiran Politik H.O.S. Tjokroaminoto,  Jurnal Wacana Politik - Jurnal Ilmiah Departemen Ilmu Politik. Hal 63
[5] Soebagjo, In, Harsono Tjokroaminoto Mengikuti Jejak Sang Ayah, (Gunung Agung, Jakarta, 1985), Hal. 1 Yang Di Kutip Dari Makalah Dendy Harmadi Politik Islam. Pemikiran Politik Islam Tjokroaminoto Dan Soekarn. (Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014)
[6] Http://Wikimapia.Org/20299329/Madiun.
[7] Sholichan Manan,  Perjuangan Muslimin Dalam Merebut, Mempertahankan Dan Mengisi Kemerdekaan Ri, (Diktat Fak. Tarbiyah Surabaya, 1988), Hal. 182.
[8] Anhar Gonggong, H.O.S Tjokroaminoto (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,1985), Hal. 7.
[9] Lebih Lanjut Baca, Amelz, Hos Tjokroaminoto Hidup Dan Perjuangannya Jilid I.
[10] Dendy Harma, Makalah Politik Islam. Pemikiran Politik Islam Tjokroaminoto Dan Soekarn. (Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014
[11] Andi Achdian, Sarekat Islam Sebagai Kelanjutan Boedi Oetomo:H.O.S. Tjokroaminoto Dan Awal Kebangkitan Nasional Di Kota Surabaya, 1908 – 1912.  Jurnal Sejarah – Vol. 1/ 1 (2017): 30 – 51. Hal 37.
[12] Rintahani Johan Pradana,  Strategi Pendidikan Tjokroaminoto Dalam Rumah Kost Soeharsikin Surabaya (1912-1922). Program Studi S2 Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang. hal 194.
[13] Poin a,b, dan c lihat: Masyhur Amin, Saham Tjokroaminoto dalam Kebangunan
Nasionalisme Indonesia, hal. 35-36. 
[14] Poin d sampai l, lihat: Deliar Noer, Gerakan Politik Modern Islam di Indonesia tahun1900-1942, hal. 25-26. 
[15] Encyclopaedie van Nederlandsch Indie, III hal.695 dalam Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, hal. 125
[16] Jusuf Wibisono, Islam dan Sosialisme, Pustaka Islam Djakarta, hal. 4
[17] Ibid, hal. 12
[18] Firman Manan, Sosialisme Islam: Perspektif Pemikiran Politik H.O.S. Tjokroaminoto,  Jurnal Wacana Politik - Jurnal Ilmiah Departemen Ilmu Politik ISSN 2502 – 9185, Vol. 1, No. 1, Maret 2016: 62 - 70
[19] Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme hal.45 dalam Darussalam, Sosialisme Islam: Telaah Pemikiran H.O.S Tjokroaminoto, Skripsi UIN SYARIF HIDAYATULLAH, Jakarta, 2013. Hlm. 43
[20] Dawam Rahardjo, Intelektual Intelegensia dan Perilaku Politik Bangsa, hlm. 56 dalam Darussalam, Sosialisme Islam: Telaah Pemikiran H.O.S Tjokroaminoto, Skripsi UIN SYARIF HIDAYATULLAH, Jakarta, 2013. Hlm. 58
[21] Takashi Shiraisi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, Jakarta: Graffiti,
1977, hal.73-7
[22] Safrizal Rambe, Sarekat Islam Pelopor Bangkitnya Nasionalisme Indonesia 1905-1942, op.cit,
hal.73
[23] Ibid, hal.79
[24] Takashi Shiraisi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, op.cit, hal.10
[25] Firman Manan, Sosialisme Islam: Perspektif Pemikiran Politik H.O.S. Tjokroaminoto,  Jurnal Wacana Politik - Jurnal Ilmiah Departemen Ilmu Politik ISSN 2502 – 9185, Vol. 1, No. 1, Maret 2016: 62 - 70 

Penulis : Hermawan Arisusanto, S. Hum
Editor : Aris