Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Arkeologi dan Setudi Islam

Ilmu Arkeologi terus berkembang dalam studi Islam, pemahaman mengenai studi islam terhadap argeologi memberi pemahaman terhadap ilmu sejarah islam di Nusantara. Sudut padang arkologi terhadap setudi Islam ini dibahas pada buku menemukan peradaban, dijelaskan bahwa;

Dalam sudut pandang arkeologi pokok pembahasan yang akan dibahas yaitu tentang arkeologi sebagai salah satu disiplin ilmu, dapat mengaruh konsep, metode dan teknik bekerjanya dalam setudi islam. Bahwa setudi islam disuatu sisi adalah setudi buday, dan disisi lain setudi yang berbeda dan bersipat yang berbeda di islam dari sudut panda arkeologi mulai pendekatan etik. Setudi Islam (Islamic Studies) bagaimana putn harus berada dalam kerangka sumber pokok Agama Islam, Al-Qur’an.

Kitab samawi ini diturunkan untuk mejadi pegangan manusia atau mereka yang ingin memperoleh kebahagian akhirat. Kitab yang berisi ajaran-ajaran yang disebut rukun iman dan rukun islamini sekaligus mengandung ilmu pengetahuan tentang bahasa arab (nahu dan balaghah), syar’ah, tafsir, hadist, fiqih, dan usul fiqih, ilmu kalam, dan filsafat.

Dalam setudi islam khususnnya sejarah, waktu-waktu tertentu dipahami sebagai masa penciptaan langit dan bumi serta isinya, termasuk penciptaan manusia-manusia pertama penghunia surga yang kemudian di usir ke kebumi karena dosa yang telah mereka lakukan. Namun penafsiran ilmiah melalui penalaran manusia, dengan analisa logika, mengenai asal usul manusia pertama tidaklah perlu dipertentangkan dengan konsef manusia pertama seperti disebut dalam kitab suci, Adam dan Hawa. Sebab dalam hal ini landasan yang di pakai adalah etika, yakni keyakinan dengan kebenaran, iman, serta menelaah isi kitab suci. Kedua paradigma ini, logika dan etika, memeng tidak perlu dikompromikan. Hal tersebut justru merupakan awal munculnya sejarah Islam, sebagai mana masa lalu yang sebelumnya telah tersisi oleh budaya-budaya dan tradisi-tradisi besar.

Pendekatan Arkeologi

Dalm hal ini data arkeologi sebenernya amat berbeda dengan data ilmu sejarah. Apabila ilmu sejarah adalah sumber tertulis, termasuk wawancara, maka data arkeologi adalah benda-benda bukan tulisan, kendali para arkeologi sejarah digunakan pula data tertulis. Arkeologi lebih bnayak memberikan perhatian pada benda-benda budaya material, baik dalam tingkat observasi, deskripsi maupun eksplanasi.

Arkeo-Islamologi dan Arkeologi Islam

Sebagian besar peristiwa-peristiwa dalam peroses sosialisasi Islam di pusat-pusat Islam meninggalkan bekas-bekas yang masih terpelihara, dan sebagian diantaranya dijadikan objek-objek pezarahan dalam posisi perjalan haji. Arkeologi dalam hal ini dengan keterbatasan dan subyektivitas yang dimilikinya, dapat menganalogikan peristiwa yang mirip didunia islam dan bahkan di islam pinggiran.

Arkeologi Dan Penelitian Agama Di Indonesia

Mencapai perkembangannya sekitar hampir dua abad, arkeologi, dibanding disiplin ilmu-ilmu lain seperti antropologi, sosiologi, dan bahkan sejarah bisa dikatakan tidak banyak mengalami perkambangan teoritik yang penting. Dalam peraktiknya, arkeologi justru banyak penggunaan disiplin ilmu-ilmu tersebut diatas.

Namun demikian, berangkat dari pandangan bahwa arkeologi adalah suatu disiplin ilmu, depinisi paling sederhana barang kali bisa di katakan disini. Arkeologi adalah “to wriet history from surviving material sources” maka dari depinisi ini, salah satu kegiatan arkeologi paling mendasar adalah ekskavsi: melakukan kegiatan mengumpulkan benda-benda dari dalam tanah melalui penggalin untuk mengungkap kehidupan manusia di masa lampau. Para para arkeologi di tuntut hanya memiliki pengetahuan teoritik tentang disiplin ilmu ynag dipelajari, tetapi sekaligus juga keterampilan lain untuk menjadi trade mark sebuah kajian Arkeologi.

Bisa dikatakan bahwa pendekatan arkeologi pada artepak bangunan di samping bangunan yang memng tidak berkaitan dengan aspek bangunan tidak bisa dilihat semata-mata dari bentuk dan arsitekturnya. Melainkan ia juga harus melibatkan kajian aspek fungsional, setruktur dan behavioral pada konteks masayarakat yang membuatnya dengan tiga pendekatan, bahwa kita bisa menangkap persepsi masyarakat termasuk persepsi keagamaan pada wujud ekspresi karya seni yang dihasilkannya. Dalam hal ini menampak kecenderungan masyarakat indonesia khususnya pada tahap-tahap awal Islamisasi, untuk menerima konsversi agama dengan tetap melanjutkan tradisi-tradisi budaya yang berlaku sebelumnya.

Artefak Keagamaan Dalam Kajian Arkeologi

Bida dikatakan bahwa Arkeologi mengaruh pada penyelesanyan mendasarterhadap rekontruksi kehidupan masa lampau atau sejarah kebudayaan, memahami dan menjelaskan perubahan-perubahan yang pernah terjadi, dan memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan yang terjadinya perubahan-perubahan tersebut. Salah satu rekontruksi tersebut afalah kronologi yang dapat di tentukan, antara lain, dengan menerapkan analisa kualitatif tetap memang perlahan penting, terutama untuk menghunungkan kehadiran satu artibut dengan artibut lain, satu konteks dengan kontek lain, baik dalam sebuah artefak, kumpulan dalam himpunan.

Hal ini bahkan berarti bahwa analisis kuantitatif menjadi tidak atau kurang berarti. Sebaliknya, anslisis kuatitaif dapat diterapkan keberbangai penguji generalisasi yang diperoleh atau yang dihasilkan oleh analisa kualitatif, dismping juga secara kuatintatif kita bisa menetapkan sampel analisis artefaktual bersifat lepas, tidak bisa diketahi fosisinya dalam kaitan dengan tiga dimensi diatas khususnya artefak-artefak sejarah namun sesudah dilakukan penganalisasn kualitatif dapat dicarikan perbandingannya melalui setudi bahan-bahan sejarah (written atau oral history) maupun antropologi dan ento-arkeologi.

Arkeologi Islam Indonesia Gambaran Umum

Penyebaran agama islam keberbagai wilayah, termasuk di Indonesia berlangsung sejalan dengan perosis traspormasi agama tersebut, baik sebagai doktrin ataupun unsur-usnsur budaya masyarakat muslim. Dalam pase ini peningalan arkeologi islam Nusantara sebagai data arkeologi merupakan bagian integral dari seruruh data sejarah yang terlibat dalam penyusunan sejarah nasional terlepas beberapa besrnya proses persentasenya dan sekaligus menggambarkan kondisi aktual profesional yang terlibat dalam kajian arkeologi silam, bigitu pula dari peningalan-peninggalan arkologi islam tersebut dalam dalam bidang kajian arkeologi islam tersebut pula dikembangkan gagasan-gagasan kreatif [ara seniman musilm.

Peninggalan arkeologi Islam Nusantara memperlihatkan signifikansi penelitian, seperti 

  1. Masjid berarsitektur tradisional umumnya berusia tua, mencerminkan awal sosoialisasi Islam setempat 
  2. Dalam perosis ini teranisasi dan sosialisasi islam terjadi simbiosis mutualisasi dalam bentuk fisik, bukan pada level sinkretisme ajaran 
  3. Kelompok islam Nusantara dalam perjalanan sejarahnya belum pernah terlibat dalam gejolak-gejolak primordialistis keculai ketegangan-ketegangan dalam para penguasa, khususnya pemerintah kolonoial belanda atau alat-alat kolonial belanda 
  4. bahasa melayu, sebagai akar bahasa indonsesiadewas ini, pada penyebaran islam di Nusantara menjadi; lingua franca seperti ditunjukan dalam inskripsi-inskripsi nisan muali dari aceh samopai ke bima, Ternate, Gowa., dan sebagainya 
  5. Komunitas muslim dapat berkoeksistensi secara damai dengan kelompok agama apapun, seperti terlihat bekmbangnya puncak kejayaan kerajan tersebut 
  6. Islam nusantara tidak pernah bergejolak disintregatif dan atu sepreatis, terutama dilhat dalm hubungan antar masyarakt nusantara. Ini merupakan model utama dalam integrasi Nusantara sebagai wadah negara kesatuan 
  7. identifikasi peninggalan nisan-nisan di nusantara memperlihatkan secara jelas bahwa sosialisasi islam di wilayah tersebut melalui peroses penjaga dan bukan sekedar peristiwa keketika yang berlaku umum.