Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Perkembangan Wayang Golek di Jawa Barat


Abstract

Sarana Islamisi di Nusantara tidak terlepas dari pendekatan sosial dan budaya, salah satu media budaya tersebut yaitu dengan seni pertunjukan wayang. Wayang merupakan seni pertunjukan tradisonal yang sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia. Seni pertunjukan Wayang dijadikan media Islamisasi oleh parawali dengan mengambil cerita Mahabarata dan Ramayana yang dikombinasikan dengan ajaran agama Islam.

Perkembangan seni wayang semakin berkembang di Jawa Barat terkenal dengan Wayang Golek yang menjadi ciri khas dan menjadi jati diri orang sunda. Di Jawa terkenal dengan Wayang Kulit, sehingga wayang ini menjadi seni pertunjukan yang hari ini ekseistensinya masih digemari oleh masayarakat Indonesia hari ini. Tidak apdol kalau kitas sebagai warga Negara Indonesia tidak tahu sejarah dari Wayang kususnya di wilayah Jawa Barat. 

Kata Kunci: Wayang Golek, Jawa Barat, Islamisasi

Pendahuluan

Hidup dengan agama akan terarah, hidup dengan ilmu akan mudah, dan hidup dengan seni akan indah. Ketiga elemin tersebut merupakan kehidpuan manusia yang tidak terlepas dari elemen tersebut. Provinsi Jawa Barat dengan mayoritas agama islam tidak terlepas dari sosok wali Songo yaitu Sunan Gunung Jati. Islamisai di Jawa Barat sangat mudah, karena masyarakat sudah menganut agama wiwitan kenyakinan dengan sangiang tinggal.

Media merupakan salah satu pendekatan untuk mengislamisasikan masyarakat Jawa dengan menggelar pertunjukan wayang. Wali Songo yang pertama, Sunan Kudus yang merupakan salah satu penyebar agama Islam di pulau Jawa pernah membuat 70 buah wayang dari kayu (Wikipedia). Sarana wayang golek tersbut kini menjai ciri khas bagi bangsa ini menjadi seni pertunjukan yang masih eksistensi hingga saat ini.

Kita sudah mengetahui bahwa wayang golek merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang berasal dari wilayah Provinsi Jawa Barat. Penamaan wayang golek merupakam salah satu seni pertunjukan rakyat berasal bahan kayu yang menyerupai bentuk manusia. Boneka yang terbuat dari kayu disebutlah dengan golek sehingga diberi nama wayang golek (Jurnal Rupa Vol. 03. Edisi 2. 2018; hal 152).

Dari pernyataan ditas bahwa wayang golek yang dulunya menjadi media untuk islamisasi yang kini menjadi warisan budaya. Seni pertunujan tersebut tidak pernah tergeser oleh zman karena masih banyak penerus yang propesinya menjadi dalang. Menarik untuk di telusuri bagaimana sejarah wayang golek di Jawa Barat serta bagaiman eksistensinya hingga saat ini. 

Pembahasan

Pengertian Wayang

Kita sudah ketahui bentuk wayang yang hamper mirip dengan manusia. Lalau apa arti dari kata wayang tersebut? Kata wayang berasal dari Bayang, kata tersebut sering dikaitkan dengan seseornag yang sedang melihat pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, di mana muncul baying-bayang. Di Jawa Barat terkenal dengan Wayang golek, istilah wayang golek dapt merujuk pada dua makna, sebagai kata kerja kata golek bermakna “mencari”, sebagai kata benda golek bermakna boneka kayu.

Nah, itulah arti dari wayng yang berarti baying-banyang dengan merujuk cerita pada Ramayana dan Mahabarata, sedangkan kata golek berarti kata benda yang artinya adalah boneka kayu. Wayang golek mempunyai makna dan arti yang sangat reliji.

Sejarah Wayang Golek

Wayang golek adalah salah satu seni pertunjukan  yang tumbuh dan berkembang di daerah Jawa Barat. Daerah penyebaran terbentang dari Cirebon di sebelah timur sampe wilayah Banten di sebelah barat, bahkan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat sering juga dipertunjukan wayang golek. Masyarakat Jawa Barat mengenal wayang golek sejak tahun 1455 Saka atau 1533 Masehi. Pendapat lain menyatakan penyebaran wayang di Jawa Barat dimualai pada masa pemerintahan Raden Patah dari kerajaan Demak, kemudaian disebaluaskan para Wali Songo termasuk Sunan Guung Jati yang pada tahun 1568 memengang kendali pemerintahan di kesultanan Cirebon. (Jurnal Rupa)

Awalnya di Jawa sebagai media dakwah dengan wayang kulit, tetapi sekitar tahun 1583 Sunan Kudus yang merupakan salah satu penyebaran agama Islam di Pulau Jawa pernah membuat kurang lebih 70 buah wayang dari kayu. Wayang tersebut dipertontonkan di siang dan malam hari dengan sumber cerita lokal atau imajinasi sendiri yang tentunya sarat dengan pesan agama Islam. Sunan Kudus menggunakan bentuk wayang golek awal ini menyebarkan Islam di masyarakat (Wikipedia).

Dalam perjalan sejarahnya, pagelaran wayang golek mula-mula dilakukan oleh kaum bagsawan. Ketika kesuasaan Kesultanan Cirebon diteruskan oleh Pangeran Girilaya (1650-1662), wayang capek semakin popular dimana kisah babad dan sejarah tanah Jawa menjadi inti cerita (Wikipedia). Kesukaan bangsawa terhadap pagelaran wayang golek mula-mula dilaksanakan oleh para bangsawan terutamaperan penguasa terutama para bupati di Jawa Barat, mempunyai pengaruh besar terhadap berkembangnya wayang golek. Pada awalnya pertunjukan wayang golek diselenggarakan oleh para priyai (kaum bangsawan sunda) dilingkungan Istana atau Kabupaten untuk kepentingan pribadi maupun untuk keperluan umum.

Kelahiran wayang golek bersal dari ide Dalem Bupati Bandung (Karang Anyar) yang menugaskan Ki Darman, juru wayang kulit asal Tegal yang tinggal di Cibiru, untuk membuat bentuk golek purwa, untuk membuat bentuk golek purwa, Awalnya wayang kayu ini masih dipengaruhi oleh wayang kulit, yaitu gepeng atau dwimatra. Pada perkembangan selanjutnya, tercipta bentuk golek yang semakin membulat atau trimatra seperti yang bisa kita lihat sekarang (Jurnal Rupa).

Pada perkembangannya wayang golek semakin popular, tidak lagi sebatas konsumsi kaum menak, tetapi masyarakat biasa pun mulai menggemari wayang golek. Wayang golek pun semakin menyebar kewilayah penjuru Jawa Barat.

Simpulan

Wayang berasal dari kata baying, golek berasl dari kata benda yang artinya boneka kayu. Wayang golek juga bisa di artikan sebagai bayang-bayang yang menyurapi manusia yang dibuat dari kayu. Wayang menjadi media islamisasi pertama kali di kenalkan oleh wali songo. Wayang golek pertama kali dibuat oleh Sunan Kudus pada tahun 1583. 

Perkembangan wayang golek di Jawa Barat dari Cirebon hingga ke Banten. Kesukan para bupati terhadap kesenian wayang sehingga bupati Bandung menyuruh dalang dari jawa untuk membuat wayng purwa. Kesukan para priyai untuk memnton pagelaran wayang untuk keperluan pribadi dan umum.  Perkembangannya wayang golek di Jawa Barat tidak hanya digemari oleh para pejabat tapi oleh kalangan masyaratnya. 

Sumber

https://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_golek
Rosyadi, Wayang Golek Dari Seni Pertunjukan ke Seni Karya, Jurnal Patanjala Vol. 1, No. 2, Juni 2009.
Sadano Sono, Nugroho Catur, Nasionalita Kharisma. Pewarisan Seni Wayang Golek di Jawa Baerat. Jurnal Rupa Vol. 03. Edisi 2 No. 05, 2018.

Penulis : Hermawan Arisusanto, S. Hum
Editor   : Hermawan Arisusanto, S. Hum