Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Peristiwa Baiat Aqobah

Perjanjian Nabi dengan dengan 12 orang penduduk Yatsrib (Baiat Aqobah)

Baiat Aqobah Pertama

Ruang Kelas - Baiat Aqabah merupakan sebuah perjanjian Nabi dengan dengan 12 orang penduduk Yatsrib, peristiwa ini terjadi pada tahun ke dua belas kenabiannya. Dari ke 12 orang laki-laki tersebut dilansir dari buku Sirah Nabi karangan Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri dijelaskan bajwa 10 orang dari Khazraj dan dua orang dari Aus, datang menjumpai Rasulullah Saw. lima orang dari 10 Khazraj adalah mereka yang pernah bertemu beliau pada tahun sebelumnya, selain Jabir Ibn Abdullah dan Abdullah ibn Ri'ab. Kelima orang lainnya adalah Mu'adz ibn Al-Harits (Mu'adz ibn Afra'), Dzakwan ibn Abdul Qais, Ubadah ibn Al-Shamit, Yazid ibn Tsa'laba, Al-Hatsim ibn Al-Tihan dan Uwaim ibn Sa'idah.

Semuanya berkumpul bersama Rasulullah Saw. di Aqabah, Mina. Beliau mengajarkan Islam kepada mereka seraya berkata, " Berbaiatlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapaun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalain, tidak mendatangkan kedustaan untuk menutupi yang ada didepan dan di belakang kalian, dan tidak membantanh perintahku dalam hal kebaikan. Barang siapa diantara kalian memenuhinya, pahalanya ada pada Allah, Barang siapa yang melanggar sesuatu darinya, dia akan disiksa di dunia dan hal itu sebagi kifarat baginya. Barang siapa yang melanggar sedikitpun darinya, Allah akan menutupinya dan urusan terserah pada Allah. Apabila menghendaki, Dia akan menyiksanya. Dan juga menghendaki, Dia akan memaafkannya, Maka berbaiatlah kain kepadaku untuk itu".

Maka dari baiat Aqabah pertama ini merupakan suatu upaya Rasulullah Saw. untuk senantiasa berdakwah dan memperluaskan islam. Maka dari sinilah di Kota Yatsrib Islam mulai berkembang dengan persat serta memberikan suatu peradban yang baik yang bisa dirasakan hingga saat ini.

Maka dari baiat tersebut ada tiga pon yang penulis catat yang pertama adalah senantiasa selalu tidak menyekutukan Allah. Kedua, Selalau melaksankan apa yang Allah perintah. Serta yang ketiga, meinggalkan apa yang Allah larang.

Jika diantara kalain yang berdusta maka Allah akan memberikan siksaan, tetapi jika diantara kalain yang selalau melaksanakan perintah Allah Swt dan meninggalkan larangannya makan klain akan diberikan ganjaran oleh Allah Swt

Peristiwa Baiat Aqabah ini tentunya, meingingatkan kepada kita semua untuk senantiasa selalau bertakwa kepa Allah Swt. dan meinggalkan semua larangan yang telah Allah larang. Niscaya Allah akan memberikan ganjaran yang selalau bertakwa kepadanya.

Baiat Aqobah kedua

Baiat Aqabah kedua terjadi pada musim haji tahun ke-12 kenabian, banyak dari pada penduduk Yatsrib baik yang muslim maupun yang musyrik yang datang ke Makkah. Kaum muslimin memutuskan untuk tidak lebih lama lagi membiarkan Rasulluah Saw. berkeliling di lereng-lereng bukit Makkah, terusir dan terancam keselamatannya. Mereka menemui beliau secar sembunyi-sembunyi dan bersepakat untuk mengadakan pertemuan rahasia pada pertengahan hari Tasyriq, pada malam hari, di sebuah lembah yang terletak di dekat Jumrah Aqabah.

Saat hari yang ditentukan tiba, mereka tidur bersama rombongan kaumnya, ketika waktu telah melewati sepertga malam pertama, mereka keluar dengan mengendap-endap. Keluarlah 1-2 orang laki-laki hingga akhirnya mereka berkumpul di Aqabah. Semuanya berjumlah sekitar 73 laki-laki yang terdiri dari 62 orang dari kabilah khazraj dan 11 orang dari kabilah Aus. Bersama mereka terdapat 2 oarang wanita, yaitu Nusaibah binti Ka'ab dari Bani Najjar, Asma binti 'Amar dari bani salamah.

Rasulullah Saw. datang menemui mereka ditemani pamannya, Al-Abbas ibn Abdul Muthalib, yang masih musrik. Hanya sajah, Al-Abbas bermaksud untuk mengetahui urusan keponakannya dan meminta jaminan keagaman bagi beliau.

Al-Abbas menjadi orang pertama yang berbicara. "Sesungguhnya Rasulullah Saw. selalu menjadi orang yang dibanggakan oleh kaumnya dan dilindungi di negerinya. Apabila kalian memndang bahwa kalian dapat memenuhi apa yang kalian ajak dia kepada dan dapat melindunginya dari orang yang menentangnya, itu adalah hak kalian, berikut resiko yang harus ditanggung. Dan jika kalian melihat bahwa kalian justru kalian akan menyerahkan dirinya dan menghinakannya setelah keluar dia keluar menyongsong kalian, dari sekarang tinggalkan dia."

Kemudian orang yang bertindik sebagai juru bicara (Al-Barra' ibn Ma'ruf) mengomentari, "kami akan memenuhi janji, berlaku jujur, dan mengorbankan jiwa kami demi Rasulullah Saw. Baiatlah kami, wahai Rasulullah! Ambilah untuk jiwa dan Tuhanmu apa yang engkau inginkan."

Rasulullah Saw. kemudian berbicara, lalau membaca Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah, serta mengajak kepada Islam. Beliau lalu mengambil perjanjian mereka untuk Tuhannya, agar mereka menyembah Allah semata dan tidak menyekutukannya-Nya dengan satu apapun.

Rasulullah Saw. juga mengambil perjanjian mereka untuk diri dan Tuhannya mereka berkata, "Untuk apa kami berbaiat?"

Rasulullah Saw. berkata. "Untuk mendengar dan taat, baik dalam keadaan suka maupun benci. Untuk berinfak dalam keadan sempin maupun lapang. Untuk menyeru kebagian dan mencegah kemungkarang. Untuk bertindak karena Allah dan tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah. untuk menolongku dan menjagaku sebagaimana kalian mnjaga diri, istri-istri, dan anak-anak kalian. Maka balasan bagi kalian adalah surga".

dalam riwayat lainnya dari Ubadah disebutkan bahwa Al-Barra' berkata, "kami berbaiat kepadanya untk tidak terpecah belah."

Al-Barra' kemudian memegang tangan Raulullah Saw., lalau berkata. "Demi Allah yang telah mnegutus engkau dengan kebenaran. kami akan memberla engkau sebagaimana kami membela keluarga kami. Demi Allah! Kami adalah ahli perang dan persenjataan. Kami mewarisi keahlian itu dari generasi ke generasi."

Abu Al-Haitsam ibn Al-Tihan memotong. "Wahai Rasulullah! sesungguhnya antara kami dengan orang-orang yahudi terikat suatu perjanjian. Dan perjanjian itu kami akan putuskan. Kalau semuanya itu telah kami lakukan, kemudian Allah menangkan engkau (dari kum musyrik), apakah engkau akan kembali lagi kepada kaummu dan meninggalkan kami?"

Rasulullah Saw. tersenyum mendengar perkatan tersebut dan berkata. "Darah kaian adalh darahku, kehancuran kalian adalah kehancuranku juga. Aku adalah bagian dari kalian dan kalian adalah bagian dariku. Aku akan berperang melawan siapa saja yang memerangimu dan aku akan berdamai dengan siapa saja yang berdamai denganmu."

Dalam kesempatan tersebut, Al-Abaas ibn Ubadah ibn Nadhah maju seraya berkata, "Apakah kalian tahu untuk apa kalian berbaiat kepada laki-laki ini? Sesungguhnya kalian membaiat oarang ini untuk memerangi orang-oarang berkulit merah dan orang-orang berkulit hitam. Jika harta kalian yang habis itu kalian anggap sebagai musibah dan meninggalkannya pemimpin-pemimpin kalain itu kalian agnggap sebagai pembunuhan, menyerahlah kalian sejak sekarang. Demi Allah! Jika kalian yakin bahwa kalian memenuhi apa yang iya serukan kepada kalian, kendati hal tersebut mengurangi harta kalian kalian dan menawarkan orang-orang terhormat kalian, ambillah dia. Demi Allah! itulah kebaikan di dunia dan akhirat."

Mereka berkata, "Kami mengambil baiatnya, kendati hal ini mengurangi harta kami dan menewaskan orang-orang terhormat kami. Jika kami melakukan hal tersebut, kami akan mendapatkan, wahai Rasulullah?"

    "Surga!" tegas beliau.

Mereka berkata lagih, "Ulurkanlah tanganmu"

Rasulullah Saw. mengeluarkan tanggannya. Mereka lalu berbaiat kepada beliau. As'ad ibn Zurarah memegang tangan beliau seraya berkata, "Sebentar, wahai penduduk Yatsrib! Sesungguhnya kita tidak akan sepenuh hati mendukungnya kecuali kita meyakini betul bahwa dia adalah Rasulullah Saw. Sesungguhnya, membawanya keluar saat ini berarti memisahkan diri dari orang-orang Arab secara keseluruhan, membunuh orang-orang pilihan kalian dan pedang siapa menebas kalian. Karenanya, kalian harus benar atas hal itu, lalau mengambilnya dan menambatkan pahala dari Allah. Atau jika kalian menghawatirkan diri kalian celaka, biarkan saja dia dan hal itu adalah alasan paling logis di sisi Allah."

Lalau mereka berkata, "Wahai As'ad! Bentangkan tanganmu kepada kami. Demi Allah! Kami tidak akan meinggalkan baiat ini."

Kemudian seseorang demi seorang berdiri menghadao Rasulullah Saw., mereka berbaiat kepada beliau. Menurut pemdapat yang paling valid, As'ad ibn Zurarah adalah orang yang pertama mengeluarkan tangannya untuk berbaiat. Namun, ada yang mengatakan bahwa orang pertama kalian berbaiat adalah Abu Al-Haitsam ibn Al-ihn. Ada lagi yang menyebut Al-Barra' ibn Ma'rur adalah orang yang pertama berbaiat.

Sedangkan baiat yang dilakukan oleh dua orang wanita yang menyaksikan kejadian itu berupa ucapan saja, tanpa berjabat tangan. dilansir dari buku Sirah Nabi karangan Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri.