Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Revolusi dalam Analisis Sejarah

Teori Revolusi dalam Analisis Sejarah

Ruang Kelas - Teori Revolusi salah satu teori yang ada dalam ilmu sejarah salah satunya menggunakan analisis teori revolusi. apakah kalian pernah mendengar kata revolusi? Revolusi menurut Crane Brinton, revolusi adalah pristiwa perubahan yang terjadi secara besar-besaran dalam waktu yang sangat singkat. Perubahan itu dapat meliputi aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Contoh dari revolusi tersebut seperti Revolusi Inggris, Revolusi Amerika, Revolusi Prancis, dan Revolusi Rusia. Setelah megalami analisis secara mendalam mengenai keempat pristiwa itu, ditemukan gmbaran mengenai anatomi sebuah revolusi. setelah melihat revolusi tersebut kita bisa menemukan eksplanasi mengenai sebab akibat yang telah menggerakan sebuah revolusi.

Apa yang menyebabkan revolusi itu terjadi? menurut Crane Brinton dalam bukunya Dr. H. Sulasman, M.Hum dalam bukunya Metodologi Penelitian Sejarah menjelaskan, bahwa revolusi terjadi karena digerakan oleh orang atau sekelompok orang yang revolusioner yang mempunyai interen yang sama. 

Gerakan revolusi pada umumnya dipusatkan pada penggantian orang atau kelompok pemegang kekuasaan oleh orang atau kelompok oposisi yang menjadi lawan dari penguasa. pengertian kekuasaan melalui revolusi biasanya dilakukan dengan cara kekerasan, telor, atau pemberontakan.

Dari keempat contoh revolusi di atas kita bisa melihat mekanisme sebab akibat yang mengakibatkan adanya Revolusi Inggris, Revolusi Prancis, Rrvolusi Amerika, maupun Revolusi Rusia, berdasarkan analisis Crane Brinton dalam bukunya Dr. H. Sulasman M.Hum dapat di identifikasi bahwa causal mechanism dari revolusi-revolusi tersebut besar tersebut di antaranya adalah faktor ekonomi, politik, sosial, dan pemikiran kaum intelektual.

Contoh Penerapan Teori Revolusi dalam Penulisan Sejarah

Dari prespektif ekonomi, salah satu pendorong munculnya gerakan revolusi adalah faktor ekonomi yang luar biasa. dalam hal ini terdapat dua model. Model Pertama, Kebangkrutan ekonomi yang melanda msayarakat, sehingga mereka jatuh miskin dan mengalami kesulitan ekonomi luar biasa. Kesulitan ekonomi ini disebabkan diterapkannya beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk diantaranya masalah pajak atau penguatan lainnya yanag dianggap sangat menekan dalam merugikan masyarakat. Akibat tekanan pengusaha terhadap masyarakat, timbulah kebencian masyarakat terhadap penguasa yang daianggapnya telah melakukan penindasan ekonomi. Perasaan benci tersebut mengkristal menjadi kekuatan massa untuk melakukan pemberontakan kepada pemerintah yang sedang berkuasa. Model ini dapat dilihat dalam Revolusi Inggris, ketika masyarakat menentang pemerintahan Keluarga Stuart yang dianggap telah menyengsarakan rakyat dengan menetapkan pajak yang tinggi, di antaranya ship money. Selain itu, model ini juga bisa dilihat dari Revolusi Amerika, ketika masyarakat mendapatkan tekanan dan hambatan dari bidang ekonomi, seperti diterapkannya kebijakan pemerintah mengenai pajak, diantaranya stamp act.

Penentangan terhadap kebijakan ekonomi yang mengakibatkan kemiskinan dan pengangguran bisa juga dilakukan oleh kelompok oposisi kepada pemerintah, yang memicu lahirnya pemberontakan seperti pristiwa Boston. Kemiskinan dan pengangguran di Amerika merupakan salah satu faktor yang menggerakan revolusi. Adapun di Rusia, masyarakat menderita kemiskinan dengan terjadinya kelaparan, dan penyakit yang mewabah. Penderitaan ekonomi dari sebagian besar masyarakat Rusia menimbulkan gerakan revolusi yang dapat menjatuhkan kekuasaan Tsar Romanov.

Model Kedua, model kedua ini berbeda dengan yang pertama ketika yang pertama menjadi pokok permsalahnnya yaitu ekonomi yang kedia ini ketika masyarakat menyususn kekuatan untuk melakukan gerakan revolusi, dalam kedua ini, masyarakat yang kaya secara ekonomi menghimpun kekuatan untuk menggulingkan pemerintah agar dapat mendapatkan hak-hak istimewanya dengan melakukan propaganda untuk menentang pemerintah, sehingga timbul pemberontakan yang mengakibatkan runtuhnya kekuasan pemerintah. Model ini bisa dilihat dalam Revolusi Prancis. dalam pristiwa revolusi itu, pergerakan adalah orang-orang yang secara ekonomi mempunyai pendapatan yang cukup bagus atau lebih populer dengan sebutan kaum borjuis. Mereka memberontak karena merasa bahwa pemerintah tidak bisa diharapkan bahwa pemerintah yang sudah bangkrut harus diganti dengan yang baru yang dianggap lebih menguntungkannya.

Buruknya perekonomian dan keuangan negara berimplikasi pada persoalan politik. Hal ini karena kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi akan mengaruhi pula kebijakan-kebijakan dalam bidang politik. Ekonomi dan politik dalam pengurusan negara merupakan dua persolan yang tidak bisa dipisahkan. Menurut Crane Brinton, kebngkrutan ekonomi duatu negara akan membawa implikasi terhadap jungkir baliknya tatanan politik negara tersebut. Model ini dapat dilihat dari peristiwa yang dialami oleh Prancis, Inggris, Belanda, Spanyol, Portugal dan Napoli. Di sini nampak bahwa tindakan politik yang dilakukan pemerintah menyangkut kebijakan bidang ekonomi, politik, sosial, ataupun budaya yang dianggap bertentangan dengan kepentingan masyarakat, yang menjadi pertanda munculnya gerakan revolusi. Perasaan anti pemerintah dengan cepat menyebar dan menimbulkan antipati secara kolektif kemudian terefektif dalam kegiatan huru-hara yang direncanakan, seperti pristiwa The Boston dalam Revolusi Amerika. 

Selain faktor ekonomi dan politik, penggerak mesin reolusi adalah kaum cendekiawn atau intelektual yang jadi penggerak revolusi tergolong kelompok oposisi atau penekan. mereka melakukan proses penyadaran kepada masyarakat untuk melakukan penekanan terhadap pemerintah. Kaum intelektual melakukan gerakan sejak dari popaganda sampai dengan melakukan gerakan pemberontakan untuk mencapai tujuan mereka. Kaum intelektual ini pada awalnya merupakan kelompok tidak resmi yang berkumpul bersama-sama dan memperbincangkan masalah-masalah besar yang sedang hadapi masyarakat. Perkumpulan itu menjadi peggerak masa dengan cara menyebarkan agitasi-agitasi politik untuk melakukan pemberontakan pada pemerintah. Dalam melakukan aksinya, mereka terlibat tidak secara langsung, tetapi sebagai tokoh intelektual di balik layar, dan ada pula yang terlibat langsung di lapangan. Peranan kaum intelektual dalam revolusi dapat dilihat dari peristiwa yang terjadi di Inggris,. Dalam Revolusi Inggris, penentangan terhadap pemerintah dilakukan oleh kelompok intelektual yang berasal dari kalangan Gereja Puritan melalui Khitbah-khutbahnya. Adapun di Amerika, kaum intelektual melakukan penekanan terhadap pemerintah dengan menggunakan menggunakan Komite Saudagar Amerika, yaitu Societes de Pansees.

Ketimpangan ekonomi atau politik melahirkan masalah sosial, yaitu lahirnya kelompok sisial baru dalam masyarakat. Di antara kelompok sosial itu saling berhadapan dengan satu sama lain. dri revolusi-revolusi yang pernah muncul, baik Inggris, Amerika, Prancis maupun Rusia, masalah sosial tidak bisa dianggap remeh karena persoalan ini pun memunculkan kekuatan massa untuk melakukan gerakan revolusi meruntuhkannya kekuasaan. Persoalan ini diawali oleh ketidak puasan kelompok masyarakat yang berkuasa. Pertentangan tidak puas ini disebkan sikap memandang rendah dari kelompok penguasa kepada kelompok yang tidak bersuasa. Pertentangan kelas bisa terjadi antara kelompok feodal melawan borjuis, borjuis melawan proletor, dan lainnya yang masing-masing memperjuangkan kelasnya. 

Konfilik antara penguasa dengan kaum revilusioner yang berposisi tidak jarang menimbulkan huru-hara dan indakan kekerasan yang mendorong lahirnya gerakan revolusi. Contoh yang cukup populer dalam sejarah revolusi adalah peristiwa revolusi di Rusia dan Prancis. 

Berdasarkan causal mechanism revolusi besar yang terjadi dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu 1. terjadinya defisit-defisit anggaran belanja pemerintah, 2. keluhan terhadap pajak yang dirasakan memberatkan masyarakat, 3. kecenderungan pemerintah terhadap ekonomi yang menggantikan sebagian golongan tertentu dengan merugikan golongan lain, 4. permasalahan dan kekacauan administrasi pemerintahan, 5. timbulnya gerakan oposisi dari kalangan inelektual terhadap pemerintahan, 6. hilangnya kepercayan rakyat terhadap pemerinth 7. adanya konflik kepentingan antargolongan yang berkuasa dengan yang dikuasi , 8. terjadinya ketimpangan sosial akibat persoalan ekonomi ataupun politik yang melahirkan konflik sosial, 9. pengangguran dan masalah sosial lainnya, 10. gap status sosial yang sangat lebar antargolongan yang satu denga yang lainnya.

Untuk menganalisis sebuah revolusi, persoalan di atas harus dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan antara satu sama lain sevagai bagian dari anatomi revolusi. Dalam revolusi, semua persoalan itu bergerak dan bersentuhan satu sama lain sehingga melahirkan gerakan revolusi. Selain itu, semua persoalan tersebut sebagai rangkaian bagian mesin yang bergerak, apabila setiap bagian itu semakin seiring bergerak dan bersentuhan satu dengan yang lain, mesin itu akan semakin cepat bergerak sehingga dapat menggerakan mesin secara utuh dan meyeluruh. Begitu juga dalam melihat sebuah revolusi, kita bisa melihat anatomi revolusi seperti melihat dari bagian-bagian mesin penggerak revolusi. Jika faktor-faktor penggerak revolusi, baik politik, sosial, ekonomi, budaya, maupun iptek bergerak bersama untuk satu tujuan yang sama dalam waktu bersamaan, perubahan secara revolusioner akan terjadi sehingga terjadi sebuah revolusi yang menggerkan recolusi secara cepat.

Penulis : Hermawan Arisusanto, S. Hum
Editor   : Hermawan Arisusanto, S. Hum