Metode Penelitian Sejarah: Penafsiran Sejarah (Interpretasi)
Langkah salanjutnya pada metode penelitian sejarah setelah melewati heuristik, kritik, kemudian penafsiran sejarah (Interpretasi). Kali ini, kita akan bahas mengenai bagimana proese penapsiran sejarah. Dalam sejarah, fakta-fakta yang tersedia sangat terbatas dan tidak dapat diulang serta diimplimentasikan sesuai keinginan. Fakta-fakta sejarah telah dikumpulkan sesuai dengan sudut pandang uang ada, yang disebut sebagi sumber-sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah hanya mencatat fakta-fakta yang tampilannya cukup menarik untuk dicatat, sehingga sumber-sumber sejarah hanya berisi fakta yang sesuai dengan teori yang ada. Tidak tersedinya fakta-fakta membuat pengujian terhadap teori atau teori lain tidak dimungkinkan. Teori historis yang tidak dapat diuji dapat dituduh bersifat sirkula sehingga teori tidak dapat dikatakan sebagai teori ilmiah, tetapi dikatan sebagai interpretasi umum (teori-teor historis yang bertentangan dengan teori ilmiah). Sejarawan seting tidak melihat interpretasi lain yang sesuai dengan fakta dan diti mereka sendiri.
Interpretasi harus bicara sendiri. Kemampuan interpretasi adalah menguraikan fakta-fakta sejarah dan kepentingan topik sejarah, serta menjelaskan kekinian, Tiadak ada masa lalu dalam konteks sejarah yang aktual karena yang ada hanyalah interpretasi historis. Tidak ada interpretasi yang bersifat final, sehingga setiap genaerasi berhak menerangkan interpretasinya sendiri.
Persoalan kursial adalah sulitnya berhunungan dengan masa lalu. Pada saat lain, kita ingin melihat garis yang bisa membawa kemajuan menuju solusi atas apa yang kita rasakan dan apa yang kita pilih sekarang-masa depan. Jika kebutuhan ini tidak dijawab secara rasional dan jujur, kita akan kembali jatuh pada interpretasi historis yang tidak lebih dari keputusan historis.
Ada interpretasi laintentang sejarah memang sangat mungkin. Hal ini dikarnakan banyak interpretasi, bahkan semua interpretasi belum tentu memberikan manfaat yang sama. Pandangan ini didasarkan pada tiga argumen, yaitu:
- seklalu ada interpretasi yang tidak sesuai dengan laporan sejarh yang disepakati.
- ada beberapa interpretasi yang memerlukan sejarah hipotesis yang bersifat membantu jika hendak bebas dari flasifikasi yang dilakukan oleh pelapor
- ada beberapa interpretasi yang mampu menghubungkan fakta-fakta yang dapat dihubungkan oleh interpretasi lain.
Tiga landasan ini jika diperkaitkan akan membawa kemajuan bagi interpretasi sejarah. Pemahaman merasa cukup hanya dengan satu interpretasi baku saja yang selama ini menjangkiti para sejarawan harus ditinggalkan. Kita bisa menguji suatu teori jika memperhitunkan contoh-contoh yang berlawanan. Interpretasi-intrepretasi bisa bersifat bertentangan. Hal ini tidak akan bisa menjadi masalah apabila kita meletakannya sebagai kristalisasi sudut pandang yang saling melengkapi.
Dalam sejarah kita sering berhadapan dengan fenomena yang berbentk kontinum, yang didalamnya terdapat pengulangan dari berbagai fenomena masa lalu. Mungkin benar, tetapi boleh jadi pula tidak, adanya sikap pandang yang pesimistis, bahwa "past is past, present is present, and never twin shall met" (Ambary, 2001 : 8). Ungkapan ini dapat mewakili pandangan orang yang pesismistis dan dan meragikan kebenaran sejarah sebab sejarah bukan fenomena yang dapat ditamilkan apa adanya dengan menutup segala kemungkinan penafsiran. Selain itu, sejarah berkaitan dengan peristiwa dalam dimensi waktu yang telah lewat, yang tidak dapat mungkin bertemu dengan waktu sekarang ini.
Banyaknya penafsiran sejarah yang dilakukan oleh para sejarawan dengan berbagai filsafat, paham, dan kepentingannya juga turut memengaruhi timbulnya berbagai model penafsiran yang menjadikan sejarah semakin relatif.
Proses Penafsiran Sejarah
Para penulis sejarah adalah seorang manusia yang turut serta dalam sejarah. Ia bukan penongton yang berdiri duluar gelanggang, bukan pula orang yang sedang menelidiki sesuatu secara pasif. Ia ikut memainkan peran di panggung peristiwa karena ia adalah pemeran dalam sejarah. Secara tidak langsung, ia ikut membentuk sejarah dengan peran kehidupan yanga ada padanya, Karena sejarah adalah sejumlah pengalaman umat manusia, setiap orang ikut menymbangkan pengalaman, baik secara pasif maupun aktif. Bagi sejarawan, peran serta mereka dalam bentuk sejarah nampak pada saat memproduksi, penafsiran, dan menarasikan sejarah.
Berkitadn dengan interpretasi atau penafsiran sejarah, peran sejarawan sangat penting. Sebagai orang berpendapat bahwa sejarah tanpa penafsiran sebagain manusia tanpa nyawa alias mati. Bukti-bukti sejarah yang merupakan saksi bisu atau peristiwa sejarah tidak berarti apa-apa jika belum diberikan penafsiran. Peristiwa masa lampau akan menjadi Sejarah apa bila sudah diberi tafsir.
Ilmu sejarah membatasi masalah hanya pada manusia. Ilmu sejarah menentukan dan mewarskan bermacam-macam masalah kehidupan manusia yang ingin diketahui. Oleh karna itu, ilmu sejarah membatasi dirinya dengan hal-hal yang berhubungan dengan manusia semabagi mahluk sosial. Tugas sejarah adalah melaporkan peristiwa yang merupakan fakta masa lalu dan melaporkan peristiwa masa lalu dan menguraikan hubungan antar peristiwa yang terlah terjadi, sehingga memberntuk gambaran lengkap. Hubungan antar peristiwa yang telah terjadi di jalan dengan memberikan tafsiran dan ulasan sehingga mudah dipahami. Laporan itu akan mengandung arti sejarah, apabila tentetan peristiwa diberi tafsiran (interpretasi) sehingga membentuk gambaran yang dapat memberi pengertian tentang masa lalu.
Selain itu juga, sejarah sebagai kisah adalah campur tangan manusia (subjek) dalam menyajikan dan menafsirkan fakta dan peristiwa sejarah. Fakta dan peristiwa sejarah harus ditafsirkan karena tahap penafsiran, hanya akan menjadi rangkaian "pseudo history". Manusia sebagai subjek dalam menyusun sejarah mencoba mengerti subjek-subjek lain dalam dimensi budaya, ruang, dan waktu secara objektif. Oleh karna itu, subjektivitas sejarah angkanya harus diteriima sebagi bagaian dari objektivitas sejarah. Dengan pernyataan lain, subjektivitas tidak mungkin dihilangkan sama sekali.
Interpretasi atau penafsiran sejarah sering disebut dengan analisis sejarah. Analisis berarti menguraikan, dan secara terminologi berbeda sintesis yang berarti menyatukan. Analisis dan sintesis dipandang sebagi metode utama dalam interpretasi.
Panfsiran satau interpretasi sejarah bertuuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta-fakta yang diperoleh dari sumber sejarah dan bersama dengan teori disusunlah fakta itu dalam interpretasi yang menyeluruh dan karena itu pula, interpretasi atas data yang sa,a sekalipun memungkinkan hasil yang beragam. Di sinilah interpretasi sering disebut sebagai penyebab timbulnya objektivitas.
Adapun dalam proses interpretasi sejarah, sejarawan harus berusaha mencari pengertian fakta-fakta yang menyebabkan terjadininya pristiwa. Data sejarah kadang mengandung beberapa sebab yang membantu mencari hasil dalam berbagi bentuknya. Walupun suatu sebab dapat menantarkan paa hasil tertentu, sebab yang sama dapat mengantarkan pada hasil yang berlawanan di lingkungan lain. Oleh karna itu, interpretasi dapat dilakukan dengan cara memperbandingkan data untuk menyingkap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu yang sama. Jadi, untuk mengertahui sebab-sebab dalam peristiwa sejarah diperlukan pengertahuan tentang masa lalu, sehingga saat penelitian akan mengetahui situasi pelaku, tindakan, dan tempat peristiwa itu. Analisis sejarah dengan pendekatan situasional.
Dalam menginterpretasikan sejarah, peneliti kadang membuat dugaan yang dibayangkan dari data yang ada dan berusaha untuk menemukan penjelasannya sesuai dnegan dugaan itu. Hal ini dapat mengaruh pada hasil yang tidak sesuai dengan hakikat sejarah, bahkan yang ada hanyalah cermnan pemikiran, aliran, atau selera sejarawan. Untuk itu, sejarawan sebaiknya memusatkan perhatiannya pada pos-pos tertentu yang membicarakan suatu masala, misalnya, dengan memperlajari tokoh-tokoh, lingkungan kejadian yang melingkupinya, dan perbedaan atau persamaan sifat keanggotaan masyarakat. Selanjutnya,perhatian diarahkan pada analisis mengenai hal yang dipikirkan, ducapkan, dan diperbuat sehingga menimbulkan perubahan melalui dimesnsi waktu.
Editor : Hermawan Arisusanto, S. Hum