Sejarah Penulisan Historiografi Indonesia Masa Kolonial
RuangKelas17 - Bicara perkembangan historiografi Indonesia tidak lepas dari historiografi kolonial turut memperkuat proses historiografi Indonesia, historiaografi kolonial dengan sendirinya menonjolkan peran bangsa Belanda dan memberi tekanan pada aspek politik dan ekonomi. Hal ini merupakan perkembangan logis dari situasi kolonial ketika penulisan sejarah bertujuan utama mewujudkan sejarah dari golongan yang berkuasa beserta lembaga-lembaganya.
Penulisan sejarah kolonial tentunya tidak lepas dari kepentingan penguasa kolonial, kepentingan itu mewarnai interpretasi mereka terhadap suatu peristiwa sejarah yang tentunya berbeda dengan penafsiran penulis sejarah nasional Indonesia. Jika dalam sejarah Belnda-sentris menonjolkan peranan VOC sebagai “pemersatu” dalam menulis sejarah Hindia-Belanda (Indonesi) maka dalam pandangan indonesia-sentris hal itu kan berbeda. Kehadiran bangsa barat pada umumnya serta Belanda pada khususnya dan sengaja atau tidak sengaja mendorong kearah integrasi.
Pengertian Historiografi Kolonial
Pada masa penjajahan benda atau masa kolonial menghasilkan banyak tulisan-tulisan yang berbeda dengan tulisan-tulisan pada masa sebelumnya. Historiografi kolonial adalah merupakan produk penulisan sejrah Indonesia selama di bawah pemerintahan Kolonial Belanda dan merupakan antitesis sejarah tradisional yang telah berkembang sebelumnya (Warto: 9). Sama dengan hal tersebut, historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang membahas masalah penjajahan belanda atas bangsa Indonesia. Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-orang Belanda dan banyak di antara penulis-penulisnya yang tidak pernah melihat Indonesia, sumber-sumber yang dipergunakan adalah dari arsip negara di negeri Belanda dan di Jakarta, namun pada umumnya tidak menggunakan atau lebih menggabaikan sumber-sumber Indonesia.
Historiografi Kolonial adalah penulisan sejarah Indonesia yang ditulis untuk kepentingan dan dengan cara pandang kolonial Belanda atau lebih bersifat Eropasentris atau Nearlandosentris. Seperti yang di ungkapakan (kartodirdjo: 25), “Telah banyak kupasan-kupasan tentang pandangan historiografis sejarah yang tradisional dan kesemuanya menekankan ciri yang menonjol, ialah Nederlandosentrisme khususnya dan Eropasentrisme pada umumnya.
Salah satu perkembangan penting dalam penulisan sejarah di indonesia yang mengarah pada bentuk historiografi yang moderen adalah penulisan sejara yang di tulis oleh orang belanda. Sebuah tim yang terdiri dari para ahli sejarah dan diketahui Dr.FW.Stapel. judul buku sejarah yang di tulis tersebut yaitu Geschiedenis Van Nederlandsch Indie ( sejarah hindia belanda )
Tokoh toko penting dari orang belanda di anggap sebagai orang besar, sedangkan tokoh tokoh bangsa indonesia yang di anggap sebagai pahlawan, dianggap sebagai orang jelek, jahat dan selalu terkait dengan cerita negatif lainnya. Misalnya diceritakan bagaimana kompeni merasa keilangan besar ketika J.P.Coen seorang gubernur jendral meninggal. Dia dikuburkan dengan cara penguburan yang besar. Ketika akan dikuburkan, rakyat betawi mengusungnya. Contoh sebaliknya adalah cerita mengenai sultan banten. Diceritakan bahwa sultan ageng tirtayasa adalah seorang yang cerdik, bijaksana dan taat menjalankan agama islam, tapi dibalik itu semua diceritakan bahwa dia memiliki kelakuan yang bengis, hatinya jelek, selamanya memusuhi kompeni dan ingin memajukan banten dan ingin membinasahkan orang orang betawi jakarta.
Uraian penulisan sejarah yang demikian itu seperti yang di tulis oleh stapel, disebut dengan pendekatan penulisan yang nederlandosentris. Pendekatan ini berarti penulisan sejarah yang dilihat dari sudut belanda. Buku yang ditulis stepel tersebut bukanlah merupakan sejarah indonesia, tetapi merupakan suatu penulisan sejarah penajajahan belanda atau sejarah belanda di negeri jajahan. Karena penulisan sejarah yang lebih menampilkan orang belanda maka dalam tulisan itu, orang belanda seakan akan menjadi subjek dalam cerita sejarah. Bangsa indonesia dikenal sebagai kaum pribumi. Sebutan ini lebih menunjukan bahwa indonesia bukanlah dianggap sebgai bangsa, dan tidak memiliki suatu negara. Dan kedudukan bangsa indonesia dianggap sebagai pelayan bagi oang orang belanda.
Penulisan sejarah yang Nederlandssentris dalam perkembangan kemudian banyak mendapatkan kritikan. Nederlandsentris Tidak dapat menampilkan bangsa indonesia atau penulisan yang berdasarkan pada nasionalisme bangsa indonesia. Penulisan sejara yang lebih menonjolkan peran bangsa indonesia atau indonesiansenris merupakan bentuk dari dekolonisasi terhadap historiografi, artinya pelepasan penulisan sejarah dari penjajahan belanda.
Perkembangan Historiografi Kolonial
Historiogrofi kolonial tidak terlepas dari kepentingan penguasa kolonial untuk mengokohkan kekuasaan di Indonesia. Kepentingan itu mewarnai interpretasi mereka tehadap suatu peristiwa sejarah yang tentunya akan berlawanan dengan historiografi sejarah nasional. Historiografi Kolonial adalah karya sejarah (tulisan sejarah) yang ditulis pada masa pemerintahan kolonial berkuasa di Nusantara Indonesia, yaitu sejak zaman VOC (1600) sampai masa Pemeritahan Hindia Belanda yang berakhir ketika tentara pendudukan Jepang datang di Indonesia (1942). Perlu ditambahkan, pemerintahan Hindia Belanda yang dikendalikan oleh para Gubernur Jenderal (GB) melalui para ahli begitu aktif menulis karya sejarah. Atau dengan kata lain, historiografi kolonial adalah karya tulis sejarah yang ditulis oleh para sejarawan kolonial ketika pemerintahan kolonial berkuasa di Nusantara Indonesia (Jayusman, 2012).
Kartodirdjo (1995) dalam (Indriayanto, 2001, Hal 2) mengemukakan Historiografi colonial yang sudah mendasarkan pada tradisi studi sejarah kritis Namun demikian presfektig yang menonjol masih menunjukan Neerlandos entisme sebagai penyempitan wawasan Eropasentris. Asal karya sejarawan Belanda terutama mengisahkan perjalanan pelayar-pelatar Belanda serta perkembangan VOC dilanjutkan dengan pemerintah colonial serta penguasa-penguasanya. Dalam hal ini kita menjumpai penulisan sejarah berdasarkan tradisi Historiograpi Konvensional yang lebih berupa riwayat orang-orang berkuasa, antara lain Gubernur Jendral, raja-raja, panglima dan sebaginya. Contoh model jenis ini adalah karya W.F Stapel G eschiedenis van Nelands-Indiei
Dalam historiografi kolonial Belanda diciptakan juga berbagai mitos untuk menonjolkan superioritas bangsa Belanda terhadap bangsa Indonesia (Dasuki, 2003, hal. 348). Inti cerita sejarah dari Historiografi Kolonial adalah bangsa Belanda, oleh sebab hanya Belandalah yang dipandang penting di Hindia Belanda. Hal ini jelas dari istilah Hindia Belanda atau Hindia Nederlan yaitu daerah Hindia (Indonesia) yang “dimiliki” oleh Belanda. Bangsa Belanda sebagai “pemilik” memandang diri pribadinya sebagai yang dipertuan dan sebagai bangsa yang termulia, sehingga bangsa Indonesia hanya mendapat gelar “bumi putera” atau orang negeri. Kita tidak dipandang sebagai suatu bangsa, tetapi hanya sebagai sejenis manusia yang berguna bagi Belanda (Jayusman, 2012). Dalam mitos Hindia Belanda dibuat fiksi bahwa seakan-akan kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia secara apriori sudah dimuali pada tahun 1596. Perang-perang kolonial pada abad ke-19 terhadap daerah-daerah yang menentang untuk mempertahankan kehidupan masyarakat dan kebudayaan dimitoskan dengan disebut “pasifikasi” (Dasuki, 2003, hal. 348).
Contoh karya historiografi kolonial yang paling popular adalah sebuah buku yang ditulis oleh Raffles dengan judul History Of Java. Karya lainnya adalah karya-karya yang ditulis H.J. de Graaf dengan judul: Geschiedenis van Indonesia(Sejarah Indonesia). Karya B.H.M. Vleke dengan judul: Geschiedenis van den Indischen Archipel (Sejarah Nusantara). Karya G. Gonggrijpdengan judul: Schets ener aconomische Geschiedenis van Nederlands-Indie(Sejarah Ekonomi Hindia Belanda) (Jayusman, 2012).
Karakteristik historiografi kolonial adalah sebagai berikut:
Pertama, Belanda Sentrisme atau Neerlando Sentrismus artinya sejarah Indonesia di tulis dari sudut pandang kepentingan orang-orang Belanda yang sedang berkuasa (menjajah) di Nusantara Indonesia saat itu (Jayusman, 2012).
Kedua, Eropasentrisme, artinya selain ditulis dari sudut pandang kepentingan orang Belanda, ditulis juga sesuai dengan kepentingan bangsa Eropa pada umumnya.
Ketiga, Mitologisasi artinya banyak kejadian yang tidak didasarkan pada kejadian yang sebenarnya (Dasuki, 2003, hal. 348). Interpretasi dari jaman kolonial cenderung untuk membuat mitologisasi dari dominasinya, dengan menyebut perang-perang kolonial sebagai usaha pasifikasi daerah-daerah, yang sesungguhnya mengadakan perlawanan untuk pertahanan masyarakat serta kebudayaannya (Rohman, 2013).
Keempat, ahistoris artinya Orang Belanda dianggap sebagai manusia paliang sempurna dalam berbagai kehidupan di Nusantara, peran mereka ditulais dalam historiografi Kolonial sampai berlembar-lembar sementara peran rakyat pribumi sebagai pemilik sangat sederhana dan dituangkan dalam halaman yang sangat minim.
Kelima, Sejarawan kolonial menganggap bahwa rakyat pribumi sebagai non-faktor dalam sejarah. Contoh historiografi Kolonial dalam buku Sejarah Hindia Belanda sebagai berikut: Zaman purbakala dan Hindu (25 Halaman), Penyiaran Islam dan bangsa Portugis di Indonesia (8 halaman), VOC-kongsi dagang Belanda (152 halaman) dan pemerintah Belanda (150 halaman) (Jayusman, 2012)
Daftra Pustaka
Dasuki, A. (2003). Historiografi dan Penggunaan Sejarah dalam Pendidikan. Dalam H. Sjamsuddin, & A. Suwirta, Historia Magistra Vitae:Menyambut 70 Tahun Prof.Dr.Hj. Rochiati Wiriaatmadja, M.A. (hal. 337-369). Bandung: Historia Utama Press.
Peran_dan_Posisi_Ilmu_Sejarah.pdf.
historiografi-tradisional-dan-modern.html
Kartodirdjo, S. (1982). Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia.
Kuntowijoyo. (1995).PengantarIlmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
perkembangan-historiografi-indonesia.html
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Jayusman, I. (2012, September 16). Historiografi Tadisional dan Modern. Dipetik Mei 16, 2013, dari http://iyusjayusman.blogspot.com/2012/09/ (Diakses Hari Jum Sabtu 5 Oktober 2016)
Indriyanto. (2001, Mei 30). Peranan dan Posisi Ilmu Sejarah dalam Menjawab Tantangan Zaman. Diskusi Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah. Semarang, Jawa Tengah, Indonesia: http://eprints.undip.ac.id/1115/2/ (Diakses Hari Jum Sabtu 5 Oktober 2016)
Rohman, M. (2013, Januari 09). Perkembangan Historiogrfi di Indonesia. Dipetik Mei 16, 2013, dari http://sosio-history.blogspot.com/2013/01/ (Diakses Hari Jum Sabtu 5 Oktober 2016)