Peran Pangeran Santri Memperluaskan Agama Islam di Sumedang
Ruang Kelas - Siapa yang tidak kenal dengan Kota Sumedang, Sumedang merupakan Kota yang terletak di Jawa Barat. Mengenal Jawa Barat berarti mengenal dengan yang namanya suku Sunda.
Jika kita mengenal lebih jauh mengenai Kota Sumedang yang akan banyak budaya di Kota tersebut, sejak dahulu Kota Sumedang sudah mempunyai peradaban yang sangat maju dari bidang sosial, ekonomi, sampai pada bidang politik.
Pemerintahan Kota Sumedang ketika itu dikuasai oleh Kerajaan Sumedanglarang. Raja pertama yang memerintah kala itu adalah Tajimalela pada tahun 721 M yang Ibukotanya di Citembong Girang (721-980) yang pada saat ini masuk dalam wilayah Desa Cikeusi, Kecamatan Darma Raja, Kabupaten Sumedang. Tajimalela merupakan keturunan dari raja Wretikandayun dari Kerajaan Galuh.
Kerajaan Sumedang Larang termasuk kerajaan Islam yang ada di tatar sunda, yang awal mulanya kerajaan ini menganut ajaran Hindu-Buddha. Kejayan islam di kerjaan Sumedang Larang ketika masa pemerintahan Pangeran santri (1530-1578 M).
Pada saat itu kerajaan Sumedang larang pada tahun 1578 M bergabung dengan Kesultanan Cirebon. Masuknya Islam ke wilayah sumedang tidak terlepas peran wali, yaitu Sunan Gunung Djati yang menyebarkan Islam di tatar sunda.
Pendekatan ketika penyebaran agama Islam di Sumedang yaitu dengan cara pendekatan-pendekatan sosial budaya dan juga secara politik. Penyebaran Islam sekain kuat ketika Pangeran Santi menikah dengan Satyasih yang bergelar Ratu Pucuk Umun.
Masuknya Islam ke Sumedang tidak terlalu berat karna masyarakat Sumedang ketika ituh sudah tidak hinduistis (sudah ada unsur-unsur Islam). Selain itu, usaha Pangeran Santri untuk memberikan ajaran agama Islam yaitu dengan pendekatan seni budaya dan sastra, ulama beserta santri-santrinya mengajarkan tata cara baca tulis Al-Qur’an sehingga masyarakat mengenal huruf pegon atau huruf arab gundul. Kemudian peninggalan buku-buku kuno ditulis kembali dengan menggunakan tulisan pegon, seperti wawacan, sasakal, cacandran, uga atau wangsit dan lain-lain.
Pangeran Santri juga menterjemahkan beberapa sastra pedalangan bahasa jawa ke dalam bahasa sunda, seperti kakawe, nyandra, suluk dan sebaginya. Tidak hanya itu Pangeran Santri juga kesenian yang dikembangkan Pangeran Santi diantaranya adalah Gembyung, di Banten disebut Terbang. Orang Sumedang menyebut seni shalawat. Sejak masa inilah kesenian Gembyung tumbuh dan berkembang dalam masyarakt Sumedang.
Jadi, itulah peran Pengaran Santri dalam pemperluaskan ajaran Agama Islam di Sumdang yang menjadi salah satu Kerajaan Sunda yang bercorangk Islam selain Kesultanan Banten dan Kesultanan Cierbon. Dengan pendekatan budaya sosial serta seni sehingga masyarakat Sumedang ketika itu mudah untuk memahami ajaran Agama Islam.