Sejarah Filsafat Immanuel kant
Pengaruh Immanuel kant dalam ilmu filsafat sangatlah besar. Abad ke-18 di jerman biasa di sebut Aufklarung atau zaman pencerahan yang di inggris dikenal dengan enlightenment. Pemberian nama ini dikarenakn pada zaman itu manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Immanuel kant mendefinisikan zaman itu dengan mengatakan, “dengan aufklarungdimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak balig (dalam bahasa jerman disebut unmundigkeit), yang dengannya ia sendiri bersalah.” Apa sebabnya manusia itu sendiri yang bersalah? Karena manusia itu sendiri tidak menggunakan kemungkinan yang ada padanya, yaitu rasio. Oleh karenanya semboyan aufklarung menjadi sapere aude! Hendaklah anda berani berpikir sendiri! Dengan demikian zaman pencerahan merupakan tahap baru dalam proses emansipasi manusia barat yang sudah dimulai sejak renaissance dan reformasi.
Dalam sejarah filsafat ada saat-saat yang dianggap penting sebagai patokan suatu era atau zaman, karena selain memiliki zaman atau khas yaitu suatu aliran, filsafat bisa meniggalkan pengaruh yang sangat bersejarah pada peradaban manusia. Istilah filsafat, yaitu berfikir untuk memecahkan masalah dengan mencari akar permasalahan dari berbagai segi atau kita tidak boleh gegabah dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Filsafat abad modern menggambarkan suatu zaman yang baru di tengah-tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa eropa barat. Kita hendaknya tau tentang filsafat, karena filsafat adalah induk dari berbagai ilmu. Dan kita supaya menjadi manusia yang baik hendaknya mempunyai ilmu yang baik pula
Biografi Immanuel Kant
Immanuel Kant lahir kota Koenisberg. Kota yang terletak di Prussia bagian timur. Kant dilahirkan pada tanggal 22 April tahun 1724. Latar belakang keluarganya adalah sebagai pengusaha pembuat bahan keperluan menunggang kuda seperti pelana dari kulit.[1]
Bahkan ayanya pun seorang pengusaha ia memulai pendidikan di Collegium Fridericianum. Setelah lulus pada 1740 di usia ke 16 tahun, Immanuel Kant mendaftar di University of Königsberg untuk mempelajari Teologi, namun akhirnya ia tertarik dengan Matematika dan Fisika.[2]
Kematian ayahnya di tahun 1746 harus menghentikan pendidikannya untuk sementara, namun hal ini tidak menghentikan penelitiannya. Tahun 1949, dia mempublikasikan karya filsafat pertamanya, Thoughts on the True Estimation of Living Forces.
Di tahun 1754, Immanuel Kant dianugerahi Berlin Academy atas usahanya mengungkapkan sifat rotasi bumi. Tahun 1755, Immanuel Kant kembali ke University of Königsberg untuk melanjutkan pendidikannya. Di 1755, ia juga mendapatkan gelar doktor di bidang filsafat
Pada 31 Maret 1770, Immanuel Kant ditunjuk sebagai Professor of Logic and Metaphysics di University of Königsberg. Era 1771 hingga 1781 menjadi masa vakum bagi Immanuel Kant karena ia tidak menghasilakan satu karyapun di rentang waktu tersebut. Zaman pra-kritis dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh wolff dkk. Tetapi, karena terpengaruh oleh Hume, berangsur-angsur kant meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume itulah yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman kritisnya, kant merubah wajah filsafatinya secara radikal. Ia menanamkan filsafatnya sekaligus mempertanggungkannya dengan dogmatisme.[3]
Karyanya yang terkenal dan menampakkan kritisismenya, ialah kritik der reinen vernunft reason dan Critique of Pure Reason yang membicarakan tentang reason dan knowing process yang ditulisnya selama lima belas tahun. Buku ini amat terkenal di dunia filsafat. Dalam literatur bahasa indonesia biasanya disebut “kritik atas rasio praktis”. Buku kedua adalah Kritik der Practischen Vernunft (1781) atau biasa disebut Critique of Practical Reason alias Kritik atas rasio praktis yang menjelaskan filsafat moralnya. Ketiga, buku Kritik der Arteilskraft (1790) atau Critique of judgement alias kritik atas daya pertimbangan[4]
Di akhir hidupnya, Immanuel Kant mengalami hilang ingatan. Ia kemudian meninggal dunia di tahun 1804 di usia ke 80.
KARYA-KARYA IMMANUEL KANT
1. 1755: Allgemeine Naturgeschichte und Theorie des Himmels
2. 1755: meditationum quaerandam de igne saccincta delinetatio
3. 1755: Neue Erhellung der ersten Grundsätze metaphysischer Erkenntnisse
4. 1756: Physische Monadologie
5. 1756: Neue Anmerkungen zur Erläuterung der Theorie der Winde
6. 1762: Die falsche Spitzfindigkeit der vier syllogistischen Figuren
7. 1763: Versuch, den Begriff der negativen Größen in der Weltweisheit einzuführen
8. 1763: Untersuchung über die Deutlichkeit der Grundsätze der natürlichen Theologie und Moral
9. 1763: Der einzige mögliche Beweisgrund zu einer Demonstration für das Dasein Gottes
10. 1764: Beobachtungen über das Gefühl des Schönen und Erhabenen
11. 1764: Über die Krankheit des Kopfes
12. 1766: Träume eines Geistersehers erläutert durch Träume der Metaphysik.(Über Emanuel Swedenborg)
13. 1770: Über die Form und die Prinzipien der sinnlichen und intelligiblen Welt. (De mundi sensibilis atque intelligibillis forma et principiis.)
14. 1775: Über die verschiedenen Rassen der Menschen
15. 1781: 1. Auflage der Kritik der reinen Vernunft
16. 1783: Prolegomena zu einer jeden künftigen Metaphysik, die als Wissenschaft wird auftreten können
17. 1784: Idee zu einer allgemeinen Geschichte in weltbürgerlicher Absicht
18. 1784: Beantwortung der Frage: Was ist Aufklärung
19. 1785: Grundlegung der Metaphysik der Sitten
20. 1786: Metaphysische Anfangsgründe der Naturwissenschaft[5]
PEMIKIRAN KRITISISME IMMANUEL KANT
Menurut Kant, ruang dan waktu merupakan sesuatu yang subjektif. Tanpa ruang dan waktu kita tidak bisa membuat pengalaman kita menjadi masuk akal. Tetapi masih ada unsure lain yang membantu kita mengerti melalui pemahaman kita tanpa tergantung pada pengalaman, hal itu mencakup kualitas (quality), kuantitas (quantity), dan hubungan (relation). Ruang dan waktu, beserta kategorinya (yang mencakup gagasan seperti pluralitas, hubungan sebab-akibat, dan keberadaan atau eksistensi) hanya dapat diterapkan pada fenomena pengalaman kita. Dengan cara ini Kant justru menghancurkan semua argument yang berkaitan dengan ada atau tidaknya tuhan. Jadi masalah yang sesungguhnya adalah bahwa kita tidak dapat menerapkan kategori semacam eksistensi itu kedalam suatu inentitas yang tidak empiris.
Perkembangan pemikiran kant mengalami empat periode[6]
- Periode pertama ialah ketika ia masih dipengaruhi oleh Leibniz Wolf, yaitu samapi tahun 1760. Periode ini sering disebut periode rasionalistik.
- Periode kedua berlangsung antara 1760-1770, yang ditandai dengan semangat skeptisisme. Periode ini sering disebut periode empiristik.
- Periode ketiga dimulai dari innagural dissertation-nya pada tahun 1770. Periode ini dikenal sebagai tahap kritik.
- Periode ke empat berlangsung antara tahun 1709-1804. Pada periode ini kant mengalihkan perhatiannya pada masalah religi dan problem-problem sosial .karya Immanuel Kant yang terpenting pada periode ini adalah Religion Within the Limits ofPure Reason (1794) dan sebuah kumpulan esai berjudul Enternal Peace.
Immanuel Kant memulai falsafatinya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.Isi utama dari kritisisme adalah gagasan Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika dan estetika. Gagasan ini muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan mendasar yang timbul pada pikiran Immanuel kant. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dapat saya ketahui ?
2. Apa yang harus saya lakukan ?
3. Apa yang boleh saya lakukan ?
Ciri-ciri kritisisme dapat disimpulkan dalam 3 hal :
- Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek bukan pada objek
- Penegasan tentang keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanya mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
- Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur apiori yang berasla dari rasio serta berupa ruang dan waktu dari peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi
a. Kritik atas rasio murni (Critique of Pure Reason)
Kritisisme Kant dapat dianggap sebagai suatu usaha besar untuk mendamaikan rasionalisme dan empirisme.Rasionalisme mementingkan unsure a priori dalam pengenalan, berarti unsur-unsur yang terlepas dari segala pengalaman (seperti misalnya “ide-ide bawaan” ala Descraes).Empirisme menekankan unsur-unsur aposterioriberarti unsure-unsur yang berasal dari pengalaman (seperti Locke yang menganggap rasio sebagai “lembaran putih”).Menurut Kant baik rasionalisme maupun empirisme kedua-duanya berat sebelah.Ia berusaha menjelaskan bahwa pengenalan manusia merupakan paduan antara unsure-unsur a priori dengan unsure unsure aposteriori.
Walaupun Kant sangat mengagumi empirisme Hume, empirisme yang bersifat radikal dan yang konsekuen, ia tidak dapat menyetujui skeptisime yang dianut Hume dengan kesimpulannya bahwa dalam ilmu pengetahuan, kita tidak mampu mencapai kepastian. Pada waktu Kant hidup sudah jelas bahwa ilmu pengetahuan alam yang dirumuskan Newton memperoleh sukses.Hukum-hukum ilmu pengetahuan berlaku selalu dan dimana-mana. Misalnya air mendidih pada 100 C selalu begitu dan begitu dan begitulah dimana-mana.[6]
b. Kritik Atas Rasio Praktis (Critique of Practical Reason)
Rasio murni yang dimaksudkan oleh Kant adalah Rasio yang dapat menjalankan roda pengetahuan. Akan tetapi, disamping rasio murni terdapat rasio praktis, yaitu rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan;atau dengan lain kata, rasio yang memberikan perintah kepada kehendak kita.Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberikan perintah yang mutlak yang disebutnya sebagai imperative kategori.Kant beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari sebaik-baiknya bahwa ketiga hal itu dibuktikan, hanya dituntut.Itulah sebabnya Kant menyebutnya ketiga postulat dari rasio praktis. Ketga postulat dimaksud itu ialah:
1. Kebebasan kehendak
2. Inmoralitas jiwa, dan
3. Adanya Allah
Yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoritis harus diandaikan atas dasar rasio praktis.Akan tetapi tentang kebebasan kehendak, immoralitas jiwa, dan adanya Allah, kita semua tidak mempunyai pengetahuan teoritas. Menerima ketiga postulat tersebut dinamakan Kant sebagai Glaube alias kepercayaan. Dengan demikian, Kant berusaha untuk memperteguh keyakinannya atas Yesus Kristus dengan penemuan filsafatnya.[7]
Dalam kritiknya antara lain kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah bersifat umum, mutlak dan pengertian baru. Untuk itu ia membedakan tiga aspek putusan. Pertama, putusan analitis a priori, dimana predikat tidak menambah sesuatu yang baru pada subyek, karena termasuk di dalamnya (misalnya, setiap benda menempati ruang). Kedua, putusan sintesis aposteriori, (Misalnya meja itu bagus) disini predikat dihubungkan dengan subyek berdasakan pengalaman indrawi. Ketiga , putusan sintesis apriori, dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan kendati bersifat sintesis, tetapi bersifat apriori juga,(misalnya, putusan yang berbunyi “segala kejadian mempunyai sebab).
c. Kritik Atas Pertimbangan ( Critique of Judgment )
Kritik ketiga dari Kant atas rasionalisme dan empirisme adalah sebagaimana dalam karyanya Critique of Judgment. Sebagai konsekuensi dari “Kritik atas Rasio Umum ” dan “Kritik atas Rasio Praktis” ialah munculnya dua lapangan tersendiri, yaitu lapangan keperluan mutlak di bidang alam dan lapangan kebebasan di bidang tingkah laku manusia. Maksud kritik der unteilskraft ialah mengerti kedua persesuaian kedua lapangan ini. Hal ini terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan).
Finalitas bisa besifat subyektif dan obyektif. Kalau finalitas bersifat subyektif, manusia mengarahkan obyek pada diri manusia sendiri.Inilah yang terjadi di dalam pengalaman estetis (seni). Dengan finalitas yang bersifat obyektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda dari benda-benda alam.[8]
Adapun Inti dari Critique of Judgment (Kritik atas pertimbangan) adalah sebagai berikut:
- Kritik atas pertimbangan menghubungkan diantara kehendak dan pemahaman.
- Kehendak cernderung menuju yang baik, kebenaran adalah objek dari pemahaman.
- Pertimbangan yang terlibat terletak diantara yang benar dan yang baik
- Estetika adalah cirinya tidak teoritis maupun praktis, ini adalah gejala yang ada pada dasar subjektif.
- Teologi adalah teori tentang fenomena, ini adalah bertujuan: (a) subjektif (menciptakan kesenangan dan keselarasan) dan (b) objektif (menciptakan yang cocok melalui akibat-akibat dari pengalaman).
Kritisisme Immanuel Kant sebenarya telah memadukan dua pendekatan alam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran substanstial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan tolok ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata dan rasional, sebagaimana mimpi yang nyata tetapi “tidak real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.
Dengan pemahaman tersebut, rasionalisme dan empirisme harusnya bergabung agar melahirkan suatu paradigma baru bahwa kebenaran empiris harus rasional, sebagaimana kebenaran rasional harus empiris.Jika demikian, kemungkinan lahir aliran baru yakni rasionalisme empiris.
Daftar Pstaka
Praja Juhaya S. 2008, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta. Prenada Media,
Hakim, Atang Abdul, 2008, Filsafat Umum dari Metologi Sampai teofiologi, Bndung pustaka setia,
file://Biografi%20dan%20Pemikiran%20Immanuel%20Kant%20dalam%20Filsafat%20_%20Sejarah%20Matematika.htm (diakses Hari Minggu tanggal 16 oktober 2016. Jam 20.12)
https://www.kutipkata.com/pengarang/immanuel-kant/immanuel-kant-006/ (diakses Hari Minggu tanggal 16 oktober 2016. Jam 20.17)
https://alqomartasikmalaya.wordpress.com/2012/01/02/makalah-filsafat-kritisisme-immanuel-kant/ (diakses Hari Minggu tanggal 16 oktober 2016. Jam 20.23)
https://id.wikipedia.org/wiki/Immanuel_Kant(Diakses Hari Senin Tanggal 17 Oktober 2016 Jam 19.06)
________________________________________
[2] https://www.kutipkata.com/pengarang/immanuel-kant/immanuel-kant-006/ (diakses Hari Minggu tanggal 16 oktober 2016. Jam 20.17)
[3] Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta : Prenada Media, 2008, hlm 115
[4]Ibid
[5] https://id.wikipedia.org/wiki/Immanuel_Kant(Diakses Hari Senin Tanggal 17 Oktober 2016 Jam 19.06)
[6] https://alqomartasikmalaya.wordpress.com/2012/01/02/makalah-filsafat-kritisisme-immanuel-kant/ (diakses Hari Minggu tanggal 16 oktober 2016. Jam 20.23)
[7] Drs. Atang Abdul Hakim, MA., Filsafat Umum dari Metologi Sampai teofiologi, Bndung : pustaka setia, 2008, hlm 287
[8]Drs. Atang Abdul Hakim, MA., ibid 288