Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Biografi dan Karya Imam Ath-Thabari

Ruang Kelas - Sebuah karya sejarawan yang sangat populer sampai hari ini salah satunya adalah karya Ath-Thabari, yaitu Tarikh ar-Rusul wal Muluk atau Tarik Umam wal Muluk, dan lebih populer dikenal dengan sebutan Tharih Ath-Thabari.Karyanya ini mengundang simpati atau kekaguman sejarawan Inggris yaitu Trevelyan, karena metode yang digunakan Ath-Thabari menggunakan sistem periwayatan.

Kitab Tarikh Umam wa al-Muluk karya sejarawan Ath-Thabari telah beberapa kali diterbitkan ulang di Leiden dalam bentuk ringkasan, dan juga diterjemahkan dalam bahasa Perancis atas perintah penguasa Abu Ali Muhammad al Bal’ami al Samani, namun terjemahannya banyak yang ditambah dengan sumber-sumber lain.

Kemudian kitab terjemahan itu diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Turki dan Arab.Pada tahun 1326 H kitab Ath-thabari ini diterbitkan oleh percetakan Al-Khairiyyah sebanyak 13 jilid.Kemudian sejak 1960 dicetak ulang oleh Darul Ma’arif Al-Mishriyyah setelah disunting oleh Prof. Muhamad Abu Fadl Ibrahim.[1]

Ath-Thabari hidup antara tahun 130-224 H/ 839-923 M. ia lahir di kota Amal Tabaristan.[2] Sedari kecil beliau menimba ilmu pengetahuan ke berbagai tempat yaitu pertama ke Rayy, kemudian ke Bagdad, Basrah, Kuffah dan Mesir, hingga ia menetap di Bagdad dan wafat di sana.

Perjalannya dalam intelektual patut ditiru sehingga tidak heran kalau akhirnya beliau melahirkan sebuah karya yang sangat populer.Diantaranya karyanya yang populer tersebut adalah Tafsir Ath-Thabari dan Tarikh Ath-Thabari. Namun dalam hal ini yang akan dibahas adalah karyanya dalam sejarah yaitu Tarikh Umam wal Muluk atau Tarikh ar Rusul wal Muluk (Tharikh Ath-Thabari).

Pembahasan kali ini kita akan lebih kenal dengan dengan Imam Ath-Thabari, kita akan mengetahui Biografi Imam Ath-Thabari, Imam Ath-Thabari sebagai Sejarawan, dan Karya-karya imam Ath-Thabari, mari simak penjelasan berikut ini;

Riwayat Hidup Penulis (Al-Thabari)

Nama lengkap Imam Ath-Thabari adalah Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib. Nama kuniyah atau panggilannya adalah Abu Ja`far. Kelahirannya berdasarkan pendapat yang paling rajin adalah pada tahun 224 Hijriyah. Namun ada pula yang mengatakan bahwa dia lahir pada tahun 225 Hijriyah,[3]dan meninggal di Bagdad pada tahun 310 H/ 923 M. Ia adalah seorang sejarawan besar, ensiklopedis, ahli tafsir, ahli qira’at ali hadits, dan ahli fikih. Ia sudah mulai belajar pada usia yang sangat muda dengan kecerdasan yang sangat menonjol.

Dia sudah hafal al-Quran pada usia tujuh tahun. Ilmu-ilmu dasar dipelajari di kota kelahirannya. Karena orang tuannya termasuk orang yang berada, dia mendapat cukup fasilitas untuk melanjutkan studinya ke pusat-pusat studi di dunia Islam.[4]Pertama-tama dia pergi ke Rayy. Salah seorang gurunnya di sana adalah Muhammad ibn Humayd al-Razi, seorang sejarawan besar waktu itu.

Dari sana ia pergi ke Bagdad dengan maksud belajar kepada Ahmad bin Hambal, seorang ahli hadits dan ahli fiqih termasyhur pada saat itu. Akan tetapi Ahmad bin Hambal sudah meninggal sebelum ia sampai ke kota tersebut. Kemudian ia pindah ke Basrah dan sebelumnya mampir ke washit untuk mendengar beberapa kuliah.

Kemudian ia pergi ke Kufah dimana ia menimba 100.000 hadits dari Syayk Abu Kurayb. Tidak lama setelah itu kembali lagi ke Bagdad dan manetap di sana untuk jangka waktu yang cukup lama. Setelah itu, pada tahun 876 M, ia pergi ke Fustat, Mesir, tetapi ia singgah di Syria untuk menuntut ilmu hadist. Ketika di Fustat (871-872 M) orang-orang memasukannya dalam barisan ulama terkenal.

Di Mesir ia bejumpa dengan Abu al-Hasan al-Siraj al-Mishri. Setelah belajar fiqih  Syafi’I kepada al-Rabi, al-Muzni, dan putra-putra Abd al-Hakam dan belajar qiro’ah dari Yunus Abd al-A’la al-Shayrafi, ia kemudian kembali ke Bagdad dan menetap di sana hingga ia meninggal dunia pada tahun 310 H/923 M. Dalam masa itu ia hanya dua kali meninggalkan kota Bagdad, pergi ke kota kelahirannya, sekitar tahun 902 dan 903 M.

Al-Thabari Sebagai Sejarawan

Al-Thabari dikenal juga sebagai sejawan muslim yang sangat populer, kalau dibandingakna dengan ahli hadits sama terkenalnya dengan Bukhari dan Muslim. Dalam penulis sejarah Al-Thabari mempunyai metode-motode yang sangat unik. Inilah yang membedakan dia dengan sejarawan-sejarawan yang lain baik sejarawan sebelumnya maupun sesudahnya.

Hal-hal yang berkenaan dengan metode penulisan sejarah Al-Thabari adalah:[5]

1. Berdasarkan kepada Riwayat

Dalam hal ini dia berpendapat bahwa sejarawan tidak otentik apabila hanya bersandar kepada logika dan kias. Di dalam muqodimah kitab sejarahnya ia berkata : “ Hendaknya para pembaca mengetahui bahwa semua informasi yang disajikan di dalam kitab ini adalah informasi yang aku peroleh/terima/dengar dari perawinya langsung, dan aku tidak menyandarkannya kepada alasan-alasan logika, kecuali sangat sedikit.”

Karena disandarkan hanya kepada perawinya, maka di dalam kitabnya banyak ditemukan informasi yang berbeda-beda tentang peristiwa yang sama. Dalam hal ini, al-Thabari sendiri membiarkan para pembaca untuk menyeleksi, menilai, dan memilih informasi-informasi yang disajikan itu.

2. Sangat Memperhatikan Sanad

Informasi yang disajikan dalam kitabnya disertai peyebutan perawi dan sanadnya sehingga sampai kepada tangan pertama, sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli hadits dalam meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah Saw.

Apabila informasi yang dikutif dari buku, maka al-Thabari akan menyebutkan nama pengarang buku itu. Apabila informasinya di dengarnya sendirian maka dalam karyanya dia akan berkata :haddatsani fulan…..(si fulan berkata kepadaku…..) dan apabila ada yang mendengar informasi itu bersamanya, maka dia akan berkata : haddatsana fulan….(si fulan berkata kepada kami….).

Kadang-kadang dia juga menyandarkan informasi yang dituangkan di dalam kitabnya kepada surat menyurat. Misalnya dia berkata :kataba ilayya al-Sadiyy ‘an fulan ila akhirih ( al-Sadiyy menulis surat kepadaku, dari fulan dari fulan dan seterusnya).

Akan tetapi, dibagian akhir bukunya, terlihat bahwa dia tidak begitu ketat kepada sanad ini, seperti tidak lagi menyebut nama sumber pengambilan informasi. Ahmad Muhammad Hufi berpendapat bahwa sebab tidak ketatnya al-Thabari dalam menyebutkan perawi dan sanad dalam informasi-informasi yang tertuang dalam bukunya pada bagian akhir itu adalah karena informasi-informasi yang disajikan itu dapat menimbulkan kemurkaan penguasa.Oleh karena itu, al-Thabari berupaya mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap sumber informasi tersebut.

3. Sistematika penulisannya bersifat kronologi berdasarkan tahun (hawliyat, annalistic form).

Pada bagian bukunya yang menyajikan informasi sejarah sebelum Islam, peristiwa-peristiwa itu tidak disusun berdasarkan tahun, karena hal itu di luar kemampuannya. Bagian ini dimulainya dengan penciptaan Adam, kemudian Nabi-nabi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa masing-masing, kemudian raja-raja yang semasa dengan para nabi itu dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa mereka, dan kemudian dia menyebut tentang umat-umat yang tumbuh setelah para nabi itu, sampai masa kelahiran islam.

Kemudian pada bagian yang menyajikan peristiwa-peristiwa sejarah setelah kedatangan Islam, sistematika penulisannya dilakukan berdasarkan tahun demi tahun, sejak awal sejarahnya Nabi Muhammad ke Madinah sampai tahun 302 H. pada setiap tahun disajikannya peristiwa-peristiwa yang pantas disajikan.

Metode hawliyat ini sudah digunakan oleh sejarawan muslim sebelumnya seperti al-Haytsan ibn ‘Adi (w. 208 H),  ja’far ibn Muhammad al-Azhar (w. 276), Amar ibn Wasimah al-Mishri (w.289), dan al-Waqidi (w.207). metode ini kemudian digunakan pula oleh sejarawan muslim sesudahnya, seperti ibn al-Maskawayh, ibn al-Atsir, Abu al-Fida’. Akan tetapi, Abu al-Yaqubi, al-Dinawari, al-Mas’ud, dan ibn Khaldun tidak menggunakan metode ini.Mereka yang tersebut terakhir ini menulis suatu peristiwa secara runtut dan rinci dari awal sampai akhir, meskipun berlangsung dalam waktu bertahun-tahun.

4. Informasi yang umum

Informasi-informasi sejarah yang tidak ada hubungannya dengan waktu tertentu, ditulis sendiri secara tematik.Misalnya, setelah membicarakan peristiwa-peristiwa pada masa pemerintahan khalifah tertentu, setelah itu dia membicarakan sifat-sifat, akhlak, dan keistimewaan-keistimewaan khalifah bersangkutan.

5. Menyajikan juga teks-teks sastra (syair)

At-Thabari dipandang banyak menyajikan teks-teks, sastra, serti syair, khitabah (pidato), surat-surat, dan perbincangan-perbincangandalam peristiwa-peristiwa bersejarah.Dalam hal ini meniru para sejarawan dan satrawan sebelumnya.

Kajian sejarah kitab ini yang hanya sampai tahun 320 H (915 M) dilanjutkan oleh sejarawan-sejarawan yang datang sesudahnya. Diantara sejarawan yang melanjutkan  kajiaaam sejarah al-Thabari ini adalah :

a) Kitab almuzayyil atau Shilat al-Tharikh karya Abu Muhammad al-Farghani seorang murid al-Thabari.

b) Kitab yang dikarang oleh Abu Hasan Muhammad al-Hamadzani (w. 1128). Kitab ini merekam peristiwa-peristiwa sejarah sampai tahun 1094 M.

Karya-Karya Imam Ath-Thabari

Karyanya yang paling popular adalah tafsir Alquran Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Alquran atau lebih dikenal dengan Tafsir Al-Thabari.[6]Sedanggkan  karya sejarahnya yang paling terkenal adalah Tarikh al Umam wa Al-Muluk (Sejarah Bangsa-bangsa dan Raja-raja) atau Tarikh Ar-Rusul wa al-muluk wa al-Khulafa (Sejarah Para Rasul, Para Nabi, Para Raja, dan Para Khalifah).[7]

Lewat karya tulisnya yang cukup banyak dan sebagian besar  dalam bentuk kumpulan riwayat hadits dengan bahasa yang sangat indah, Imam Ath-Thabari bukan saja terkenal seorang ilmuwan yang agung melainkan juga sebagai orang yang dikagumi berbagai pihak. Semua karya ilmiah Imam Ath-Thabari yang diwariskan kepada kita, sebagian diketemukan dan sebagian yang lain belum diketemukan. Diantaranya karya–karya Imam Ath-Thabari sebagai berikut:[8]

  1. Jami` Al-Bayan fi Ta`wil Ai Al-Qur`an yang lebih dikenal dengan sebutan Kitab At-Tafsir Ath-Thabari
  2. Tarikh Umam wa Al-Muluk yang lebih dikenal dengan nama Kitab Tarikh Ath-Thabari
  3.  Dzail Al-Mudzil
  4. Ikhtilaf` Ulama` Al-Amshar Syara`I Al-Islami yang lebih dikenal dengan nama Kitab Ikhtilaf Al-Fuqaha`
  5. Lathif Al-Qur`an fi Ahkam Syara`i Al-Islam, yaitu fikih Al-Jariri
  6. Al-Khafif fi Ahkam Syara`i` Al-Islam, yaitu ringkasan Kitab Latif Al-Qur`an
  7. Basith Al-Qaul fi Ahkam Syara`i` Al-Islam
  8. Tahdzib Al-Atsar wa Tafshil Ats-Tsabit`an Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam min Al-Akhbar
  9. Adab Al-Qudhah
  10. Adab An-Nufus Al-Jayyidah wa Al-Akhlaq Al-Hamidah
  11. Al-Musnad Al-Mujarrad
  12. Ar-Raddu `ala Dzi Al-Asfar, yaitu Kitab yang berisi bantahannya terhadap Ali Dawud bin Ali Azh-Zhahiri
  13. Al-Qira`at wa Tanzil Al-Qur`an
  14. Sharih As-Sunnah
  15. At-Tabshir fa Ma`alim Ad-Din
  16. Fadha`il Ali bin Abi Thalib
  17. Fadha`il Abu Bakar wa Umar
  18. Fadha`il Al-Abbas
  19. Kitab fi`Ibarah Ar-Ru`ya fi Al-Hadits (kitab ini belum disempurnakan Imam Ath-Thabari)
  20. Mukhtashar Manasik Al-Hajj
  21. Mukhtasar Al-Fara`idh
  22. Ar-Raddu `ala Ibnu Abdil Hakam `ala Malik
  23. Al-Mujiz fi Al-Ushul
  24. Ar-Ramyu bi An-Nasyab
  25. Ar-Risalah fi Ushul Al-Fiqh
  26. Musnad Ibnu `Abbas
  27. Al-`Adad wa
  28. Kitab Al-Mustarsyid
  29. Ikhtiyar min Aqawil Al-Fuqaha`

Jadi, nama lengkap Ath-Thabari adalah Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir Ath-Thabari. Lahir di Amul, Thabaristan (Laut Qazwayn) pada tahun 225 H/839 M dan meninggal di Bagdad pada tahun 310 H/ 923 M. Ia adalah seorang sejarawan besar, ensiklopedis, ahli tafsir, ahli qira’at ali hadits, dan ahli fikih.

Ath-Thabari dikenal juga sebagai sejawan muslim yang sangat populer, kalau dibandingakna dengan ahli hadits sama terkenalnya dengan Bukhari dan Muslim. Dalam penulis sejarah Ath-Thabari mempunyai metode-motode yang sangat unik. Inilah yang membedakan dia dengan sejarawan-sejarawan yang lain baik sejarawan sebelumnya maupun sesudahnya. Metodenya antara lain :

1. Berdasarkan kepada riwayat
2. Memperhatikan sanad
3. Sistematika penulisannya bersifat kronologis berdassarkan tahun
4. Informasi yang umum
5. Menyajikan juga teks-teks sastra

Karya-karya yang paling popular adalah tafsir Alquran Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Alquran atau lebih dikenal dengan Tafsir Ath-Thabari.Sedanggkan  karya sejarahnya yang paling terkenal adalah Tarikh al Umam wa Al-Muluk (Sejarah Bangsa-bangsa dan Raja-raja) atau Tarikh Ar-Rusul wa al-muluk wa al-Khulafa (Sejarah Para Rasul, Para Nabi, Para Raja, dan Para Khalifah).

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghani Abdullah, Yusri, 2004, HistoriografiIslam  DariKlasikHingga Modern, Jakarta : PT RajaGrafindoPersada

Farid, Syaikh Ahmad, 2006, 60 BiografiUlamaSalaf, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

KitabTharikhAt-ThabariJilid 1 sampai 11

Yatim, Badri,Historiografi Islam,1997, Jakarta : Logos WacanaIlmu

Yunus, Mahmud, 1972, Kamus Arab-Indonesia,Jakarta: PT HidakaryaAgung

_______________________________

[1]Dr. Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam  Dari Klasik Hingga Modern, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 105
[2] Ibid, hlm.103
[3]Syaikh Ahmad Farid. 60 Biografi Ulama Salaf.( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), hal: 601
[4]Badri Yatim, Historiografi Islam, ( Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.113-114
[5]Ibid.,hlm. 119
[6] Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam, op.cit., hlm. 103
[7]Badri Yatim, op.cit.,hlm. 116
[8]Syaikh Ahmad Farid. 60 Biografi Ulama Salaf.( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), hlm.621