Peran Politik Tjokroaminoto
Peran Politik Tjokroaminoto mempunyai gagasan dan pemikiran yang sangat luar bisa, perlu kita pahami dan pelajari mengenai peran politik dari Tjokroaminoto sebagai ilmu dan penerapan politik. Peran Tjokroaminoto dalam dunia politik tidak diragukan lagi, karena sebagai guru bangsa dan pelaku perkerakan nasional yang bisa merubah kedan sosial ketika itu.
Melalui Sarekat Islam Tjokroaminoto mulai menggas dan memberikan perlawan terhadap kolonialisme terhadap bangsa Indonesia ketika itu. Maka, peran Tjokroaminoto gagasan dan pergerakan Sarekat Islam memberikan semngat rasa nasionalis terhadap masyarakat Indonesia.
Dari kekuatan SI Tjokroaminoto yang telah mengonsolidasikan kekuatannya diangkat sebagai ketua. Di Jawa Tengah misalnya, Tjokroaminoto yang sebelumnya wakil ketua SI mulai menandingi Samanhoedi dan turun ke cabang-cabang. Sementara di Jawa Timur, SI jelas berada di bawah kendali Tjokroaminoto. Ia orang yang paling berpengaruh di Surabaya. Ia mengontrol Oetoesan Hindia dan menjadi ’rajanya’ vergadering.
Pada Agustus Tjokroaminoto semakin kuat menancapkan pengaruhnya dengan mengalahkan Hasan Ali Soerati, orang yang mendirikan Setia Oesaha dan toko-tokonya, dan mengambil alih jabatan Soerati sebagai direktur Setia Oesaha. Untuk memperluas pengaruh SI di bawah kendalinya, ia mengumpulkan kawan-kawannya dan mendistribusikan jabatan pada mereka. Rumah Tjokroaminoto sendiri secara de facto menjadi kantor SI Surabaya dan kemudian menjadi kantornya CSI.
Selain itu kepiawaian Tjokroaminoto sebagai negosiator ulung tidak perlu diragukan lagi. Melalui lobi-lobinya kepada pemerintah Belanda, SI berhasil memperoleh status hukum dan mengubah afdeling-afdeling menjadi SI lokal. Selain itu, SI juga berhasil mendapat ijin untuk membentuk kepengurusan pusat yang kemudian dinamai Central Sarekat Islam (CSI).
Sampai Kongres kedua sudah 60 afdeling yang berhasil diubah menjadi SI lokal dan nantinya terus bertambah. Maka, amat wajar pengaruh Tjokroaminoto semakin besar dan banyak cabang-cabang yang meliriknya untuk menjadi suksesor Samanhoedi.
Di tangan Tjokroaminoto-lah SI mengubah konsep pergerakannya dari pergerakan di bidang ekonomi menjadi organisasi pergerakan nasional yang berorientasi sosial politik dan kepemimpinannya beralih dari kelompok borjuis pribumi ke kaum intelektual yang terdidik secara Barat. Bersama Agus Salim dan Abdul Moeis, Tjokroaminoto saling bahu membahu membesarkan Sarekat Islam hingga menjadi organisasi pergerakan pertama yang ’benar-benar’ berskala nasional yang mampu menarik anggota sebanyak 2,5 juta orang. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang daerah ketiga tokoh tersebut yang berbeda-beda.
Tjokroaminoto merupakan keturunan ningrat Jawa, sementara Agus Salim adalah keturunan santri bangsawan di Padang, dan Abdul Moeis juga berasal dari keturunan bangsawan di Padang namun dibesarkan di Palembang. Ketiganya menjadi ’Tiga Serangkai’ pejuang muslim yang amat disegani.
Pada awal kepemimpinannya di SI, Tjokroaminoto cenderung masih bersikap kooperatif dan lunak terhadap pemerintah kolonial Belanda. Hal ini dapat dilihat dalam pidato-pidatonya pada Kongres Nasional Pertama SI, tanggal 17-24 Juni di Bandung. Dalam pidatonya mengenai Zelf Bestuur (pemerintahan sendiri) dan Dewan Rakyat tersebut Tjokroaminoto dianggap belumlah terlalu radikal. Ia masih merupakan ’satria di bawah perlindungan pemerintah’. Nadanya masih berbau seperti yang sering diucapkan kaum etisi. Di pikirannya, Tjokroaminoto belum melihat Zelf Bestuur seradikal kemerdekaan, melainkan kebebasan untuk memerintah dan mengurus negerinya sendiri seperti halnya pemerintahan serikat yang tetap bernaung kepada negeri induknya yaitu Belanda.
Pemikiran politik H.O.S. Tjokroaminoto tentang sosialisme Islam memberikan gambaran tentang faham sosialisme yang dibangun atas dasar ajaran agama Islam, yang inti ajaran bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Sosialisme Islam yang dikemukakan oleh Tjokroaminoto merupakan sosialisme yang telah berjalan sejak masa kepemimpinan Rasulullah S.A.W dan para sahabatnya. Dengan demikian sosialisme Islam tidaklah dipengaruhi oleh faham sosialisme yang berasal dari Barat yang baru berkembang pada abad ke-19.
Pemikiran politik sosialisme Islam tersebut dengan demikian mempunyai kesamaan dengan pemikiran Kiri Islam, yang menempatkan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber utama pergerakannya. Namun demikian, terdapat prinsip-prinsip sosialisme yang serupa antara sosialisme Islam dengan sosialisme Barat. Prinsip keadilan, kese-taraan, dan persaudaraan merupakan prinsip yang dipegang teguh baik oleh sosialisme Islam maupun sosialisme Barat. Selain itu, sosialisme Islam dan sosialisme Barat sama-sama bertujuan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh anggota masyarakat.