Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Akar Islam Pembentukan Budaya Bangsa

Dari sudut pandang arkeologi, analisi suatu peroses aktualisasi sebaiknya dimuali menentukan secermat mungkin wujud suatu kebudayaan yang datang menghampiri suatu kebudayaan tertentu, dan isi pengaruh dari budaya tersebut.

Beberapa contoh presentasi seni budaya islam nusantara.

1. Kaligerafi
2. Bentuk antropomotifik
3. Rancangan bangunan mesjid

Bukti-bukti seni budaya islam nusantara telah merekfleksikan sebagimana Islam sebagi ajaran samawi dan pranata keagaman itu disebarkan dan disosialisasikan di nusantara. Sosialisasi tersebut telah menggunakan cara-cara damai dan memperdayakan sumber daya kultur lokal sebagai media komunikasi yang efektif, sebagai mana disaksikan sekarang Islam di Nusantara memperoleh pijakan pengaruh yang begitu luas. Dari aceh sampai fak-fak dari irian Jaya, sampai kawasan semnanjung Berunai Darusalam dan Midonto selatan di filifin. Islam mengisi ruang-ruang kosong yang kurang tersentuh Hindunisasi.

Dengan demikian, dapat diharapkan tumbuhnnya atas dasar kepentingan bersama menyangkut penulisan kekhasan budaya yang diwariskan, dan dorongan ke aran penciptaan-penciptaan baru yang daras lelevan dengan kebutuhan-kebutuhan kekinian. Apabila islam dinyatakan oleh B.J.O Schrieke, telah berhasil mengintregasikan Nusantara secara Kultur, kita tentu berharap lebih banyak dalam konteks kultular, kita tentu berharap lebih banyak dalam konteks kultural Asia Tenggara.

Kebudayan nasional memiliki fungsi. Ia memberi makna dan arah kehidupan seta cita-cita bangsa, serta menjadi kerangka acuan sikap dan tingkah laku serta identitas. Namun kebudayan nasional indonesia  yang diperlukan oleh kenegaraan budaya daerah dan etnik lokal, masih berada dalam kondisi dan dalam memperoses membentuk diri. Kondisi ini tentunya dalam menycapai hasil yang optimal karena beberapa hal: 

  1. Budaya-budaya daerah/etnik lokal terus di gali, diteliti dan dianggap, yang tadinya menjadi input bagi kebudayaan Nasional; 
  2. Semakin memperbanyak semngat glonalisasi dalam bidang ekonomi dan informasi yang berdampak pada terbentuknya ubahan-ubahan budaya dalam konteks Kebudayan Nasional; dan 
  3. Hasil pembangunan nasional, baik secara kuntitatif maupun kualitatif, memunculkan permasalahan baru dan mengharuskan penyesuayan-penyesuaian baru pula.

Kebudayaan daerah Indonesia, termasuk seni Budaya NTB, masih terus harus digali, diteliti di anggap di sosialisasikan, termasuk pemanfaatannya sebagai muatan lokal dalam kuri kulum pendidikan di tingkat dasar dan SMU, dengan demikian, Kebudayan Nasional Indonesia dan Kebudayaan Daerah secara Integral menjadi acuan bagi pembentukan nilai-nilai yang dapat mengimbangi kecepatan pembangunan nasional.

Penggalian dan pengungkapan seni budaya NTB diharapkan bermuara terbentuknya daerah budaya yang berkualitas, setadinya dapat merambah menuju tingkat budaya nasional. Budaya disini bukuan rumusan atau konsep produk seminar atau semacamnya, tetapi budaya sebagai refleksinya dan cerminan dari manusia pendukung budaya itu sendiri.

Tradisi Sunda Menuju Indonesia

Perfikasi sejarah dan kebudayaan senan tiasa mengacu kepada peningkatan kualitas manusia, yang tidak lepas dari akar tradisi yang menghidupinya. Kerangka yang nilai pertanyaan yang paling boleh jujur untuk di ajukan adalah., dimanakah terjadinya posisi tradisi sunda dan kesundaan dalam konteks keindonesian? Posisi dimaksudkan adalah posisi yang sangat alamiah dan  posisi artifisial, semua dan penuh kesemntaraan.

Bagaimanapun tradisi sunda dan kesundaan merupakan salah satu pilar dari “peradaban” Jawa Barat, wilayah administrasi masa kini dan merupakaan puncak-puncak kedaerahan yang memeng pernah tumbuh, berkembang dan eksis dalam kesatuan dan kebulatan kebudayaan nasional., yang juga mengakui eksitensi keberagaman sebagai sisi, jiwa dan Nafas dari Konsep Bineka Tunggal Ika.

Oleh karna itu, pengembangan daya kuratif dan preservatif tradisi sunda dan kesundaannya didasarkan dalam upaya memperkuat identitas lokal, kebanggan yang berakar dalam kelekatan dan ikatan primordial dan kesejarahan, yang koeksiten dengan puncak-puncak tradisi daerah lainnya, tanpa kenagkuhan, sekalipun tidak terjebak dalam “amnesia sejarah”. Kedaerahan, dalam arti positif syah dan faktual.