Kondisi Sosial Masyarakat Arab Pra Islam
Ruang Kelas - Dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dimulai sejak bangsa Arab Pra Islam. Parlu kita ketahui mengai kondisi sosial masyarakat Arab pra Islam sebagi wawasan dan pengetahuan bagi kita sebagai ilmu dan pengetahuan.
Kehidupan sosial bangsa Arab mempunyai peradaban yang kurang tidak baik, bokbrok moral, dan kehidupan yang tidak teratur. Adab, prilaku serta pola kehidupan sosial yang sertipikasinya masih dalam keadan pada laisan yang paling kuat.
Bangsa Arab dikenal dengan bangsa ahli syair dan pemberani, selain ahli syair dan pemberani karakter positif arab lainya seperti punya semangat tinggi dalam mencari nafkah, sabar menghadapi kekerasan alam, mempunyai ketahan fisik, kekuatan daya ingat, hormat akan harga diri dan martabat, masyarakat yang cinta kebebasan, loyal pada pimpinan, pola hidup yang sederhana, ramah, dan sebagainya.
Dalam hal bersyair, Pada masa jahiliyah masyarakat Arab sangat gemar terhadap syair. Syair mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting sebelum datangnya Islam., Syair dijadikan sebagai sarana komunikasi yang paling banyak berperan, baik dimasa damai maupun dimasa berperang. Pada umumnya mereka menggunakan syair sebagai alat untuk membanggakan keunggulan-keunggulan yang mereka miliki.
Tokoh-tokoh ahli syair masa jahiliyah yang sangat terkenal adalah: Muhalhil bin Rabiah at Taqhliby, Umrul Qais, Zuhair bin Abi Sulma, Lubaid bin Rabiah, Antarah bin Syaddad Nabighah Adh Dhibyany, Asya bin Qais dan banyak lainya.
Karya-karya ahli syair dibacakan di tengah-tengah khalayak ramai seperti pasar Ukaz dan sebagainya. Diantara semua karakter positif masyarakat Arab ini tertutup dengan kejahiliyaan mereka dalam hal bertauhid dan berahlak.
Adapun kebiasaan-kebiasaan buruk mereka adalah minum minuman khamr (arak) sampai mabuk, berjudi, berzina dan merampok dan sebaginya. Mereka memposisikan perempuan pada posisi terendah. Karena perempuan dianggap mahluk lemah yang tidak punya kemampuan dan kekuatan untuk membela diri. Dengan demikian laki-laki bebas menikah dan menceraikan perempuan.
Yang lebih buruk lagi mereka mempunyai tradisi mengubur anak perempuan meraka hidup-hidup saat masih balita, karena meraka merasa malu dan terhina mempunyai anak perempuan. Perempuan dianggap lemah tidak bisa membanggakan mereka dalam hal bekerja dan membela kaum mereka saat mereka perang. Dan pada saat itu di masyarakat Arab masih berlaku tradisi perbudakan. Memperbudak atau menjual belikan budak seperti berdagang dagangan lainya.
Sumber : Buku Sejarah Kubudayan Islam Kelas 7 Direktorat KSKK Madrasah Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama Republik Indonesia 2019.