Sejarah Sebagai Ilmu
Apalah itu sejarah ? bagaimana peran sejarah sebagai ilmu ? dua petanya itu yang menjadi dasar problem bagi setiap orang mengenai pemahaman mengenai sejarah. Mengenai hal itu, sejarah diapadang hanya sebagai sebuah dongeng, cerita fiktif , legenda dan sejisnya. Tentu dalam hal ini peran sejarah saat ini penggemarnya tidak terlalu banyak. Jika orang-orang berpikiran bahwa sejarah hanya lah sebuah dongeng, cerita, atau legenda tentu hal ini tidak akan pernah berkembang.
Secara pengertian sejarah menurut Kuntowijoyo dalam buku Pengantar Ilmu sejarah menjelaskan sejarah adalah rekuntruksi masa lalu. Jangan di bayangkan bahwa membangun kembali masa lalu itu untuk kepentingan untuk masa lalu sendiri; itu antikuraianisme dan bukan sejarah. Juga jangan di bayangkan masa lalu yang jauh. Ketika seorang sejarawan Amerika, sejarah itu ibarat orang naik kereta menghadpa ke kebelakang. Ia dapat melihat kebelakang, kesamping kanan dan kiri. Satu-satunya kendala iyalah iya tidak bisa melihat kedepan.
Pernahkah kalain bermain-maian kotek api? Sekalipun batang kotek api itu terserak-serak tidak jelas bentuknya, Kalian harus menyusunnya jadi petak-petakan, orang-orangan, rumah-rumahan, dan sebagainya. Ada definisi seharah yang tautologis yang menyetakan bahwa sejarah iyalah yang dikerjakan sejarawan. Tautologi ini menyatakan bahwa sejarawan mempunyai kebebasaan dalan rekontruksi. Yang mengikat sejarawan adalah hanya “batang korek” yang berupa fakta sejarah. Perumpamaan lain, sejaeawan itu seperi dalang, iya dapat memainkan apa saja. Akan tetapi, ia dibatasi oleh dua hal, wayang dan lakon. Tarolah wayang itu sebagai fakta, dan actor itu sebagai tema yang di pilih sejarawan.
Lalau apa yang dimaksud dengan direkontruksi sejarah? Ialah apa saja yang diaplikasikan, dikatan, dikerjakan, dirasakan, dan dipahami oleh orang-orang. Sejarawan boleh menulis apa saja, asal memenuhi syarat untuk disebut sejarah.
Bagaima sejarah sebagai imu ? Kuntowijnyo menjelaskan pada buku pengantar Ilmu sejarah. Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan berbagai cara (1) perkembangan dalam filsafat, (2) perkembangan dalam teori sejarah, (3) perkembangan dalam ilmu-ilmu lain, dan (4) perkembangan dalam metode sejarah. Perkembangan dalam sejarah selalu berarti bahwa sejarah selalu responsif terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi.
1. Perkembangan dalam filsafat dirujukan ketika filsafat sejarah Zaman Pertengahan didominasi oleh filsafat sejarah Kristen, maka penulis yang menonjolkan peran orang-orang suci juga tmpak. Riwayat penyebaran Keristen di Irlandia oleh Saint Patrick pada abad ke-5 masih diperingatkan sampai sekarang.
2. Perkembangan dalam teori sejarah dirujukan ketika dalam seminar sejarah di Yogyakarta pada tahun 1957 telah di canangkan perlunya nasionalisme dalam penulisan sejarah yaitu sejarah yang menunjukan para orang Indonesia (Indonesia-sentrisme) untuk mengatakan “sejarah dan atas geladek kapal” yang menunjukan peran para penjajah Belanda (Neerkando-centrisme). Tantangan itu mendapat jawaban ketika pada tahun 1962 John Small menulis tentang mungkinnya kita menulis sejarah Indonesia yang otonom yang para pelakunya adalah orang Indonesia sendiri. Misalnya ketika akan menulis sejarah Aceh. Asal kita selalu dapat mengebalikan semua peristiwa pada pertentangan antara ulebalang dan ulama, kita akan mendapatkan sejarah Indoenesia yang otonom. Orang-orang asing yang hanya mempunyai peran sebagai pembantu pihak dalam yang sedang bertikai.
3. Perkembangan dalam ilmu-ilmu lain juga berpengaruh pada perkembangan sejarah. Ketika sosisologi menjadikan kota sebagai bahan kajian, maka sejarah mucul dengan sejarah Kota. Demikian ketika pisikologi Freudian digantikan oleh psikologi Neo-Freudian, dalam sejarah muncul psikohostori, sejarah yang menguraikan kejiwaan tokoh-tokoh sejarah.
4. Perkembangan dalam metode juga berpengaruh. Ketika dalam sejarah muncul metode kuantitatif, maka di amerika dan Eropa muncul sejarah Kuantitatif, karena di tempat itu sumber-sumber sejarah lama sangat memungkinkan untuk dikuantifikasikan. Demikian pula kegiatan-kegiatan penerbitan sumber. Penerbitan arsip Nasional tentang sarekat Islam lokal telah mendorong banyak penelitian.
Dari kempat poin tersebut merupaka aspek berkembangnya ilmu sejarah dengan pendekatan ilmu yang lainnya atau bisa disebut dengan ilmu bantu. Sedangan sejarah sendiri merupakan sebuah rekontuksi masa lalu. Setiap sejaeawan bebas unuk merekontruksi sejarah sesuai dengan kaidah ilmu sejarah.