Biografi Ismail Raji Al-Faruqi
Ismail Raji Al-Faruqi lahir pada tanggal 1 januari 1921 di Jaffa, Palestina. Ayahnya seorang qodi di palestina.[1] Ismail mulai pendidikan Islam tradisional masa kecil di sekolah masjid, Al-faruqi belajar di sekolah katolik perancis, College des Ftees (St.Joseph) di palestina. Iya kemudian meneruskan belajar selama lima tahun di Universitas Amerika di Beirat tempat ia memperoleh gelar BA-nya pada tahun 1941.[2]
Jadi atas pemaparan di atas Ismail Raji Al-Faruqi lahir di Jaffa Palestina pada tahun 1921, yang ayahnya seorang qado di Palestina. Al-faruqi mulai pendidikan di sekolah katolik prancis di palestina, kemudian ia meneruskan keperguruan tinggi di Universitas Amkerka di Beirt yang memperoleh gelar BA pada tahun 1941.
Ismail Raji Al-Faruqi pernah menjadi pegawai negeri selama empat tahun di palestina yang ketika itu masih dalam status mandat Inggris. Karir birokrasi Ismail Raji Al-Faruqi pernah mencapai jabatan sebagai gubenur di Galilela, Palestina pada usia 24 tahun. Namun jabatan ini tidak lama karena pada tahun 1947 propinsi tersebut jatuh ke tangan Israel, sehingga ia pindah ke Amerika serikat pada tahun 1948.[3]
Pada tahun 1948 yang menyebabkan kepndahan ke Amerika yaitu di sebabkan dengan terbentuknya negara israel pada tahun 1948; dan Al-Faruqi menjadi salah satu dari ribuan pengungsi Palestina yang beremigrasi bersama keluarganya ke Lebanon. Pada masa itu kehidupan dan karirnya sebagai pimpinan di palwstina berakhir; seperti orang palestina lainnya, iya beralih kedunia akademik untuk membangun kembali hidup dan karirnya. Amerika menjadi tempat pelatihan tempat iya menyiapkna diri dengan mencapai gelar Master di Indiana dan Harvard pada tahun 1952 mencapai gelar doktoral (Phd) dari Universitas Indiana. Ini masa-masa sulit; selin terutama diasingkan dari negaranya juga perjuangan untuk terus hidup dan membiyayai pendidikannya.[4]
Selama mnyelesaikan studinya di AS, Al-Faruqi mendapatkan kesulitan dalam hal fiansial. Untuk mengatasi hal itu, iya bekerja di plogram penterjemahan (Arab-Inggris), bekerja sama dengan The American Council Of Learned Socities. Dan juga pernah bekerja sebagai seorang kontraktor bagunan dengan membangan rumah-rumah berkualitas di beberapa lokasi stategis. Kepekaannya dalam bidang seni, keindahan dan dekorasi dengan sentuhan gaya timur membuat menarik pembeli Amerika. Dia banyak mendapatkan uang dalam lapangan ini, tetapi iya meninggalkannya dan memilih sebagai ilmuwan.[5]
Atas pemaparan di atas pada masa di bentuknya negara Israel yang menyebabkan karir Al-faruqi terhenti ketika menjabat sebagai Gubernur Galile, kemudian Al-faruqi beralih ke dunia Akademik untuk membangn kembali karir dan kehidupannya. Amerika tempat iya belajar sampai gelar Master di dapatkan di Universitas Indiana dan Harvard kemudian menyandang gelar doktor pada tahun 1952 di Universitas Indiana. Pada masa itu Al-Faruqi dalam keadaan masa-masa sulit dengan kehebatannya iya bis membiyayai pendidikannya tersebut hingga mencapai gelar doktor dalam bidang Filsafat.
Untuk melanjutkan ilmu-ilmu keislaman, Al-Faruqi kembali kenegara-negara muslim. Dia menghabiskan waktunya di beberapa negara di bawah bingbingan sarjana-sarjana Muslim untuk memperdalam Sepesialisasiyang beliau ambil. Pada awal tahun 1953, al-Faruqi bersama Istrinya tinggal di Syiria.[6] Meskipun Al-Faruqi telah berhasil menyelesaikan gelar doktoral dalam filsafat barat, langkahnya kesempatan kerja dan dorongan batin membawanya kembali keakar dan warisan kecendekiawanan Islamnya. Iya meninggalkan Amerika menuju Kairo tempat ia selama empat tahun dari 1954 sampai 1958 membenamkan diri dalam mempelajari Islam di Universitas terkenal di Kairo al-Azhar. Sekembalinya dari Kairo ke amerika Utara, iya menjadi profesor tamu studi-studi Islam di Institut Setudi Islam dan menjadi Mahasiswa tingkat doktoral penerima beasiswa di Fakultas Teologi di Universitas McGill dari tahun 1959 sampai 1961 tempat ia belajar kristen dan Yahudi iya mulai kalir Profesornya sebagai Guru beser Studi Islam pada Institut pusat Riset Islam di Karchi dari tahun 1961 sampai 1963. Selama setahun iya berikutnya ia setelah kembali ke Amerika, iya menjadi guru besar luar biasa di jurusan Agama pada Universitas Syracuse. Ia akhirnya pindah ke Universitas Temple pada tahun 1968. Selama kehidupan profesornya yang aktif dan froduktif yang berlangsung hampir selama 30 Tahun, ia mengedit atau menerjemahkan 25 buku; menerbitkan lebih dari seratus artikel; menjadi guru besar tamu pada lebih dari 25 Universitas di Afsika, Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara; serta menjadi anggota dewan tedaksi tujuh jurnal terkemuka.[7]
Al-Faruqi merupakan seorang ilmuan yang mempunyai kemampuan yang sayang luar biasa keria ia berumur 24 tahun ia juga sudah menjabat sebagai gubernur Galilea, palestina. Namun ketika itu propinsi tersebut jatuh ke tangan israel yang menyebabkan al-Faruqi harus turun jabatan dan pindah ke Amerika, dengan demikin al-Faruqi tidak hanya diam dengan kepampuannya ia bisa melanjutkan keilmuannya di Amerika dengan gerar BA-nya. Untuk melanjutkan ke ilmuannya al-Faruqi kembali ke negara-nrgara muslim dan mempelajari ilmu-ilmu ke islamnya.Ismail Raji Al-Faruqi mulai mengajar di Mcbill University, Kanada pada tahun 1959. Pada tahun 1961-1963 ia pindah ke Karachi Pakistan untuk ikut bagian dalam kegiatan Centeral Intitute For Islame Researh dan jurnalnya Islamic Studies. Tahun 1968 ia pindah ke temple university Philadelpia sebagai guru besar agama dan mendirikan pusat kajian islam
Tidak hanya itu al-faruqi dan istrinya tinggal di negara muslim yaitu di Syiria. Ketika itu al-Faruqi menyelesaykan doktoral dalam bidang filsafat batar.manun dengan kesadarannya ia kembali ke negara-negara islam dan memperlajari ilmu-ilmu ke islamnnya di Universitas al-Azhar, selama iya disana kurang lebih empat tahun untuk mepelajari ilmu-ilmu ke islamnnya. Setelah itu dia ke mbali ke negara amerika Utara dan menjadi Profesor sebagai guru bersar yang sanyat luar biasa di jurusan Agama pada Universitas Syracuse. Selama ber kalirnya ia pernah di undang dari berbagai Universitas di Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia tenggara. Itulah beberapa kegiatan selama iya menjadi Profesornya dan memperdalam ilmu-ilmu islam di al-Azhar Kairo.
Pada School of Divinity, al-Faruqi mencoba mengadakan dekonstruksi terhadap keristen. Dekonstruksi ini menghasilkan sebuah karya terkenalnya Cristian Ethics. Profesor Smirh, yang mengundang al-Faruqi untuk setudi tentang Christianity, terkejut melihat al-Faruqi menguasi perangkat-perangkat intelektual moderen dengan baik. Al-faruqi mencurahkan tenaganya untuk menarik perhatian barat secara umum dan kepada zionis secara Khusus. Dia yakin bahwa barat selama ini “mendirikan” negara israel dan memberi angin segar terhadap Zionisme dengan cara menyingkirkan dan jutaan masyarakat Palestina lain dari rumah-rumah dan tanah air mereka. Seorang temannya The School of Diviniti di Chicago, Fazrul Rahman, menyebut al-faruqi dengan “searjana-gerilyawan” Fazlur Rahman menyebutnya sebagai “jalam Al Din al afghani” pada masanya.[8]
Al-faruqi menyelesaikan nasionalis-nasionalis Arab atas mereka mereduksi Arabisme menjdadi nasionalisme model barat dan upaya membuka jalan membagi “beberapa” Arab diantara mereka. Dalam karyanya Urubah and Religion, dia menentang N.A Faris dan M.T Husayan yang mempelopori kelompok “nasionalis-optimistis” berdasarkan garis-garis Barat. Al-Faruqi juga menolak tesis beberapa sarjana semisal Ali Abid al-Raziq dan Khalid Muhammad Khalid dengan menyebut mereka dengan “nasionalis-nasionalis kacau” Al-Faruqi mengklem argumen-argumen mereka tidak disederhanakan pada teori negara dan masyarakat sebagai mana yang seharusnya dilakukan para nasionalis, tetapi lebih pada sangkalah terhadap opini bahwa islam semata-mata harus menjadi determinasi (pembatas) kehidupan politik dan sosial. Setelah mengungkap tanggapan ide-ide mereka, al-Faruqi menuduh Abu al-Raziq yang melakukan setudi Barat, sedang meminjam ide-ide Hobbes dan Lock yang menyebabkan kekacauan pemahamannya atas konsep-konsep Islam Sendiri. al-Faruqi menyangkal Munif al-Razzaz dan Hajim Nusayabh dan menyebabkan sebagai “nasionalis Ambivalen” yang mengikuti adanya kontribusi awal oleh Islam terhadap kesadaran-kesadaran Arab, untuk menaruhi sarat-sarat era moderen, mengharapkan agama bener-bener terbebas dari dari ploblem-ploblem polisi, sebagai mana yang telah terjadi di Barat setelah Reformasi Protenstan. Al-Faruqi juga menolak mereka bahwa Islam sering sejalan dengan modernitas dan tidak bertentangan dengan sain dan rasio.[9]
Urubah dan religion tidak mengindikasikan al-Faruqi sebagai seorang nasionalis Arab. Kenyatannya, dia menentang nasionalisme dan bagi orang yang mengklaim “pejuang negri” ia sebut dengan muslim oposan. Konsep Arabismenya tidak berada dalam konsep islam mengenai ummah, Komonitas yang orang-orang beriman. Dia berpendapat, Islam, sebagai sebuah Budaya, keberadannya tidak pernah terklepas dari”kesadaran” Arab, dan oleh krnaitu, membuaat setiap babak kehidupannya sebagai sebuah babak Arab. Sama halnya, The Arab Stream of being tidak pernah terlepas dari nilai kesadaran Islam. Lebih lanjut ia berpendapat, sebenernya tidak ada sebuah budaya Islam di India atau di Afrika, tapi, yang ada, budaya Islam Arab, India dan Afrika. Jadi, budaya islam bukanlah Islam yang tersiar keluar dari Arabian Penisula, tetapi arabisme yang di tuntun oleh islam dalam setiap hal.[10]
Di dalam kehidupannya yang aktif dan kegiatan intelektualnya tercermin pribadi ilmuwan Muslim ideal. Profesor Ismail Al-Faruqi adalah tipe manusia pekerja dan pemikir yang memilih jalan yang pernah ditempuh oleh Ibnu Khaldun dan Al Beruni.[11] Semangat kritik ilmiahnya dan kecakapan dalam bidang keilmuan membuat Al-Faruqi mengemukakan ide perlunya mengislamkan ilmu-ilmu sosial kontemporer. Untuk mencapai tujuan ini ia mendirikan Himpunan Ilmuan Sosial Muslim (The Assosiation of muslim Social Scientists). Ia menjadi presiden yang pertama pada tahun 1972 hingga 1978.[12]
Sedikit dalam pemikiran Ismail al-faruqi bhawa ummat islam saat ini berada dalam keadaan yang lemah. Kemerosotan muslim dewasa ini telah menjadikan islam pada zaman kemunduran. Dikalangan kaum muslimin berkembang buta huruf, kebodohan dan tahayyul. Akibatnya, ummat islam awam lari pada keyakinan yang buta, bersandar pada literalisme dan legalisme, atau menyerahkan diri kepada syaikh (pemimpin) mereka. Dalam keadaan seperti ini masyarakat muslim melihat kemajuan barat sebagai sesuatu yang menganggumkan.[13]
Jadi aras pemaparan tersebut Kemajuan yang mereka capai hanya merupakan kemajuan yang semu, di satu pihak ummat islam telah berkenalan dengan peradaban barat modern, tetapi di pihak lain mereka kekhilangan pijakan yang kokoh, yaitu pedoman hidup yang bersumber dari moral agama. Oleh karena itu, ummat islam terkesan mengambil sikap mendua, antara tradisi keislaman dan nilai-nilai peradaban barat modern. Pandangan dualisme yang demikian ini menjadi penyebab dari kemunduran yang dialami ummat islam, bahkan sudah mencapai tingkat serius dan mengkhwatirkan yang disebut sebagai “Malaisme”.
Menurut Ismail Raji Al-Faruqi sebagai efek dari “Malaisme” yang dihadapi ummat islam sebagai bahasa anak tangga terbawah, mengakibatkan tibulnya dualisme dalam pendidikan islam dan kehidupan ummat. Sebagai prasyarat untuk menghilangkan dualisme tersebut dan sekaligus mencari jalan keluar dari “Malaisme” maka pengetahuan harus diislamisasikan atau diadakan asimilasi pengetahuan agar serasi dengan ajaran tauhid dan ajaran islam.[14]
Namun tidak hanya itu, Tauhid menurut Ismail Raji Al-Faruqi dianggap sebagai esensi pengalaman agama seorang muslim dan bahkan identik dengan pandagan filsafat penciptaan manusia, oleh karenanya tauhid menurut kayakinan Ismail Raji Al-Faruqi bersifat alamiah Ismail Raji Al-Faruqi berusaha menjadikan tauhid sebagai penggiring atas upaya praktis dalam proses islamisasi ilmu pengetahuan, ia juga berusaha menerjemahkan nilai-nilai qur’ani yang selalu relevan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.[15]
Perceraian sains dari nilai theologis memberikan implikasi negatif. Pertama dalam aplikasinya sains modern melihat alam beserta hukum dan polanya, kedua, secara metodologis, sains modern tidak terkecuali ilmu sosial, tidak bisa diterapkan untuk memahami realitas sosial masyarakat muslim yang mempunyai pandangan hidup berbeda dari barat.[16]
Oleh karena itu, menurut Ismail Raji Al-Faruqi persoalan persoalan yang cukup berkelindan hanya bisa diselesaikan bila sistem pendidikan islam kembali pada roh nilai-nilai ilahiyah sebagai sistem moral dan sistem kepribadian pendidikan islam yang mengacu pada nilai tauhid. Melalui nilai tauhid, paling tidak ada dua aspek pemahaman yang bisa dikembangkan yaitu aspek natural (kehidupan kekinian) dan transendental (ketuhanan)
Jadi atas pemaparan di atas bagai mana pemikiran-pemikiran yang ia lakukan hanya untuk islam bagai mana supaya tiadak dipengaruhi oleh pemikiran pemikiaran barat, sehiga timbulah sebuah presepsi yang iya lakukan dengan cara dekonstruksi terhadap keristen, dima keristen ini muncul di bagian wilayah barat. Dengan dekontruksi yang di lakukan oleh al-Faruqi menyebabkan beberapa kator kematiannya.
Hidup Ismail Raji Al-Faruqi berahir tragis kematian dini al-faruqi (dibunuh bersama istrinya, Lois Lamya al-Faruqi, seorang sarjana seni islam, pada tahun 24 Mai 1986) menghentikan suatu kehidupan pikiran kreatif, sarjana froduktif, dan kolega proaktif. Ia adalah perintis dalam pengembangan setudi islam di amerika dan dialog antar agama secara Internasional serta aktivis yang berjuang untuk traspormasi komunitas islam di dalam dan di luar negri.[17]
Berakar palestina, keturunan Arab, dan berkeyakinan islam telah membentuk Faruqi dan mengarahkan hidup dan karya sebagai sarjana. Maslah-masalah identitas, kemurnian, akulturasi, dan penjajahan politik dan budaya barat yang sudah bisa akhir-akhir ini merupakan tema berkelanjutan dari tulisannya, meskipun ia membahannya dengan cara berbeda pada tahap yang berbeda dalam kehidupannya. Penekanan awalnya pada Arabisme sebagai kendaraan islam dan identitas Muslim. Ia mengambil dari sumber-sumber ini secara intelektual, agamis, dan estetis di sepanjang sisa usiannya.[18]
Al-Faruqi meninggal pada tanggal 27 Mei 1986 yang diakibatkan oleh tikaman pisau dari seorang lelaki yang menyelinap masuk ke dalam rumahnya di Wyncote – Pennsylvania. Ia bersama istrinya, Louis Lamya, tewas akibat tikaman pisau lelaki tersebut. Sedangkan putrinya, Anmar al-Zein, berhasil ditolongnamun membutuhkan 200 jahitan untuk menutup lukanya. Para pemuka agamadan politisi memberikan penghormatan terakhirnya pada pemakaman Al-Faruqi diWashington pada akhir bulan September. Acara tersebut diselenggarakan oleh panitia untuk mengenang Al-Faruqi yang dibentuk dari gabungan Dewan Organisasi Arab-Amerika, Organisasi Masyarakat Islam Amerika Utara, Dewan Nasional Gereja Kristen Amerika, serta Komite Arab Amerika anti Diskriminasi (ADC). Pada saat yang sama, ADC mempublikasikan laporan khusus sebanyak 8 halaman tentang peristiwa pembunuhan terhadap Al-faruqi, termasuk detail kronologi peristiwa pembunuhan tersebut serta hasil terakhir investigasi peristiwa tersebut. Laporan investigasi mengindikasikan peristiwa tersebut merupakan peristiwa percobaan perampokan, walaupun tidak ada barang yang hilang dirumah Al-Faruqi. Di tengah maraknya peningkatan insiden dan kekerasan anti-arab dan anti-muslim di masa tersebut, laporan tersebut juga menyatakan tidak menutup kemungkinan ada motif politis pada peristiwa pembunuhan tersebut.[19]
Perjalanan hidup Al-Faruqi hampir sama dengan pola hidup seorang pendeta Budha yang menolak pengaruh keduniawian. Pada suatu tahap dalam kehidupan ia mengalihkan seluruh perhatiannya dari kehidupan yang diwarnai oleh keberhasilan keduniawian ke kehidupan ilmiah.[20]
Dalm buku DR. Muhammad Shafiq pada pendahuluannya di ceritakan kronik kematian al-faruqi yang kematiannya tragis. Pada 27 Mei 1986, bertepatan dengan 18 Ramadhan 1406, Ismail Raji al-Faruqi, salah seorang Profesor Islamic Studies terkenal di tempel Universitas Pheiladelphia,dan istrinya Lois Lamiya al-Faruqi , seorang asisten Profesor agama dan seni pada Universitas yang sama, terbunuh secara sadis di rumah mereka di Wyncote, Pensylvania. Bagi kebanyakan orang yang tidak mengikuti upacara pemakamnnnya di makam forest Hill yang berada di Lower Moreland Township, sebuah pinggiran kota di Philadelphia, merasa sulit menerima kenyataan kematian mereka. Sedangkan bagi banyak orang seperti mahasiswa beliau, handi taulan di organisasi dan orang-orang islam Philadelphia, ketidak hadiran al-Faruqi sebenernya hanyalah ketidak hadirannya secara fisik, tetapi semangat beliau akan selalu hadir di tengah-tengah orang islam.[21]
Meskipun kematiannya sudah-bertahun-tahun, namnnya tidak pernah di sebut orang-orang Muslim baik secara personal maupun dalam seminar-seminar yang disponsori oleh orang-orang Muslim. Al-Faruqi masih selalu “hadir” di dalam maupun di luar kantornya; yakni ruangan No. 636 The Depratement of Religion yang terletak di gedung The Humanities (sekarang di kenal sebagai Anderson Hall). Walau pun secara fisik dia telah tiada, kehadiran pristiwanya selalu mendorong mahasiswa-mahasiswanya bekerja keras, menyampaikan argumentasi Islam, menggalang persatuan muslim di Amerika Utara di bawah satu panji tauhid (the Unity of god), dan akhiranya, berusaha menyelamatkan dunia Muslim dari penjajahan, Intervensi maupun bentuk-bentuk Kolonialisme baru baik di Barat mauoun di Timur.[22]
Pembunuhan pasangan aktivis Muslim ini terjadi ketika keduannya sedang sibuk mempersiapkan shalat Id sebagai tanda akhir bualan Ramadhan, bulan puasa bagi orang-orang Islam. Mereka berdua mengirim kartu ucapan selamat idulfitri kepada sahabat-sahabatnya di berbagai penjuru negri. Pada petang 27 Mai, Ismail al-Faruqi masih bersama dengan mahasiswa-mahasiswanya di Tempel University setelah solat tarawih, dia masih bersama mahasiswanya hingga pukul 00.45, di perkirakan penyamuannya sudah siap di tempat, menunggu korbannya pulang. Melihat al-Faruqi datang dan masuk ke rumah, kemungkinan penyamuannya masuk melalui dendela dengan mencongkelnya dengan obeng.[23]
Menurt sebuah dugaan, Lamya sedang memasak di dapur untuk mempersiapkan makanan sahur. Dugaan yang lain menyatakan Lamya sedang belajar lantas mendengar suara berisik di dapur. Kemudian ia pergi untuk melihatnya, talama kemudia ia sudah didergap oleh penyamun dan Lamya teriak minta tolong. Penyamun tersebut menikam dadanya tiga kali, sehingga ketika itu ia meninggal. Anak perempuannya, Anmar alZeni, yang saat itu sedang hamil dan mengunjungi orang tuannya, tidur di sebuah ruangan di lantai II. Mendengar ibunya menjerit, di alari turun tangga dengan berkata “mama... Mama..., apa yang terjadi?” ketika sampai di dapur,anmar lelihat ibunya meningga bersimpah darah, lantas Anmar al-Zeni menangis dan menjerit. Penyamun yang sembunyi di dekatnya segera menyerangnya, menikamnya beberapa kali di dada dan tangannya. Pada saat inilah al-Faruqi masuk keruangan. Melihat sasaran utamannya datang, penyamun tersebut bergegas meninggalkannnya dan perpaling untuk menyerang al-Faruqi. Dengan segala kemapuan al-Faruqi melawan penyamun, yang memang tangguh, Ismail al-faruqi yang akhirnya terpukul jatuh ke lantai dan meninggal. Pada dada dan terdapat tigapuluh luka. Melihat suasana yang begitu mencekam, Tayuma, anak perempuan bungsu al-faruqi, mengajak banyi anmar yang masih berusia delapan bulan bersembunyi di kamer kecil.[24]
Pada jumat 30 Mai 1986 (21 Ramadhan 1406) jam 13:00 lebih dari 4.000 Muslim berkumpul di The Sister Clara Muhammad School dan masjid muhammad, untuk solat Jenazah, masjid yang biasanya di gunakan al-Faruqi untuk menyempaikan khutbah idul Fitri dan mengimami ribuan jamaah ternyata saat itu berganti umat muslim mengucapkan selamat tinggal kepadanya. [25]
Enam bulan setelah insiden tersebut, yakin pada 17 Januari 1987, The Philadelphia Daily News menganggap prang yang di curigai sebagai pemunuhnya telah di tahan. Berdasarkan informasi dan identifikasi The Philadelphia Muslim Comunity, Joseph Louis Young, seorang laki-laki African-American yang berusia 50 tahun dan tinggal di Mellon Terrace dekat sevent Street, dituduh sebagai al-Faruqi. Jaward Georgr, seorang pengacara di sewa Dewan Memorial, menyatakan pada saat ke Philadelphia dia sempat bertemu dan berbicara dengan seorang identitasnya sangat dirahasiakan, sekalipun bagi polsi. Dia mengatakan akan menirima imbalan apabila Mr. Young bener-bener terpidana. Pada hari yang sama Mr. Young memakai suiter coklat celana panjang dengan tinggi 5 kaki 9 inci seta berat 170 poundes tampak tidak gerogi berdiri di belakang Bali Commissioner Margater Mc Cook di markas besar polisi. Ketika ditanya pada saat laporan singkat apakah dia mengerti tuduhan-tuduhan yang yang di tuduhkan padannya iya menjawab dengan simfel dengan jawaban afirmasi, ya. Sebuah koran tertentu lebih jauh mengungkap sebenernya tidak kriminal Mr. Young yang bener adalah: bahwa sebenernya dia berada di tahanan sejak 26 Oktober 1986 dituduh melukai bekas istriny. Sylvia, dalam sbuah pristiwa tambahan.[26]
Dalam pengakuannnya (Mr. Young) mengaku bener-berner merncanakan pembunuhan beberapa waktu lalu. Orang tersangka tersebut telah banyak di ketahui orang-orang muslim. Khususnya bagi mahasiwa0mahasiswa muslim di Temple University. Dia terkenal di kalangan mahasiswa karna sering meberi tumpangan mahasiswa-mahasiswa Muslim yang tidak memiliki Mobil dan sering terlihat makan munum di cafe dengan mereka di universitas, di masjid juga di pertemuan mereka. Sedangkan orang-orang muslim terus mencurigai bahwa kasus ini tidak sederhan[27]
Hidup Ismail Raji Al-Faruqi berahir tragis setelah ia dan isterinya dibunuh pembunuh gelap di rumahnya di Philadelphia pada tanggal 27 Mei 1986. beberapa penganut menduga bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh Zionis Yahudi karena proyek Ismail Raji Al-Faruqi yang demikian inten untuk kemajuan islam.a sebagai mana yang mereka lihat di depan mata.[28]
Diatas sudah di paparkan bagai mana kematian al-Faruqi yang di sebabkan oleh orang-orang Zionis Yahudi. Al-fariqi menguasai perangkat-perangkat intelektual moderen dengan baik. Al-Faruqi mencurahkan tenaganya untuk mernarik perhatian barat secara umum dan secara Khusus ke pada zionis. Ia yakin bahwa selama ini yang “mendirikan” negara Israel dan memberi angin segar terhadap Zionisme dengan cara menyingkirkan dan jutaan masyarakat palestina. Jadi kita bisa analisis kematian al-faruki bisa di sebabkan dari sini.
Dengan kematian yang tragis yang di bunuh oleh orang Zionis namun Ismail Raji Al-Faruqi merupakan tokoh filsafat yang mempengaruhi kebangkitan islam dalam bidang inteleqtual. Ia amat produktif menulis dan tema tulisannya berkisar dalam bidang filsafat dan pemikiran. Karena gagasan keislamannya tampak bebas dari segala pengaruh madzhab manapun, banyak yang menyebut Ismail Raji Al-Faruqi sebagai pemikir neosalisme. Ia penganut paham islam murni berdasarkan Qur’an dan Sunnah dengan penafsiran modern dan kontekstual.[29]
Proyek islamisasi sains Ismail Raji Al-Faruqi telah memberikan pengaruh pada para pemikir islam di Indionesia, dimana dalam program islamisasi ilmu Ismail Raji Al-Faruqi menekankan perombakan total atas keilmuan sosial barat karena dianggap bersifat Eurosentris yang mana bersifat lebih utuh, jelas dan terinci dibanding dengan islamisasi ilmu yang dilontarkan pemikir lain.
Gagasan Ismail Raji Al-Faruqi secara diam-diam telah menumbuhkan semangat untuk memperbincangkan nasib dan masa depan kaum muslim di tengah-tengah supremasi dan superioritas bangsa barat. Kaum muslim memerlukan energi kolektif untuk penerapan sistem pendidikan islam yang sangat dibanggakan.
___________________________
[2] Johan L. Esposito – John O. Vall. Tokoh-Tokoh Gerakan Islam Kontenporer, Jakarta: RajaGrafindo Persada 2002, hal. 2
[3] Abdurrahmansyah, Wacana Pendidikan Islam Khazanah Filosofis dan Implementasi Kuriulum, Metodologi dan Tantangan Pendidikan Moralitas, Yogyakarta: Global Pustaka, Utama, 2004. hal, 60
[4] Johan L. Esposito – John O. Vall. Tokoh-Tokoh Gerakan Islam Kontenporer, Jakarta: RajaGrafindo Persada 2002, hal. 2
[5] DR. Muhammad Shafiq. Mendidik Generasi Muslim. Yogyakarta. Pustaka Pelajar: 2000 hal. 16
[6] Ibid 16
[7] Johan L. Esposito – John O. Vall. Tokoh-Tokoh Gerakan Islam Kontenporer, Jakarta: RajaGrafindo Persada 2002, hal. 2
[8] DR. Muhammad Shafiq. Mendidik Generasi Muslim. Yogyakarta. Pustaka Pelajar: 2000 hal. 18
[9] DR. Muhammad Shafiq. Mendidik Generasi Muslim. Yogyakarta. Pustaka Pelajar: 2000 hal. 21
[11] Akbar S. Ahmad, Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, Jakarta: Erlangga, cet. 1, 1992. Hlm 231
[12] Ibid
[13]Jalaluddin dan Said Usman. Filsafat Pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangan Pemikirannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1994
[14] Nasution, Harun. Ensiklopedi Islam Indonesia , Jakarta: Jambatan 1992
[15] file:///C:/Users/userpc/Downloads/SPMDI.htm (di akses hari senin tanggal 3 Mei 2016 Jam 15:22)
[16] ibid
[17] Johan L. Esposito – John O. Vall. Tokoh-Tokoh Gerakan Islam Kontenporer, Jakarta: RajaGrafindo Persada 2002, hlm. 1
[18] Ibid. 1
[19]file:///C:/Users/userpc/Downloads/Pemikiran%20Pendidikan%20Agama%20Islam%20%20Biografi%20Ismail%20Raji%20Al-Faruqi.htm (hari akses hari Senin tanggal 2 Mei 2016 Jam 14.47)
[20] Ibid
[21] DR. Muhammad Shafiq. Mendidik Generasi Muslim. Yogyakarta. Pustaka Pelajar: 2000 hal 17
[22] ibid
[23] ibid
[24] ibid
[25] ibid
[26] ibid
[27] ibid
[28] Taufik, Ahmad. Sejarah Pemikran dan Tokoh Modernisme Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005
[29] ibid