Penebaran Islam Prabu Pucuk umum di Majalengka
Prabu Pucuk umum merupakan salah satu Raja yang pernah memerintah di kerajaan Talaga Manggung yang pada akhirnya beliau masuk islam setelah di islamkan oleh seseorang terkemuka Agama Islam di Cirebon yang pada waktu itu terkenal dengan Kesultanan Cirebon (Sunan Gunung Jati). Pada abad ke 15 di Majelangka Selatan berdiri Kerajan Talaga Manggung yang di dirikan oleh Sunan Talaga Manggung putra Pandita Prabu Darmasuci putra Batara Gunung Picung putera Suryadewata putera bungsu dari Maharaja Sunda yang bernama Ajiguna Linggawisesa (1333-1340) di Galuh Kawali, Ciamis.
Kerajan Talaga manggung yang awalnya menganut agama Hindu-Buddha yang memerinta di daerah kawasan Majalengka Selatan. Awal kerajan talaga manggung yang awalnya terletak di Sangiang yang kemudian lokasinya kini di kewadanaan Talaga adalah bekas salah satu kerajaan, yang terletak di Kabupaten Majalengka, bertahta bernama Sunan Talaga Manggung, asal keturunan Raja Prabu Siliwangi yang dimaksud mungkin Suryadewata putra Maharaja Ajiguna Linggawisesa. Kerajaan di Sangiang. Dia mempunyai dua orang putra, satu laki-laki dan satu perempuan, yang laki-laki bernama Raden Panglurah dan yang perempuan bernama Ratu Simbar Kencana.
Ratu Simbar Kencana padawaktu itu menjadi seorang ratu Talaga Manggung yang menggantikan suaminya menurut narasumber bahwa ketika itu yang membunuh ayahnya Sunan Talaga Manggung ada kaitannya dengan suaminya yaitu Palembang Gunungyang menyuruh Centang Barang untuk membunuh Sultan Talaga Manggung dan pada akhirnya Sunan Terbunuh Oleh tombak. Tombak tersebut adalah sebuah tumbak yang sangat perkasa dan hanya salah seorang keprcayaan dari sunan yang bisa mengambil Tumbak tersebut. (wawancara 14/05/2016)
Menutur narasumber bahwa kehancuran kerajan Talagga Manggung pada waktu itu Palembanga Gunung Mendapat kabar tentang peristiwa itu, lalu ia berangkat menengoknya, tetapi keraton tidak ada, hilang dengan seisinya, hilang menjadi situ yang sekarang dinamakan Situ Sangiang Talaga. Setelah keadaan keraton hilang, Patih Palembang Gunung diangkat menjadi raja di Talaga. Setelah Ratu Simbar kencana Mengetahui bahwa Yang melakukan pembunuhan terhadap ayahnya oleh suaminya maka ketika itu Palembang Gunung Sedang Tertidur lehernya di gorok oleh tusuk konde Simbar Kencana dan ketika itu iya menadi seorang ratu di Kerajan talaga manggung yang pada waktu itu di pindahkan ke Walang Sujin (Desa Kagok). (Kosi Kosasih, wawancara 21/05/2016)
Setelah kedatangan Raden Panglurah dari petapaannya Ratu Simbar Kencana menceritakan apa yang telah terjadi, Raden Panglurah menyuruh Nyi Ratu Simbar Kencana Untuk memerintah Kerajan dan setelah itu Raden Panglurah berserta prajuritnya datang ke lokasi yang tadinya berdiri kerajaan ayahnya namun kini telah menjadi sebuah Situ di ceritakan Raden pangluran menghilang dengan prajuritnya setelah masuk ke situ tersebut maka keyakinan atau cerita-cerita yang timbul di masyarakat setempat bahwa ikan-ikan yang terdapat disanal adalah jalman dari prajurit-prajurit Kerajan Talaga Manggung yang berawal di Sanginag. (Kosi Kosasih, wawancara 21/05/2016)
Ratu Simbar Kencana menikah lagi deangan Raden Kusumalaya Ajar Kutamangu, keturunan Galuh dan mempunyai putra Sunan Parung, dan setelah Ratu Simbar Kencana meninggal dunia, kerajaan pun diturunkannya kepada putranya Sunan Parung. Sunan Parung. Sunan Parung mempunyai putra istri bernama Ratu Parung, melanjutkan kerajaannya dengan mempunyai suami Raden Rangga Mantri putranya Raden Munding Sari Agung, keturunan Prabu Siliwangi atau Pajajaran. (Kosi Kosasih, wawancara 21/05/2016)
Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umum. Dari waktu itu Raden Rangga Mantri dan Ratu Parung agamanya ganti menjadi Islam dari semula beragama Budha, yang dikembangkan oleh Syarif Hidayatullah. Raden Rangga Mantri setelah menjadi Islam namanya diganti Prabu Pucuk Ulum. Prabu Pucuk Ulum mempunyai putra bernama Sunan Wanaperih yang akhirnya menjadi raja bertempat di Walang Suji (Desa Kagok). Sunan Wanak Perih mempunyai putra Ampuh Surawijaya Sunan Kidak. Setelah Sunan Wanak Prih Meninggal dunia tahta kerajaannya diturunkan kepada Ampuh Surawijaya dan kerajaan dipindahkan dari Walang Suji ke Talaga. (Kosi Kosasih, wawancara 21/05/2016)
Jadi itulah sebaian ceita/pokrir yang berkembang di masyarak dan silsilah kelahiran Sunan Parung yang sampai saat ini Makam beliau masih ada dan Ramai di datangi oleh orang-orang yang berzarah. Sunan parung adalah keturunan ketiga dari Sunan Talaga Manggung yang pada akhirnya memeluk aga islam yang telah di islamkan oleh Sunan Gunung Jati. Sunan Parung mempunyai kontri busi yang sangat baik ketika beliau menjdai seorang Raja dan memingpin kerajan tersebut menjadikan daerah tersebut Sebagai daerah yang berbasis agama islam.
Penyebaran Islam yang di lakukan oleh Sunan Parung
Situ sangainag yang saat ini terletak di Desa Sanginag Kecamatan Bancaran Kabupaten Majalengka tepatnya di sebelah Selatan Kota Majalengka. Fungsi dari Situ tersebut mempunyai dua fungsi yang pertama adalah sebagai pusat pariwisata dan kedua adalah sebagai tempat Zarah. Sudah di jelaskan di atas bahwa situ yang awal dari Sebuah kerajan yang di tenggelamkan dikarnakan Raja pertama Sunan Talaga Manggung di bunuh oleh menantunya yaitu Palembang Gunung yang menikah dengan Ratu Simbar Kencana.
Sunan parung atau Prabu Pucuk Umum merupakan anak dari Ratu Simbar kencana yang awalnya memeluk Agama Hindu kemudian menjadi Agama Islam setelah di Islamkan oleh para penyebar dari Cirebon. Sunan parung juga belajar dengan Ayahnya kusumalaya keturunan galuh yang kemudian mepunyai pedeokan-pedepokan iya mengajarkan dan mewiridkan ajaran-ajaran ilmu Agama islam. Sunan Parung dan Kusumalaya sama-sama menyebarkan Agama Islam melalui padepokan-padepokan tersebut. (Kosi Kosasih, wawancara 21/05/2016)
Setelah kepindahan kerajan yang tadinya di Sangiang namun di pindahkan ke kagok disinilah awal penyebaran agama Isalam di wilayah Talaga dan ada sebuah kejadian perang antara Cirebon, Demak dan Talaga entah kesalah pahaman apa yang menyababkan dengan tiba-tiba saja pasukan yang di bantu dengan pasukan Demak menyerang Talaga. Sementara itu terjadilah peperangan hebat antara pasukan Talaga yang di pimpin langsung senopati pangeran Aria Kikis/Sunan Wanaperih (Sunan Wanaperih adalah anak Prabu Pucuk Umum (Sunan Parung). Dengan metode penyebaran agama Islam melalui pendekatan-pendekatan pendirian padepokan dan yang nantinya oleh aknya Sunan Wanaperih membuat pesantren yang pertama di Majalengka (Kosi Kosasih, wawancara 21/05/2016)
Senopati putranda pucuk Umum Talaga. Pangeran kiansantang adalah putra dari Raden Pamanah Rasa (Prabu Siliwangi II) dari istri beliau yang bernama Nyai Sumbang Larang dari Singapura Cirebon. Pangeran cakra buana ini memiliki seya dari seibu yang bernama Nyai Rarasantang atau yang selanjutnya disebut sarifah Mudaim (ibunda Syarif Hidayattulah). Pangeran kian santa adalah seorang Wali Islam dan “Pendekar Islam” yang berdarah sunda. (Kosi Kosasih, wawancara 21/05/2016)
Di medan laga sekalipun prajurit-prajurit Kerajaan Talaga di bantu ketat oleh Puragabaya serta pendekar dari pedepokan-pedepokan baik dari pesantren-pesantren Islam maupun padepokan para pendekar dalam oleh kanuragaan, namun Jumlah dan kekuatan prajurit jauh lebih kecil dari jumlah serta kekuatan pasukan penyerobot. Dengan gaung takbir Akbar, serentak kerajaan Talaga dengan kecepatan dan kesigapan yang luar biasa menerjang lawannya dan terus mengikis habis menyerobot yang tanpa kesopanan dan tatakrama itu. Dan pada akhirnya para penyerobot kerluar dari wilayah Talaga. (Kosi Kosasih, wawancara 21/05/2016)
Padakakhirnya ada sebuah pertemuan yang di lakukan oleh keraton Cirebon, Demak dan Talaga yang di lakukan di keraton Cibularang, dan pada saat itulah kanjeng Sunan Cirebon bersabda “ bahwa peperangan itu sungguh ditakdirkan Allah, tetap bukan perang Agama tetap hanya ada satu kali perang agama, yaitu antara Demak dan Majapahit. Terjadinya peperangan Talaga hanya karena tindakan keliru dari pasukan cirebon dan Demak. (Kosi Kosasih, wawancara 21/05/2016)
Kemudian pada waktu Susuhun Jati mengizinkan pangeran kikis untuk bertafakur di kampung Wanaperih/Kagok untuk melanjutkan Penyebaran Agama Islam. Setelah pristiwa itu Sunan Parung dan Sunan Wanaperih semakin gncar menyebarkan agama Islam dan tak lama dari peristiwa itu ayah Sunan Wanaperih Sunan Prung meninggal dan di kuburkan di Sanging menurut beliau di kuburkan di Situsanging karna awalnya banyak yang berjarah ke situsanging kepada Sunan Talaga Manggung, Raden Panglurah dan nyai Simbar Kencana yang konon menghiah ke Situsangiang dan saat itulah banyak pejarah datang yang mengetahui hal tersebut dan Sunan Parungpun di makamkan di dekat Situ (Kosi Kosasih, wawancara 21/05/2016)