Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dinasti Kecil di Timur Baghdad Dinasti Saffariyah (867-903)

Dinasti SAffariyah

Dinasti Saffariyah (867-903)

Ruang Kelas - Peradaban Islam di timur Baghdad terdapat sebuah dinasti Saffariyah yang berkembang sejak tahun 867 M. Merupakan dinsati kecil yang memerdekan diri dari Daulah Abbasiyah yang dulunya merupakan baian dari Daulah Abbasiyah. Kini Dinasti Saffariyah menjadi sebuah kerajaan yang mandiri dan memunyai wilayah kekuasa.

Daulat Abbasiyah (750-1258) yang telah berjasa dalam memajukan umat Islam. Hal ini ditandai dengan kemajuan diberbagai bidang Ilmu Pengetahun, peradaban, kesenian, dan filsafat. Setelah Khalifah Harun Ar-Rasyid, kekuasan dinasti ini mulai goyah dan tidak bisa mempertahankan integritas negrinya, baik di bagian barat dan bagian timur Baghdad. Di bagain timur menurut J.J. Saunder berdiri dinasti-dinasti kecil, yaitu Thahiriyah, Saffariyah, dan Samaniyah. Dari ketiga dinsati kecil itu pada kesmpatan ini akan membehas mengenai Dinasti Saffariyah.

Menurut Philip K. Hiti yang di kutip dari Buku Sejarah Peradaban Islam karangan Dedi Supryadi, M.Ag, menjelaskan bahwa Dinasti Saffariyah didirikan oleh Ya’kub Ibn Al-Latis. Dinsati ini lebih singkat dibandingkan dengan Dinasti Thahiriyah. Dinasti ini hanya bertahan 21 tahun. Ia berasal dari keluarga perajin tembaga dan semenjak kecil bekerja di perusahaan orang tuanya. Keluarga ini berasal dari Sijistan. Selain ahli dalam bidang ini ia juga gemar merampok, tetapi dermawan terhadap kafir miskin. 

Sekalipun singkat, kelompok Saffariyah ini memiliki kekuasaan yang cukup luas dan megah Ya’kub mendapat simpati dari pemerintah Sijistan pada waktu itu karena memiliki keseponan dan keberanian. Oleh karena itu, Ya’kub tidak memimpin pasukan untuk memerangi pembangkang dari terhadap Daulah Abbasyiah dari bangian timur, khususnya di Sijistan. Ketika Ya’kub menjadi panglima perang, ia berhasil mengalahkan para pembengkang dalam waktu relative singkat. Akhirnya, ia berjalan sendiri tanpa menghiraukan perintah Baghdad setelah ia menjabat ‘Amir di Khurasan. Selanjutnya, menguasai kota Harat dan Bugas. Setelah mengusir tentara Thahiriyah, akhirnya ia menjadi pimpinan di daerah itu. 

Ya’kub sangat berambisius menduduki kekuasnnya dengan gerakannya yang membabi buta. Hal ini sebenarnya sudah diperingatkan oleh khalifah di Baghdad pada waktu itu, namun ia tidak memerdulikan lagi apa yang dilarang oleh pemerintah pusat. Ia menentangnya dan melannutkan geraknnya sampai Persia. Irak Ahqaz. Karna faktor ini lah, Boswart menyebutnya bahwa Dinasti Saffariah ini luas.

Saffariyah juga dikenal sebagai dinasti yang dipimpin oleh rakyat jelata, dan prilaku mereka seperti bandit dan yang menjadi elemen-elemen mereka tokoh-tokoh radikal. Ya’kub menjadi pemimpin dinastinya kurang lebih 11 tahun. Setelah ia meninggal tahun 87, kepemimpinnya diserahkan kepada saudaranya, Amr Ibn Al-Latis. Sikap Amar ini tidak keras, seperti saudaranya Ya’kub, bahkan sebelum ia menggantikan Ya’kub, ia telah mengirimkan surat kepada pemerintahan Baghdad yang intinya akan mengganti petunjuk yang diberikan Baghdad kepada daerahnya. Dengan demikian, pengakatan Amr pun mendapat sokongan dari Baghdad. Meskipun demikian, tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa surat itu dimaksudkan sebagai tujuan politik agar Baghdad mendudukinya. Fakta yang ada adalah Amr akan menaati seluruh Bahdad. Kenyataan ini didukung pula oleh fakta bahwa setelah ia menggantikan kakanya, hubungan Baghdad debfab Saffariyah semakin baik. Namun, ada analisis yang menyebutkan, Baghdad melunak terhadap Amr dengan tujuan mencengangkan suasana, dan setabiltas politik, karna jika Al-Mu’tamad tidak mendukungnya dihawatirkan kelompok Amr ini akan menambah masalah. Sekalipun demikian, kekuasaan amir ini dieliminasi sehingga, luas wilayahnya tidak seluas seperti yang dikuasai oleh Ya’kub. Di antaranyawolayah yang dicabut Khalifah adalah Khurasan, dan diberikannya kepada Muhmud bin Thahir.

Pada saat khalifah Baghdad dipegang oleh Al-Mu’tadid, Baghdad tetap mengakui kekuasaan amr, sekalipun mendapat perlawanan dari kalangan istana. Pembesar Istana menahan Amr, kemudian meberikan kekuasannya kepada cucunya, Thahir Ibn Muhammad Ibn Amr. Setelah Thahir Ibn Muhammd Ibn Amr, kekuasannya di berikan kepada saudaranya Al-Laits Ibn Ali Ibn Al-Latis, tetapi khalifah ini berhadapan dengan As-Sabkri, yaitu pembantu Amr Ibn Al-Laits. Pada saat itulah terjadi perebutan kekuasaan dan berakhirlah riwayat Dinasti Safariyah.