Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Peristiwa Perang Padri

RuangKelas17 - Sumatra Barat merupakan bagian dari Indonesia, mempuyi peristiwa sejarah ynag sangat heroic yaitu peristiwa Perang Padri yang melibatkan Kaum Padri dan Kaum Adat. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1803-1838 M yang merupakan pertentangan yang berkaitan dengan pertentangan adat kebiasan dan agama.

Sejarah Perang Padri

Perang padre yang terjadi di Minangkabau ini merupakan sebuah gerakan keagaman. Gerakan Padri merupakan gerakan “kaum putih” (gerakan Islam mazhab Hambali atau gerakan Wahabi) yang berkembang di bawah kepemimpinan Tuan Nan Rentjeh, dan kemudian tokoh-tokoh lainnya seperti Haji Miskin, Haji Piobang, Haji Sumanik, Tuanku Imam Bonjol (Peto Syarif), Tuantu Rao, dan lain-lain.

Gerakan Keagaman dan Gerakan Sosial

Gerakan Padri ini merupakan gerakan sosial rakyat pada umumnya selalu dikaitkan dengan paham peraktek keagaman yang ingin kembali pada agama yang dipandang atau yang diyakini murni sesuai sumbernya yakni dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi tanpa tercampur baur dengan apapun seperti syrik, bid’ah dan khurafat.

Dalam gerakan Padri dengan semangat pembaharuan kembali kepada Islam yang murni atau asli sebagimana ciri kaum Wahabi atau Salafi, memang sangat kontra . sjafnir Aboe Najim mempertegas bahwa gerakan Padri yang berwatak wahabi itu bahwa misi mereka adalah memberesihkan berbagai pengaruh adat berlawanan dengan ajaran Islam. Ide ini timbul ketika mereka berkenalan dengan ajaran kauam Wahabi di Makah saat mereka menunaikan ibadah haji Target mereka tuju ialah puritanisme agama Islam secara menyeluruh, yakni ketatan mutlak terhadap agama, shalat lima waktu, tidak merokok, dan berjudi serta menyabung ayam.

Dari kebiasan tersbut, dilakukan oleh masyarakat yang disebut degan Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya. Kebiasan tersbut seperti yang sudah dijelaskan di atas yaitu perjudian, menyabung ayam, minuman keras, meroko dan meliputi aspek hukum adat mengenai matriarkat mengenai warisan, serta longgarnya pelaksanan ritual agama Islam. Tidak adanya kesepakatan dari Kaum Adat padahal telah meme;uk agama Islam untuk meninggalkan hal tersebut memicu kemarahan Kaum Padri Sehingga Pecahlah peperangan pada tahun 1803.

Peperangan ini merupakan termasuk pada perang saudara yang melibatkan sesame Minang dan Mandaling. Perang padre merupakan termasuk pada peperangan yang sangat panjang yang menguras harta dan pengorbanan jiwa dan raga. Sehingga peperangan ini meruntuhkan Kerajaan Pagaruyung, sampe terdampak merosotnya perekonomian masyarakat sekitarnya.

Setelah terdesak dalam peprangan Kerajaan Pagaruyung yang dipimpin oleh Sultan Tangkal Alam Bagagar sampai meminta pertolongan kepada Belanda pada tahun 1821, walaupun tidak adanya suatu perjanjian dengan mengatasnamakan Kerajaan Pagaruyung. Akibat dari itu, Belanda menjadikannya sebagi tanda penyerahan Kerajaan Pagaruyung kepada Pemerintah Hindia Belanda, kemudian mengakat Sultan Tangkal Alam Bagagar sebagai Regent Tanag Datar.

 Keterlibatan Belanda dalam perang semakin memberikan pengaruh buruk pada konflik yang sedang ada sehingga beberapa kali terjadi beturan anata Akum Adat yang dibantu oleh Belanda serta Kaum Padri. Tercatat bebrapa peristiwa penting da;am perag tersebut dimuali pada bulan April 1821 atas perintah Residen James di Padang peprangan ini sampai tahun 1833. Sampai saatnya pada tahun 1833 maulai muncul suatu kompromi Antara Kaum adat dan Kaum Padri. Komromi tersebut antaralain untuk bersama-sama melawan Belanda.

Dari peristiwa Perang Padri itu yang dilator belakangi oleh gerakan sosial atas kebiasan dari Kaum adat yang menurut Kaum Padri menyimpang dari ajaran Agama Islam yang kemudian menjadi awal dari perang Padri ini. Sehingga ketika itu kaum adat meminta pertolongan kepada Belanda. Namun, setelah adanya kompromi antara Kaum Padri dan Kaum Adat untuk bersatu melawan Belanda.

Penulis : Hermawan Arisusanto, S. Hum
Editor : aris