Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menemukan Peradaban Karya Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary

Karya Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary

Menemukan Peradaban

Ruang Kelas - Sebuah karya dari yang sangat bagus dari Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary yang itu Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam. pada kempatan kali ini penulis akan membahas sedikit tentang isi buku dari karya Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary. berikut isi dari buku Menemukan Peradaban;

• Arkeologi Dan Setudi Islam

Dalam hal ini dalm pandang sudut arkeologi pokok pembahasan yang akan di ketengahkan yaitu sejauh mana arkeologi sebagai salah satu di siplin ilmu, dapat mengaruh konsep, metode dan teknik bekerjanya dalam setudi islam. Bahwa setudi islam disuatu sisi adalah setudi buday, dan disisi lain setudi yang berbeda dan bersipat yang berbeda di islam dari sudut panda arkeologi mulai pendekatan etik. Setudi Islam (Islamic Studies) bagai mana putn harus berada dalam kerangka sumber pokok Agama Islam, Al-Qur’an.

Kitab samawi ini diturunkan untuk mejadi pegangan manusia atau mereka yang ingin memperoleh kebahagian akhirat. Kitab yang berisi ajaran-ajaran yang disebut rukun iman dan rukun islamini sekaligus mengandung ilmu pengetahuan tentang bahasa arab (nahu dan balaghah), syar’ah, tafsir, hadist, fiqih, dan usul fiqih, ilmu kalam, dan filsafat.

Dalam setudi islam khususnnya sejarah, waktu-waktu tertentu dipahami sebagai masa penciptaan langit dan bumi serta isinya, termasuk penciptaan manusia-manusiapertama penghunia surga yang kemudian di usir ke kebumi karena dosa yang telah mereka lakukan. Namun penafsiran ilmiah melalui penalaran manusia, dengan analisa logika, mengenai asal usul manusia pertama tidaklah perlu dipertentangkan dengan konsef manusia pertama seperti disebut dalam kitab suci, Adam dan Hawa. Sebab dalam hal ini landasan yang di pakai adalah etika, yakni keyakinan dengan kebenaran, iman, serta menelaah isi kitab suci. Kedua paradigma ini, logika dan etika, memeng tidak perlu dikompromikan. Hal tersebut justru merupakan awal munculnya sejarah Islam, sebagai mana masa lalu yang sebelumnya telah tersisi oleh budaya-budaya dan tradisi-tradisi besar.

• Pendakatan Arkeologi

    Dalm hal ini data arkeologi sebenernya amat berbeda dengan data ilmu sejarah. Apabila ilmu sejarah adalah sumber tertulis, termasuk wawancara, maka data arkeologi adalah benda-benda bukan tulisan, kendali para arkeologi sejarah digunakan pula data tertulis. Arkeologi lebih bnayak memberikan perhatian pada benda-benda budaya material, baik dalam tingkat observasi, deskripsi maupun eksplanasi.

• Arkeo-Islamologi dan Arkeologi Islam

    Sebagian besar peristiwa-peristiwa dalam peroses sosialisasi Islam di pusat-pusat Islam meninggalkan bekas-bekas yang masih terpelihara, dan sebagian diantaranya dijadikan objek-objek pezarahan dalam posisi perjalan haji. Arkeologi dalam hal ini dengan keterbatasan dan subyektivitas yang dimilikinya, dapat menganalogikan peristiwa yang mirip didunia islam dan bahkan di islam pinggiran.

• Arkeologi Dan Penelitian Agama Di Indonesia

Mencapai perkembangannya sekitar hampir dua abad, arkeologi, dibanding disiplin ilmu-ilmu lain seperti antropologi, sosiologi, dan bahkan sejarah bisa dikatakan tidak banyak mengalami perkambangan teoritik yang penting. Dalam peraktiknya, arkeologi justru banyak penggunaan disiplin ilmu-ilmu tersebut diatas.

Namun demikian, berangkat dari pandangan bahwa arkeologi adalah suatu disiplin ilmu, depinisi paling sederhana barang kali bisa di katakan disini. Arkeologi adalah “to wriet history from surviving material sources” maka dari depinisi ini, salah satu kegiatan arkeologi paling mendasar adalah ekskavsi: melakukan kegiatan mengumpulkan benda-benda dari dalam tanah melalui penggalin untuk mengungkap kehidupan manusia di masa lampau. Para para arkeologi di tuntut hanya memiliki pengetahuan teoritik tentang disiplin ilmu ynag dipelajari, tetapi sekaligus juga keterampilan lain untuk menjadi trade mark sebuah kajian Arkeologi.

Bisa dikatakan bahwa pendekatan arkeologi pada artepak bangunan di samping bangunan yang memng tidak berkaitan dengan aspek bangunan tidak bisa dilihat semata-mata dari bentuk dan arsitekturnya. Melainkan ia juga harus melibatkan kajian aspek fungsional, setruktur dan behavioral pada konteks masayarakat yang membuatnya dengan tiga pendekatan, bahwa kita bisa menangkap persepsi masyarakat termasuk persepsi keagamaan pada wujud ekspresi karya seni yang dihasilkannya. Dalam hal ini menampak kecenderungan masyarakat indonesia khususnya pada tahap-tahap awal Islamisasi, untuk menerima konsversi agama dengan tetap melanjutkan tradisi-tradisi budaya yang berlaku sebelumnya.

• Artefak Keagamaan Dalam Kajian Arkeologi

Bida dikatakan bahwa Arkeologi mengaruh pada penyelesanyan mendasarterhadap rekontruksi kehidupan masa lampau atau sejarah kebudayaan, memahami dan menjelaskan perubahan-perubahan yang pernah terjadi, dan memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan yang terjadinya perubahan-perubahan tersebut. Salah satu rekontruksi tersebut afalah kronologi yang dapat di tentukan, antara lain, dengan menerapkan analisa kualitatif tetap memang perlahan penting, terutama untuk menghunungkan kehadiran satu artibut dengan artibut lain, satu konteks dengan kontek lain, baik dalam sebuah artefak, kumpulan dalam himpunan.

 Hal ini bahkan berarti bahwa analisis kuantitatif menjadi tidak atau kurang berarti. Sebaliknya, anslisis kuatitaif dapat diterapkan keberbangai penguji generalisasi yang diperoleh atau yang dihasilkan oleh analisa kualitatif, dismping juga secara kuatintatif kita bisa menetapkan sampel analisis artefaktual bersifat lepas, tidak bisa diketahi fosisinya dalam kaitan dengan tiga dimensi diatas khususnya artefak-artefak sejarah namun sesudah dilakukan penganalisasn kualitatif dapat dicarikan perbandingannya melalui setudi bahan-bahan sejarah (written atau oral history) maupun antropologi dan ento-arkeologi.

• Arkeologi Islam Indonesia Gambaran Umum

Penyebaran agama islam ke bebagai wilayah, termasuk di Indonesia, berlangsung sejalan dengan perosis tras pormasi agama tersebut, baik sebagai doktrin ataupun unsur-usnsur budaya masyarakat muslim. Dalam pase ini peningalan arkeologi islam Nusantara sebagai data arkeologi merupakan bagian integral dari seruruh data sejarah yang terlibat dalam penyusunan sejarah nasional terlepas beberapa besrnya proses persentasenya dan sekaligus menggambarkan kondisi aktual profesional yang terlibat dalam kajian arkeologi silam, bigitu pula dari peningalan-peninggalan arkologi islam tersebut dalam dalam bidang kajian arkeologi islam tersebut pula dikembangkan gagasan-gagasan kreatif [ara seniman musilm.

Peninggalan arkeologi Islam Nusantara memperlihatkan signifikansi penelitian, seperti (1). Masjid berarsitektur tradisional umumnya berusia tua, mencerminkan awal sosoialisasi Islam setempat (2). Dalam perosis ini teranisasi dan sosialisasi islam terjadi simbiosis mutualisasi dalam bentuk fisik, bukan pada level sinkretisme ajaran (3). Kelompok islam Nusantara dalam perjalanan sejarahnya belum pernah terlibat dalam gejolak-gejolak primordialistis keculai ketegangan-ketegangan dalam para penguasa, khususnya pemerintah kolonoial belanda atau alat-alat kolonial belanda (4) bahasa melayu, sebagai akar bahasa indonsesiadewas ini, pada penyebaran islam di Nusantara menjadi; lingua franca seperti ditunjukan dalam inskripsi-inskripsi nisan muali dari aceh samopai ke bima, Ternate, Gowa., dan sebagainya (5). Komunitas muslim dapat berkoeksistensi secara damai dengan kelompok agama apapun, seperti terlihat bekmbangnya puncak kejayaan kerajan tersebut (6). Islam nusantara tidak pernah bergejolak disintregatif dan atu sepreatis, terutama dilhat dalm hubungan antar masyarakt nusantara. Ini merupakan model utama dalam integrasi Nusantara sebagai wadah negara kesatuan (7) identifikasi peninggalan nisan-nisan di nusantara memperlihatkan secara jelas bahwa sosialisasi islam di wilayah tersebut melalui peroses penjaga dan bukan sekedar peristiwa keketika yang berlaku umum.

BAB II

• Arkeologi dan Sejarah Islam Indonesia.

    Dari segi metodologi, kajian ini berusaha menjelaskan semua pon dengan menggunakan pendekatan arkeologi sejarah. Dengan pendekatan ini, bahasa materi menggunakan dua sumber data sejarah berupa tekstual dan artefaktual data ini di analisis dengan dengan sikap keritis sebagai mana lazimnya data artefaktual di analisis dengan menggunakan metode arkeologi, yakni mnganalisis data berdasarkan kidah-kaidah arkeologi. Dalam hal ini, data artefaktual dilihat sebaimana dari budaya material, yang merupakan pondok budaya yang memberi informasi kepada kita tentang karya budaya masyarakt di masa lalu.

Tahapan isalmisasi

Tahapan silamisasi ini di bagi ke beberapa pase diantaranya sebagai berikut :

Fase pertama: kehadiran para pedagang muslimin

Fase kedua: terbentuknya kerajaan islam (13-14 M)

Fase ketiga pelembagaan islam

• Arkeologi sebagai sumber sejarah Islam

Arkeologi khususnya dalam hal ini arkeologi islam, merupakan salah satu instrumen analisa untuk menelusuri sejarah islam di indonesia sebagai bagian tidak terpisahkan dari sejarah bangsa ingdonesia secara umum. Temporal kejayaan arkeologi isalm indonesia meliputi aspek-aspek kesejahtraaan dan kepurbakalaan dari masa lampau, tepatnya sejak isalm mulai di perkenalkan, disosialisasikan, tumbuh, dan berkembang sampai pada puncaknya, hingga masa ketika islam mengalami masa surutnya secara politis di indonesia. Fase terakhir ini adalah ketika merka berhadapan dengan domonasi bangsa eropa yang menjajah nusantara.

Penelitian arkologi isalm, suatu bidang arkologi di indonesia yang mencangkup aspek-aspek masa indonesia Islam telah di coba kembangkan dnegan berbagai kajian yang relevan. Seharusnya dilakukan pengembangan metodologi ini semnakin terasa penting mengingat pada awalnya, kajian arkologi islam sebagai mana telah dirintis beberapa pakar terdahulu seperti Moquette, Djajadingrat, Cowan, Pijper, dan Damais-lebih menitik beratkan kepada kajian arkeologi denghan ilmu bantu filologi, yang lebih menekankan kepentingan pengetahuan dan pembenaran sejarah, ketika indonesia merdeka dan arkeologi sudah ditangani para arkeologi indonesia, arkeologi Islam di kembangkan Uka Tjandrasamitna menghadapi tangtangan pekerjaan yang makin besar. Ini terutama ketika penelitian terhadap situs-situs bekas kota lama melalui kajian arkeologi perkotaan mualai di kembangkan.

Adapun data sejarah dari Makam Kuno di Indonesia

1. Makam fatimah binti Maemun

2. Makam maulana malik Ibrahim di Gersik

3. Makam Nabrisuah di Pasai, Aceh Utara

4. Makam-makam kuno di komplek makam Troloyo Trowulan, Jawa Timur

5. Makam-makam di pakuburan Gowa-Tallo, sulawesi Selatan

6. Mkam raja-raja Bima

7. Makam Raja-raja Ternate

BAB III

• Peninggalan Arkologi Kota-kota Islam

Kehadiran makam-makam di Jawa berhubungan erat dengan perkembangan dan sosialisasi Islam. Muslim dari berbagai kawasn India, Arab, dan Persia telah mengadakan kontak dengan komunikasi Jawa atau Nusantra pada abad-abad ke 7-8, dan teruh berlangsung diabad-abad sesudahnya. Tanda kedatangan islam di jawa sangat jelas nampak jelas dariadanya kuburan diadareh Leles Gersik, sebelah barat sutabaya. Setelah satu nisan makam dalam kelompok tersebut berangka tahun 475 H/ 1082 M dengan nama fatimiah binti maemun bin Hibatalah. Makam serupa juga terdapat di pandang (phanarang) di Vietnam keduannya memiliki gaya tulisan kufi.

Seiring berkembangnya islam sidaerah pesisir, kerajaan maja pahit menuju keruntuhannya, karena pertentangannya dengan internal kerajaan, dan pemberontakan para bupati, khususnya didaerah-daerah pseisir, padahal di suatu sisi secara ekonomi sangat potensial bagi kelangsungan kerajaan. Raden Patah, putra kerajaan Majapahit, memeluk islam kemudian berkuasa di Demak. Menurut tradisi Jawa. Raden patah pula di bantu oleh para wali mendirikan masjid Demak, salah satu tiang utamanya dibuat dari tatal yang berasal dari Majapahit.

Di pasasi terdapat seorang ulama yang terkemuka, Fatahillah yang melarikan diri ketika di kejar Protugis dan kemudian diterima oleh sultan Teranggonoo di Demak. Setelah menguasi jayakarta, saat itu sebelum islam, kemudian Fatahillah dengan dukungan Sunan Gunung Djati (Syarif Hidayatullah) membebaskan sunda kelapa (1527), kemudian juga menguasi eksitensi kesultanan Banten. Pangeran Trenggono, sultan ke tiga Demak, wapat pada 1546 ketika melakukan penyebaran ke pasurwan di jawa timur. Sepeninggalannya di Demak berulang kali terjadi pembunuhan antar sultan.

Menyusul kemenangan sunda kelapa Fatahillah kemudian memberikan nama Jayakarta. Cirebon oleh sunan Gunung Jati diserahkan kepada putranya, pangeran pasaren, banten diseahkan pada putranya yang lain yang kemudian ber bergelar sunan Gunung Jati, juga dikenal salah sorang sembilan wali penyebar islam di Jawa. Menurut tradisi setempat, di Jatinegara Kaum (Jakarta Timur) terdapat kelompok makam pangeran Jayakarta.

Dengan demikian, sejarah memberikan bahwa kemampuan seleksi serta adaptasi bangsa indonesia itu terutama bersipat alamiah. Sejauh membuktikan bahwa sosio-kultur bangsa indonesia tidak artifisal dan tak pernak jalan di tempat, tetapi selalu ber wawasan kedepan. Cirebon dan Islamisasi di Jawa Barat.

Dalam hal ini secara garis besar tumbuhnya dan kontribusi peradaban isalm bagi cirebon, sehingga mwmbwntuk tingakt budaya cirebon di mas kini. Di samping itu, kajian ini juga melihat peran dan kedudukan Cirebon menempatkan dirinyadalam hunungan negara dengan segala benturan kepentingan, dan kesaman kepentingan, dengan banten, Jayakarta, Demak, Mataram dan Gersik/Giri.

Cirebon menjadi basis soisalisasi islam ke arah barat (sumedang. Jakarta, dan Banten) maupun keselatan (Kuningan, Majakengka). Dengan kedudukan Geogerafi yang setrategis, cirebon berada pada jaringan sosialisasi dan intitusionalisasi Islam muai dari arah timur seperti mataram Demak, Gersk dan Giri. Dari barat yaitu Quro (karawang). Posisi tersebut sekaligus menempatkaan cirebon pada sisi di tengan benturan kepentingan termasuk hubungan dengan mataram yang tak selalu meluas (pangeran Giria ada pada dalam tahanan rumah dimataram dan ketika wafat dimakamkan di mataram). Posisi itu membuat cirebon menjadi penghubung bagi kepentingan Banten-Matarm maupun menjadi Bufer pengaman setrategi Mataran menghadapi Belanda di Batavia.

Bantar banten Kajian Arkologi-Sejarah

Selama mas pemerintahan sultan abdul mahasin zaenul abisin di tahun 1645 setelah melakukan pencatatan (sensu) penduduk kota catatan itu, di beritahulan bahwa kota banten saat itu berpenduduk sekitar 31.484 pada 1708 juga dilakukan sensus penduduk kota Banten.

Tahun 1759-1902 setelah hubungan kunjungan Stravorinus pada 1769 hingga 1787, tidak terdapat sumber-sumber yang lain yang mencatat perkembangan kota ini; menurut breughel, yang menulis tentang banten pada 1787 ada beberapa gedung dan penjara, selain sebuah pendopo dengan platrom setinggi 10-12 kaki memahami permukiman alun-alun bagian-bagian permukiman penduduk kota asli kota itu tampak tidak terlalu bnyak berubah, banyak beberapa rumah yang beratap genteng. Kemudian banten terbakar pada 1808-1809 sesudah tahun itu berita tentang banten hanya mencatat bahwa kaibon didirikan keraton pada 1815 untuk ibu sultan Rafiuddin.

Hal yang perlu ditekankan, bangunan-bangunan kuno pada bagian-bagian kota surabaya perlu dikonsverasi lebih lanjut. Memang sudah ada daftar dari 87 bangunan bernilai sejarah di kota surabaya ( penelitian gudang-gudang bernilai sejarah di kodya surabaya 1989/1990), namun perlu dilakukan secara budaya terhadap bangunan-bangunan tersebut, melalui kerjasama dengan pihak Suka Purbakala Jawa Timur. Selain 87 bangunan, perlu juga daftar bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur lain, misalnya jawa, cina, arab, serta peninggalan lain yang merupakan asset suasta surabaya, Ophaalbrung Kalimas (jembatan petekan), dalam upaya konserpasi ini perlu diperhatikan, sasaran tidak hanya bangunan tetepi juga lingkungan, misalnya lingkungan perkembangan kuno diampel dan Pacian, selain itu, juga dilakukan konservasi pada toponim-toponim kuno.

Konservasi atas aspek-aspek aekeologis surabaya kuno pada saat ini tidak lepas dari perncanaan perkembangan kota. Oleh karena itu hal itu dihapus jati diri kota surabaya. Pengembangan kota hendaknya dilakukan tiga wilayah surabaya kuno dan beberapa wilayah lain yang menandai tahapan-tahapan perkembangan kota. Disamping itu juga tidak menutup kemungkinan untuk revitalisasi bangunan-banunan kuno sejauh memungkinkan.

BAB IV

• Ekspresi seni budaya Islam Indonesia

Dari dara kali gerafi islam diatas secara kronologi bisa dilihat dari tulisan dan Bahasa Arab yang secara formal digunakan dikawasan nusantara sejak abad ke 11 M dari jenis hurup yang berkembang dari kaligerafi, bahwa bisa disebutkan huruf kufi telah berkembang terlebih dahulu dan umumnya diperkenalkan dengan cara mendatangkan makam atau kuburan dari Cmbay, Gujarat, sejak abad ke 11 masehi. Setelah itu berkembang huruf-huruf jenis lain seperti naskhi dan berbagai huruf kali gerafi di batu, kaca, logam, kayu, dan keretas. Data efigerafi menunjukan bahwa jenis bahwa huruf nashi telah hadir sejak abad ke 8 Masehi, dan kali gelafi telah dijadikan media krativitas untuk seniman untuk mewujudkan kreasi islam. Dalam perkembangan, karya keligerafi, baik yang di hasilkan seniman seniman istana maupun seniman diluar istana, telah berhasil menyerap unsur budaya tersebut. Dalam kaitan ini, munculnya karya-karya kaligerafi dengan motif wayang. Unsur antropomorifik yang sebenernya dilarang dalam karnya seni islam dari merka langgar secara normatif karena merka mewujudkan karya yang pseude antomoporfek dalam bentuk karya yang distylir (digayakan secara tersamar). Dari teks-teks yang tertulis pada makam atau bahasa pengantar dan bahasa tulisan untuk kelompok-kelompok etnis non-Melayu di nusantara, seperti dibima, Gowa-Talla, Ternate Tidore dan sebagainya, kalikerfi sebagai karya seni tetap tumbuh hingga masa sekarang melalui sebuah trasformasi yang dinamis.

Seni Isalm pada dasarnya non-iknonklastik, atau jika ada berkembang sengat terbatas; kehadiaran anasir antromofis dalam kontek seni Islam tidak dianggap sebangai pembangkangan terhadap kaidah normatif, karena penggambarannya tetap tersamar menghormati kaidah pelarangan perlalangan mahluk hidup, dan mahluk digambarkan tetap tidak jelas bener identifikasinya; seni islam yang berkembang, baik di dunia islam maupun di nusantara, tetap merupakan seni Ilahiah, yang mengacu pada keesokan Tuhan yang transenden, absolut tidak dapat dipersenifikasikan secara fuguratif dan seni isalma berkembang dari tahapan syatiat kepada tahapan lebih tinggi (tarekat, hakekat dan marifat)

Dengan melihat islam sebagai fenimena budaya yang masuk ke dalam kebudayan indonesia, ia jelas telah beberapa pembaharuan. Namun dengan demikian, dalam kehidupan sehari-hari islam menerima dan melanjutkan tradisi yang ada dan berlaku sebelumnya. Kita bisa melihat kesinambungan dan tatacara dan adat istiadat yang berlaku sehari-hari pada masyarakat yang menganut islam. Pembaharuan dan adaptasi dalam kesinmabungan ini menunjukan adanya dinamika sosial budaya masyarakt Indonseia yang telah menerima islam sebagi budaya.

• Islam dan pembentukan budaya Banten

Budaya banten yang digambarkan sub-etnik banten pesisiran dan sub-etnik sunda banten selatan di pedalaman secara bersama-sama memperlihatkan hasil interaksi, ubahan dan gubahan konsep-konsep islam disesuaikan dengan budaya lokal. Apabila ini disepakati maka hal itu suatu panduan yang dituding sebagai semkretisasi Islam dalam kontek sunda tau jawa pada umumnya, interaksi ubahan dan gubahan tersebut merupakan proses dan dan mentauhid dan keimanan. yang terjadi adalah penesuaian-penyesuayaan lokal terhadap aspek-aspek budaya material, khususnya dalamhubungan antarmanusia/masyarakat dan lingkungannya.

Maelalui sikap dasar ini budaya banten dironstruksikan dengan berakar fase-fase dan perjalanan sejarah yang panjang. Dokumentruksi dan redefinasi budaya banten diperkukan untuk engaktualisasikan dan memilah-milah aspek-aspek budaya yang menjadi milik masa lampau dan masuk wilayah jati diri dan kesadaran setentangan pembanunan, perubahan,  gelobalisasi, industrisasi dan lain-lain. Redefinisi dan dekontruksi budaya berleberl banten sama sekali bukan bertujuan sekularisasi untuk tujuan-tujuan sempit dan sesat.

Dari kajian naskah yang berkaitan dengan aspek Islam seta peradaban yang di bawanyasaya ingin membuat kesimpulan sebagai sebagai berikut:

Pertama, kehadiran isalm yang kemudian menjadi agama yang dianut masyarakat. Sunda yang kemudian sosial yang tidak terpisahkan sosial yang tidak trpisahkan dari budaya dan adat istiadat sunda agama dan kehidupan agama sosial budaya bagian suatu yang inegral. Hal ini karena proses islamisasioleh para wali dan ulama dilakukan dengan cara-cara yang dapat diterima masyarakt sunda.

Kedua, islam telah membangkitkan sastra tertulis pada masyarakat sunda karena diabad-abad isalam berkembang sekaligus dikembangkan pula tradisi sastra tulis hingga sekarang sekarang di buktikan dengan banyaknya-karya-karya naskah-naskah lama.

Ketiga, kerajaan islam yang berdiri didaerah Jawa Barat telah memilih kota-kota pantai seperti Cirebon dan Banten menjadi pusat pemerintahan dan aktifitas perdagangan. Pemilihan kota pantai sebagai pusat kerajaan merupakan pilihan tetap karena pada saat ini sedang berkembang pelayaran dan perdagangan, dimana kota-kota dagang memang peran penting sebagi pusat perekonomian dan pusat pemerintahan. Pemilihan ini mengakibatkan perkembangan, diabad 15 dan abad-abad sebelumnya, yakni dengan tumbunghnya kota-kota dan bandar besar dipantai utara Jawa Barat, yakni cirebon,Jakarta dan Banten. Sehingga hubungan dagang internasional lebih menjadi terbuka.

Dan keempat, kajian terhadap naskah kono sebagi sumber-sumber sejarah dan sumber informasi sosial budaya dan sebagai cerminan masa lampau masyarakat jawa barat merupakan kajian tahap awal dan perlu dikembangkan. Sehingga, berbagai aspek sosial budaya yang ditulis para ilmuwan masa lalu bisa di gali, khususnnya terutama melalui sumber-sumber naskah kono yang terdapat di Jawa Barat. Lembaga kebudayaan Sunda, universitas Pasundan, hal ini bisa menjadi polopor untuk ikut mengembangkan pekerjaan dan penelitian derta untuk pelastarian naskah-naskah sunda kuno di Jawa barat.

Islam di kehidupan masyarakat Jawa Masyarat manusiamutlak hidup dalam dimensi ruang, waktu dan budya. Dalam masyarat tradisional, keterkaitan masing-masing dimensi tersebut sering dapat diamati dengan sangat jelas. Keterkaitan yang demikian menyebabkan adanya anggapan beberapa masyarakat tertentu dewasa ini nyaris berada dalam ke adaan permanesnsi ontologis. Dikatakan demikian, karena anggota kelompok masyarakat tersebut karena tidak memiliki jarak dengan berbagai fenomena ruang (alami) dalam arti berada dalam ketergantungan yang demikian besar.

Adapun mitos iskandar zurkanain, bahwa adanya keinginan raja-raja melayu untuk mengkitkan asal-usul pada iskandar Zurkanain yang dianggap kikal bakal raja Melayu merupakan upaya legimitasi terhadap keislamannya. Hal itu dilihat dari dimasukannya kisah Iskandar Zurkanain-Nabi Khaidir dalam bagian pertama teks kerajan sejarah melayu. Legitimasi ini mendapat kita catat dari naskah-naskah lain, berupa “pentasbihan” oleh para ulama baik dari mekah maupun ulama lokal yang terkenal (misalnya para Wali)

Wawasan sejarah Melayu ini, dilihat dari secara geogerfis dan nama-nama serta gelar yang bersipfat melayu Islam ini, kemudian berkmbang di daerah-daerah melayu perantauan seperti Bamjar dan Ternate. Kemudian islam menjadi penting kehidupan masyarakat melayu dapat isalm sebagi ulama kehidupan mereka, baik dalam istakna kehidupan mereka, baik lingkukngan istana jerakjan maupun kalnagan masyarakat umum.

Bab VI

• Akar Isalm Pembentukan Budaya Bangsa

Dari sudut pandang arkeologi, analisi suatu peroses aktualisasi sebaiknya dimuali menentukan secermat mungkin wujud suatu kebudayaan yang datang menghampiri suatu kebudayaan tertentu, dan isi pengaruh dari budaya tersebut.

Beberapa conto presentasi seni budaya islam nusantara.

1. Kaligerafi

2. Bentuk antropomotifik

3. Rancangan bangunan mesjid

Bukti-bukti seni budaya islam nusantara telah merekfeksikan sebagi mana islam sebagi ajaran samawi dan pranata keagaman itu disebarkan dan disosialisasikan di nusantara. Sosialisasi tersebut telah menggunakan cara-cara damai dan memperdayakan sumber daya kultur lokal sebagai media komunikasi yang efektif, sebagai mana di saksikan sekarang islam di Nusantara memperoleh pijakan pengaruh yang begitu luas. Dari aceh sampai fak-fak dari irian Jaya, sampai kawasan semnanjung Berunai Darusalam dan Midonto selatan di filifin. Islam mengisi ruang-ruang kosong yang kurang tersentuh Hindunisasi.

Dengan demikian, dapat diharapkan tumbuhnnya atas dasar kepentingan bersama menyangkut penulisan kekhasan budaya yang diwariskan, dan dorongan ke aran penciptaan-penciptaan baru yang daras lelevan dengan kebutuhan-kebutuhan kekinian. Apabila islam dinyatakan oleh B.J.O Schrieke, telah berhasil mengintregasikan Nusantara secara Kultur, kita tentu berharap lebih banyak dalam konteks kultular, kita tentu berharap lebih banyak dalam konteks kultural Asia Tenggara.

Kebudayan nasional memiliki fungsi. Ia memberi makna dan arah kehidupan seta cita-cita bangsa, serta menjadi kerangka acuan sikap dan tingkah laku serta identitas. Namun kebudayan nasional indonesia yang diperlukan oleh kenegaraan budaya daerah dan etnik lokal, masih berada dalam kondisi dan dalam memperoses membentuk diri. Kondisi ini tentunya dalam menycapai hasil yang optimal karena beberapa hal: 1. Budaya-budaya daerah/etnik lokal terus di gali, diteliti dan dianggap, yang tadinya menjadi input bagi kebudayaan Nasional; 2. Semakin memperbanyak semngat glonalisasi dalam bidang ekonomi dan informasi yang berdampak pada terbentuknya ubahan-ubahan budaya dalam konteks Kebudayan Nasional; dan 3. Hasil pembangunan nasional, baik secara kuntitatif maupun kualitatif, memunculkan permasalahan baru dan mengharuskan penyesuayan-penyesuaian baru pula.

Kebudayaan daerah Indonesia, termasuk seni Budaya NTB, masih terus harus digali, diteliti di anggap di sosialisasikan, termasuk pemanfaatannya sebagai muatan lokal dalam kuri kulum pendidikan di tingkat dasar dan SMU, dengan demikian, Kebudayan Nasional Indonesia dan Kebudayaan Daerah secara Integral menjadi acuan bagi pembentukan nilai-nilai yang dapat mengimbangi kecepatan pembangunan nasional.

Penggalian dan pengungkapan seni budaya NTB diharapkan bermuara terbentuknya daerah budaya yang berkualitas, setadinya dapat merambah menuju tingkat budaya nasional. Budaya disini bukuan rumusan atau konsep produk seminar atau semacamnya, tetapi budaya sebagai refleksinya dan cerminan dari manusia pendukung budaya itu sendiri.

•  Tradisi Sunda Menuju Indonesia

Perfikasi sejarah dan kebudayaan senan tiasa mengacu kepada peningkatan kualitas manusia, yangtidak lepas dari akar tradisi yang menghidupinya. Kerangka yang nilai pertanyaan yang paling boleh jujur untuk di ajukan adalah., dimanakah terjadinya posisi tradisi sunda dan kesundaan dalam konteks keindonesian? Posisi dimaksudkan adalah posisi yang sangat alamiah dan  posisi artifisial, semua dan penuh kesemntaraan.

Bagaimanapun tradisi sunda dan kesundaan merupakan salah satu pilar dari “peradaban” Jawa Barat, wilayah administrasi masa kini dan merupakaan puncak-puncak kedaerahan yang memeng pernah tumbuh, berkembang dan eksis dalam kesatuan dan kebulatan kebudayaan nasional., yang juga mengakui eksitensi keberagaman sebagai sisi, jiwa dan Nafas dari Konsep Bineka Tunggal Ika.

Oleh karna itu, pengembangan daya kuratif dan preservatif tradisi sunda dan kesundaannya didasarkan dalam upaya memperkuat identitas lokal, kebanggan yang berakar dalam kelekatan dan ikatan primordial dan kesejarahan, yang koeksiten dengan puncak-puncak tradisi daerah lainnya, tanpa kenagkuhan, sekalipun tidak terjebak dalam “amnesia sejarah”. Kedaerahan, dalam arti positif syah dan faktual.

BAB VII

• Perkembangan Intitusi Di Indonesia

Pembahasan ini akan diarahkan kepada dua masalah; peranan umat islam dalam perjungan kemerdekaan, dan peranan umat dalam pembagunan. Pemisahan ini berdasarkan pemikiran peraktis bahwa dari hingga antisipasinya dalam menangani kedua peranan itu bagi umat islam indonesia jelas berbeda dalam gerak maupun langkahnya.

Namun, dalam perkembangan kemudian, Masyarakat nusantara melihat kenyataan sebaliknya, yakni taklukannya belanda ditangan bangsa Jepang. Sejak saat itu bnagsa Indonesia yang lama telah berperang melawan belanda., tiba-tiba terpengaruh kenyataan bangsa Eropa dengan mudah bertekuk lutut pada bangsa jepang.

• Pesantren sebagai basis Generasi Masa Depan

Dalamdunia pesantren dalam antisipasi problematika kekinian, tanpa mengusik otoritas dan oronisasi pesantren. Tawaran kemungkinan tersebut adalah:

  1. Penyesuaian kuri kulum tertentu untuk mengantisipasi perubahan-[erubahan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap mempertahankan kurikulum tertentu yang memberi ciri khusus pada sub-sistem pendidikan pesantren dalam misalnya untuk mencetak kader ulama, ahli agama, atau cendikiawan Musliam.
  2. Dalam penyesuaian kuru kulum tidak perlu dipertentangkan konsep pendidikan tradisional dan moderen, yang penting muatan-muatan dalam kuri kullum tersebut adaftip terhadap tuntutan masa, menjamin eksitensi ciri pesantren, dan agar tetap menjamin agar pesantren tidak menjadi sarana pendidikan yang bersifat sukarela
  3. Perlu dikaji secara hati-hari dan keritis tingkat keterlibatan pesantren terhadap program-plogram lintas dan sepintas, seperti misalnya pesantren kilat, madrasah plus, komputerisasi dan otomatisasi sarana pendidikan yang menggantikan peran langsung tatap muka santri-kiai, yang menjadi salah satu ciri khusus pesantren.
  4. Misi pokok para kiai adalah guru dari pesantrennya, sebaiknya perlu diamati dan dikaji trasformasi-trasformasi peran kiai dalam dilektur bnak, politisi, artis filem, dan sebagainya, karena dengan tetap menjadi kiai, maka para kiai tetap dapat memberikan sumbanagn terhadap pembangunan, yakni menyikapakan sumberdaya manusia Indonesia dan bertakwa dan mandiri.
  5. Memperluas refernsi kajian pemanding, mempertajam anasisi terhadap tapsir, peka mengantisipasi peristiwa-peristiwa yang berkitan dengan [erinsip dan pelaksanaan hukum islam dan sebagainya:
  6. Memuaskan muatan sejarah lokal dalam kuri kulimnya, untuk meningkatkan apresiasi kesejarahan dan memetik hikmah-hikmah sejarahnya dan sebagainya.

Bab III

Pembangunan Indonesia Mempertimbangkan Peninggalan Arkeologi

• Melestarikan budaya bangsa.

Kebudayan adalah dinamika, proses, dan kontak-kontak yang terjalin baik secara internal maupun eskternal. Di indonesia, apa yang disebut kebudayan asli, kususnya diluhat dari bentang waktu, ampak bisa menjadi pertanyaan.

Dalam kajian perkembangan Arkeologi kajian arkologi sudah berkambang sejak abad ke 18 yaitu sejak dangnya bangsa-bangsa eropa ke indonesia., meskipun pada awalnya kegiatan itu masih berdifat individual. Pada abad ke 19 dan pertengahan abad ke 20, kegiatan arkeologi di indonesia berkembang pesat, dengan dilakukan serangkaian penelitian, pendokumentasian, dan pemugaran terhadap tinggalan arkeologi. Setelah indonesia merdeka, sejalan dengan perkembangan diberbagai sektor, pada tahun 1975 dilakukan perubahan setruktur organisais organisasi dalam kelmbagaan yang menangani bidang arkeologi.

Hasil-hasil peneltian yaitu Wilawah-wilayah dan Periodisasi Budaya (prasejarah, selasik, indonesia-Islam, kolonial)

Jadi bisa disimpulkan bahwa :

  1. Secara internasional, hasil penelitian Arkeologi yang dilakukan Puslit arkologi dewasa ini telah melampawi tahapan kerisis untuk membuktikan eksistensi dirinya dari dunia ilmu dan komunitas ilmiah yang terbuka, menjadi dan menjungjung tinggi etika.
  2. Tahap ketiga berupa penelitian, pengungkapan dan penyebar luasan hasil-hsail kegiatan telah memberikan kontribusi kepad pengayaan khazanah bubudaya bangsa, dan dalam pungsinya sebagi bagian dari kajian kebudayan ikut membri warna pada “jatidiri” bangsa. Hasil penelitian terakhir dapat menjadi data banding kajian kebudayaan masa kini, pembudayan kreativitas dan masukan dan bagi muatan lokal dalam kuri kulum pendidikan umum.
  3. Dalam pergaulan pemikiran dalam peroses dinamis dan kreatif, hasil penelitian tersebut dapat menawarkan pilihan-pilihan yang tepat dan arif dalammenentukan perkembangan aspek-aspek toritis danmetodilogis.
  4. Adanya kendala eksternal, sebagai dampak kebijakan suprastruktur misalnya larangan penerimaan pegawai baru, yang beriringan dnegan pengembangan organisasional (pembukuan barai baru) di upayakan penanggulangan dengan cara peningkatan efisiensi dari peningkatan kualitas sumber daya manusia diluar lingkungan pusat Arkenas.
  5. Masih terasanya kongesti data yang belum dianalisis secara tuntas, yang berdampak belum dapat diginakan dan di kelola sebgai informasi secara terbuka, tanggulangi dengan pembentukan kempmpok kerja Analisis dan Arkeologi.

• Pelestarian kepurbakalan diaceh

Kepeninggalan kepurbakalaan Aceh, merupakan warisan budaya bangsa yang tidak ternilai. Peninggaln tersebuit bukan saja merupakan saksi sejarah, sebagai bukti budaya aceh., tapi juga sebgai cermin kejayaan masyarakat Aceh di mas lampau. Peninggalan tersebut merupakan cermina kejayan masyarakat aceh di masa lampau. Peninggalan tersebut merupakan konfigurasi perjalan sejarah aceh sejak awal berdirinya hingga pertempuran kejayan aceh dalam mempertahankan ketuhanan dan mempertahankan kedaulatan kerajaannya. Berbagai bangsa telah datang dan pergi untuk menyinggahi bandara-bandara besar di pasipik, Psai, Banda Aceh, yang mencapai puncaknya sejak abad ke 17 M, hal ini merupakan bukti posisi setrategis wilayah aceh dan sekaligus bukti bahwa masyarakatnya telah bertenpur dengan berbagai nagsa Eropa, khususnya protusgis dan belanda. Namun disis lain, terdapat cerminan yang aga kelabu, yakni kurang terpeliharanya peninggalan tersebut dengan perhatian yang lebih dari yang diberikan sekarang ini.

• Penafsiran peninggalan Arkeologi Banten Lama

Indonesia pada dasarnya memiliki pengalaman cukup panjang dalam upaya pemeliharan dan perlingdungan dalam upaya pemeliharaan dan perlindungan dan peninggalan sejaran. Disini potensi-potensi warisan budaya nasional hanya termannfaatkan secara sederhana, kurang kordinasi dan pengunjungnya sebagian besar para pexarah yang tidak di bekali informasi yang memadai mngenai objek yang dikunjungi.

Banten lama pada saat ini masih menyaksikan berlangsuangnya berbagai sisi tradisi masa lalu. Karena faktor waktu, bebrapa diantaranya memang tidak lagi utuh, dalam arti bahwa tradisi-taradisi tersebut diyakini telah mengalamoi perubahan penambanhan atau penyesuaian,secara kuantitatif dan kualitatif. Maun secara umum seluruh sisia tradisi tersebut memperkaya dan meningkatkan ketahanan kita dalam bidang budaya, sekaligus turut mewarnai keragaman unsur budaya dalam kontek budaya indonesia sebagai suatu totalitas. Salahsatu peningalan terpenting adalah yang berkaitan denga puncak kejayan kesultanan banten.

Dalam hal ini model pendekatan yang ditahapkan dalam menangani dan megelola potensi kultural di banten lama masih terbuka untuk pengujian. Anomio dan antusiasme dari karangan yang begitu luas setidaknya mengambarkan bahwa model pendekatan tersebut dapat di prediksi bida di tekan secara maksimal pengeluaran dan pemerintahan. Ini terutama bisa dilakukan melalui keterblibatan bnayk pihak, sejak tahap perencanan, perancangan, pelaksanan dan obsevasi pemanfaatannya, sesuai dengan peraturan perudang-undangan yang berlaku. Pengembangan arkeologi dan kesejarahan merupakan komponen utama dalam keseluruhan sasaran proyek

Wisata Zarah islam

Obyek-obyek wisata zarah islam secara smpit dihubungkan dnegan benda-benda berupa makam masjid, atau relik-relik para tokoh keagaman dan politik yakni ulama dan raja, kususnya merka yang dianggap memiliki kharisma tertentu. Obyek-obyek wisata zarah terletak di berbagi lokasi, ada yang terpencil di pelosok daerah atau di tengah beksa kota dari suatu pusat politik ekonomi dan peradaan isalm.

Obyek-obyek wisata tersebut menunjukan pola-pola sebagai berikut:

  1. Obyek yang masih berada di tempat yang aslinya, dan ini pun masih bisa dibedakan; 1. Yang sudah di pugar, dilengkapi dnegan prasarana umum dan keinformasian: dan 2. Yang belum di pugar belum ada prasarana penujang atau pun sarana ke informasian;
  2. Obyek-obyek wisatayang sudah tidak ada tempat aslinya, khususnya yang termasuk katagori benda-benda bergerak, yang telah di himpun dalam suatu musuem, baik di kekola peperintah, musieum situs atau badan non pemerintah.
  3. Kelompok obyek yang bukan berasal dari periode indonesia islam, seperti dolmen (baik sebagi latar atau pun kubur) yang dianggap kaum seorang tokoh penyebar islam.
  4. Kelompok obyek gejala alam, seperti gua sungai, bukit, sandang, dan sebngainya yang dihubngkandalam tradisitersebut serta di hubungkan dengan tokoh islam ataupun peristiwa-peristiwa tertebtu dalam priode indonesia Islam.

Oleh karna itu, wisata zarah islam hendaknya diarahkan kepada manfaat sebenarbenarnya, dan harus di tekan jangan sampai kepada yang mudarat, syrik, serta kekupuran atau membuka pelunang untuk terjadinya hal-hal tersebut. Wisata zarah islam harus mengarah dan berada dalam garis cara-cara islam serta diarahkan sekaligus meningkatkan penghayatan iman dan keagaman.