Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hijrah ke Habasyah dan Thaif

Hijrah ke Habasyah dan Thaif

Ruang Kelas - Habasyah (Etiopia) , merupakan hijrah pertama kaum muslimin, kemudian yang kedua Nabi Muhammad SawHijrah ke Taif. Nabi Muhammad Saw yang pertama mengintruksikan kaum muslimin untuk hijrah ke Habasyah setelah dipastikan Raja Najasyi (Negus) adalah seorang raja yang adil, tidak ada satu pun rakyat yang terzolimi di sisinya.

Hijrah Ke Habasyah (Etiopia)

Pada bulan Rajab tahun ke 5 kenabian, rombongan pertama kaum muslimin berangkat hijrah. Mereka terdiri dari 12 laki-laki dan 4 orang perempuan, diketahui oleh Usman Bin Affan Al-Umawi r.a beserta istrinya, Rukayyah binti Rasulullah Saw. Keduanya menjadi keluarga pertama berhijrah. Sahabat Rasulullah Saw. berangkat melaksanakan hijrah seara sembunyi-sembunyi dalam kegelapan malam menuju pelabuhan rakyat di sebelah selatan Jeddah. Dengan kehendak Allah., mereka mendapakan dua buah kapal dagang, lalu menumpangnya hingga tinggal di Habasyah.

Begitu mengetahui kaum muslimin berangkat hijrah, orang-orang kafir Quraisy murka dan marah. Mereka dengan segera mengikuti kaum muslimin untuk mengejar, menangkap, dan mengembalikan mereka ke Makkah. Mereka ingin terus menimpakan siksaan dan penganiyayaan agar mau berpaling dari Allah Saw. Akan tetapi, kaum muslimin telah jauh meninggalkan mereka.

Setelah pereistiwa tersebut, penindasan dan penyiksaan kaum Qurasy yang merasa menyusul karena “dipaksa” bersujud semakin dahsyat. Siksaan dan intimidasi tersebut juga merupakan bentuk balas dendam ketika mereka mengetahui bahwa Raja Najasy memperlakuna  dengan kaum muslimin yang berhijrah (muhajirin).

Mempertimbangkan keadaan yang paling gentng tersebut. Rasulullah Saw. memerintahkan para sahabtnya untuk kembali hijrah ke Habasyah. Maka berangkatlah. Sekitar 82 orang laki-laki dan 18 wanita untuk berhijrah ke Hanasyah. Hijrah yang kedua ini mengantisipasi dengan senantiasa mengawasi setiap pergerakan kaum muslimin. Kendati demeikian, kaum muslimin bertindak lebih waspada dan lebih epat dari pada mereka. Alhirnya, kaum muslimin berhasil mengeoh orang-orag kafir ag tela berusaha maksimal mungkin untuk menggalikan hijrah kedua tersebut.

Rasulullah Saw. Pergi ke Thaif

Ditengah kondisi yang serat dengan intimidasi dan penganiyaya. Rasulullah Saw. pergi ke Thaif dengan harapan para penduduknya mau menerima dakwah Islam atau memberika pertolongan kepada beliau. Maka berangkatlah Raulullah Saw., dengan berjalan kaki bersama pelayannya Zaid bin Haritsah. Setiap melewati satu kabilah di berjalan, beliau mengajak mereka memeluk Islam hingga akhirnya sampai di Thaif. 

Rasulullah Saw. singgah di kediaman tiga orang bersaudara yang merupakan petinggi kabilah Bani Tsaqif dan menyeru mereka agar masuk Islam dan mau menolong beliau dalam menyampaikan Islam. Namun, mereka menolak ajakan mereka dengan kasar. Raulullah Saw. pun meninggalkan mereka dan berpaling kepada yang lain, mengajak mereka untuk menerima dan mebela islam.

Demikianlah, Rasulullah pergi dari tokoh satu ke tokoh yang lainnya. Hamper seluruh tokoh Bani Tsaqif beliau temui. Setelah sepuluh hari beliau berdakwah, tidak ada satu pun yang memberikan tanggapan positif. Mereka berkata “keluarlah engkau dari negeri kami.” Bahkan, anak-anak, orang-orang dungu dan para hamba sahaya di negeri itu justru melontarkan ejekan kepada Rasulullah Saw.

Ketika beliau bersiap keluar dari thaif, orang-orang berdiri dalam dua barisan. Mereka lalu menghina dan mencaci maki Nabi Muhammad Saw. melempari dengan batu hingga membuat kedua tmit dan kaki beliau berdarah, dan kedua sendalnya diselimuti darah yang mengalir. Zaid bin Hartisah harus berjuang melindungai dan membela beliau sendiraian sehingga kepalanya puin memar.

Tindakan-tindakan bodoh tersebut terjadi tanpa henti, sampai akhirnya Rasulullah Saw. menyelinap masuk dibalik tembok kediaman Utbah dan Syaibah ptra Rubi’ah, yang terletak sekitar 3 mil dari Thaif. Ketika melihat beliau masuk, orang-orangpun bergegas pulang.